Share

Bab 4. Pelajaran untuk mereka

KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGI

Part 4

"Angga, istrimu itu sudah sangat keterlaluan. Kamu harus secepatnya menceraikan dia," ucap Mama mertua sesaat setelah Mas Angga datang.

Karena suaranya yang keras, membuatku bisa mendengar ucapannya. Mungkin memang disengaja, agar aku bisa mendengarnya.

"Memang si Ella buat ulah apa sih, Ma?"

"Dia sudah membakar semua baju Jena, tanyakan sendiri kalau tidak percaya," jawab Mama mertua.

"Iya, Mas. Bahkan dia tadi sudah berani menamparku," ucap Jena.

"Masa si Ella berani berbuat seperti itu?"

"Kamu ini dibilangin malah nggak percaya! Apa Mama kelihatan berbohong?"

Aku mengintip dari kamar, melihat dan mendengar pengaduan mereka pada Mas Angga. Lucu sekali melihat raut muka Mama mertua, dia terlihat sangat kesal dengan respon Mas Angga.

"Ya sudah, biar nanti Ella menjadi urusan Angga. Mama nggak perlu marah-marah begitu,"

"Pokoknya kamu harus menceraikannya, apalagi sebentar lagi kamu sama Jena akan melangsungkan pernikahan. Mama nggak mau ada benalu di rumah ini,"

Mas Angga tak menjawab, tapi dengan anggukan kepalanya, itu menandakan dia menyetujui permintaan Mama nya.

"Mas, nanti malam kita dinner yuk!" ucap perempuan itu sambil bergelayut manja di lengan Mas Angga. Belum jadi istrinya saja sudah kaya gitu. Aku saja sampai muak melihatnya. Ku putuskan untuk kembali ke tempat tidur, lebih enak rebahan sambil bermain handphone. 

🌺🌺🌺

Saat Mas Angga membuka pintu kamar, dia terlihat kaget dengan kehadiranku.

"Aku masih berstatus istrimu, jadi aku lebih berhak atas kamar ini dari pada perempuan itu!" sebelum dia berucap, lebih baik ku dahului saja.

"Tapi ini rumah ku, aku yang berhak menentukan siapa saja yang boleh tinggal disini," ucapnya.

"Iya, kamu memang pemilik rumah ini, dan kamu juga yang berhak menentukannya, tapi kamu harus ingat, Mas! Boleh tinggal disini, tetapi tidak di kamar orang yang sudah beristri!" tegas ku.

"Bukan urusanmu. Semua atas izin dariku,"

"Memang, semuanya harus seizin mu. Tapi apa kamu mau, kalau sampai orang lain tahu, kamu bisa dipidanakan dengan kasus perzinaan,"

"Kamu mengancam ku?" tanyanya.

"Aku bukan mengancam mu, Mas! Kamu tahu sendiri warga disini, gosip sekecil apapun, itu akan cepat menyebar, walaupun itu sumbernya bukan dari aku, tetapi dari Mama mu sendiri!" jawabku.

"Kamu jangan fitnah Mama ku, kamu saja perempuan yang nggak beres!"

"Kalau aku perempuan yang nggak beres, kenapa dulu kamu menikahi ku? Kenapa kamu juga mau menyentuh ku?"

"Kamu!" dia mengepalkan kedua tangannya.

"Mau mukul? silahkan, aku nggak takut, Mas! Sakit atas pukulan mu, rasanya tidak sesakit saat kehilangan anakku,"

"Anak kita sudah tiada?" tanyanya.

"Bukan anak kita, tetapi anakku. Sejak kapan kamu mengakui kalau itu anakmu? Bahkan aku dirawat beberapa hari saja kamu tak menengoknya. Aku melihat manusia paling keji di dunia ini cuma kamu, Mas!"

"Bagus kalau begitu, dengan mudah aku akan menceraikan mu," ucapnya dengan tersenyum.

Sakit saat melihat dia merasa senang kalau anaknya telah tiada.

"Kalau berani, ceraikan saja, sekarang juga nggak apa-apa," ku mainkan jemariku. Aku tahu apa yang harus ku perbuat saat ini.

"Baik lah kalau itu mau mu. Ella....."

"Kalau kamu sampai berani menceraikan ku, aku pastikan, Mama mu akan mendekam di penjara, dengan tuduhan percobaan pembunuhan," ucapku memotong ucapannya.

