Share

bab 6

"Kamu seharusnya tidak bersikap seperti itu kepada Mamaku," ucap Mas Angga saat kita sudah diluar dan bersiap masuk mobil.

"Kamu tidak suka dengan sikapku tadi?" Aku malah balik bertanya padanya, karena memang aku merasa tidak berbuat kesalahan.

"Kamu bersikap tidak sopan tadi, seharusnya tidak seperti itu menjawab pertanyaan Mama," tukasnya.

"Mas, Mama mu yang salah kok malah aku yang ditegur?"

"Kamu juga salah, tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu terhadap Mama dan Jena,"

"Mending kamu balik ke dalam deh, Mas! Malas aku sama kamu, mereka yang salah tapi negurnya ke aku. Coba sekali saja kamu negur mereka,"

"Bukan begitu maksudku..."

"Aku keluar sendiri saja, nggak perlu kamu ikut. Capek aku kalau disalahain terus," ku langkahkan kaki menjauh dari mobil Mas Angga.

"El, aku antar, kamu nggak boleh keluar sendiri," katanya sambil meraih satu tanganku.

Ku hempaskan tangan itu, rasanya tidak sudi disentuh lelaki disampingku ini.

"Aku janji, tidak akan menyudutkan mu lagi," ucapnya.

"Kamu kenapa sih, tumben banget ngotot ingin ikut denganku?"

"Ingin saja," katanya sambil menarik tanganku dan menuju kedalam mobilnya.

"Aku pergi sendiri saja, di dalam ada calon istrimu itu."

Mas Angga tak menjawab, tetapi setelah memaksaku masuk kedalam mobil, dia langsung melajukan mobilnya.

"Kita mau kemana?" Tanya nya saat mobil sudah keluar gerbang.

"Resto i***d." jawabku.

Apa Mas Angga mau memata-mataiku, dan mencari kesalahanku, agar dia bisa membalas perlakuan ku terhadapnya?

Aku harus mengabari Nadin perihal ini. Ah sial, nomornya juga tidak aktif.

🌺🌺🌺🌺🌺

"Selamat malam Mbak Ella," ucap seseorang. aku melongo menatap heran kepada lelaki tampan dihapanku ini. Dia bukan orang yang mau ku temui. Netraku celingukan mencari keberadaan sosok Nadin.

"Sudah lama ya kita tidak bertemu," ucapnya sembari mengulurkan satu tangannya.

"Eh, emh, iya," dengan ragu ku sambut uluran tangannya, terlihat wajah raut tak suka dari lelaki disampingku, siapa lagi kalau bukan Mas Angga.

"Kamu cari Mbak Nadin?" Tanyanya sok akrab. Ku anggukan kepala.

"Dia tadi lagi bersama temanku, apa perlu ku telfon?" Tanyanya.

Aku menggeleng cepat. "Tidak perlu, biar aku sendiri saja," jawabku.

Ku ambil handphone dari dalam tas lalu mencari nama Nadin didalamnya.

"Hallo..Nad,"

"Oh, iya, terimakasih," jawabku menutup telepon.

Sekarang aku tahu, kenapa dia menyuruh seseorang menemui ku, karena tadi sempat ku kabari kalau aku tengah bersama Mas Angga.

"Sudah lama menunggu?" Tanya ku pada pemuda di hadapanku. Dia bernama Dirga, ku tahu namanya dari Nadin barusan.

"Lumayan, kamu sih ditunggunya lama banget,"ucapnya.

Ku imbangi saja dia yang mengajak lebih akrab.

"Dia siapa?" Tanyanya sambil menunjuk Mas Angga.

"Dia, calon.."

"Saya suaminya Ella," potong Mas Angga.

"Oh, kirain sudah janda," ucap Dirga.

Tampak raut wajah masam dari Mas Angga mendengar jawaban dari Dirga.

"Eh, maaf ya," ucap Dirga, Mas Angga tak menjawabnya.

"Kamu makin cantik saja," ucap Dirga kepadaku.

Ah, dia tahu saja apa yang harus dia perbuat.

"Terimakasih," aku pura-pura tersipu dihadapannya.

"Katanya kamu janda, tapi ternyata masih bersuami