"Apa!" dia nampak kaget.

"Aku kehilangan anak ku karena Mama mu, Mas! Dan disaat yang sama, kamu melihat ku berlumuran darah dan kamu hanya diam. Dimana hati mu saat itu? Kalau kamu memang membenciku, tak apa, karena cinta memang tak bisa dipaksakan. Tapi di dalam sini, itu ada anak mu,darah daging mu sendiri," ucapku sembari menunjuk perutku.

"Apa kamu punya bukti?"

"Jangankan bukti, saksi pun aku bisa mendatangkan," ucapku sambil menyunggingkan senyum tipis.

Mas Angga tak bisa berkata-kata lagi.

🌺🌺🌺

"Mau kemana, Mas?" Tanyaku saat dia tengah bersiap. Aku pura-pura tidak tahu kalau malam ini dia akan dinner dengan perempuan itu.

"Mau keluar, dan itu bukan urusanmu,"

"Aku ikut! Aku istrimu," jawabku.

"Jangan! Kamu nggak boleh ikut,"

"Kenapa nggak boleh?"

"Ya nggak boleh saja. Karena ini penting," jawabnya.

"Kalau begitu, kamu nggak usah keluar, aku tahu kamu mau jalan bareng sama perempuan murahan itu,"

"Jangan mengatakan yang tidak-tidak tentang Jena, kalau sampai itu terjadi.."

"Mau apa? Menceraikan ku? Aku nggak takut. Silahkan, sekarang juga aku akan menerima talak darimu,"

"Ah sudahlah, kalau begitu nggak usah keluar saja," katanya sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Bagus, akhirnya kamu tidak jadi keluar dengan perempuan itu, Mas! Batinku.

Saat Mas Angga sudah tertidur, pintu kamar diketok dengan keras, aku sengaja tak membukanya. Aku tahu, pasti perempuan itu. Dia mungkin kesal dengan pembatalan dari Mas Angga.

Ku ambil handset, mendengarkan musik mungkin lebih menyenangkan dari pada harus mendengar suara berisik di luar.

🌺🌺🌺

"Kamu sengaja kan, mempengaruhi Mas Angga agar tidak jadi pergi denganku?" Ucap nya pagi itu saat aku melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ku.

Tak ku jawab pertanyaan perempuan itu, aku tetap asyik dengan aktivitas ku.

"Jawab, apa memang kamu bisu? Apa kamu tuli?" 

Aku tetap, tak menjawab pertanyaannya.

"Ini ya, ajaran orang tuamu di kampung? Dididik menjadi orang tak beretika?"

PLAK!! aku menampar pipinya dengan keras.

"Ibu ku bukan ibumu, bapak ku juga bukan bapakmu. Orang tua ku lebih terhormat dari pada kedua orang tuamu, yang membiarkan anaknya merusak rumah tangga orang lain. Membiarkan anaknya hidup satu atap dengan suami orang dan belum menyandang status apa-apa," ucapku.

"Kamu menamparku?"

"Tidak hanya menampar, aku tidak akan segan-segan membunuh orang yang telah menyangkut pautkan orang tuaku. Kamu mau, jadi korban pertamaku?"

Perempuan itu terlihat ketakutan, lalu melangkah pergi.

Mau ngadu sama Mama? Silahkan, Mas Angga? Juga silahkan. Aku tidak pernah takut, apalagi gentar menghadapi kalian.

Selagi aku masih kuat berdiri, maka siapa saja yang mencoba menyakitiku apalagi sampai menghina ibu bapakku, maka aku tidak akan tinggal diam. Mereka orang baik, tidak sepantasnya mereka mendapat hinaan dari manusia sampah macam mereka. Sudah cukup penderitaan mereka selama ini. Aku tidak mau almarhum Bapak menjadi sedih saat anaknya diperlakukan seperti ini. Mulai saat ini, siapa saja yang mencoba menyakitiku, maka dia akan dapat balasan dariku. Hari itu juga.

Aku bisa melakukan apapun yang ku mau kalau sampai harga diri dari keluargaku dihina. Aku tidak terima kalau mereka mempertanyakan didikan dari orang tuaku. Karena selama ini orang tuaku sudah mendidik ku dengan sangat baik sampai aku dititik ini.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
gitu dong tegas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status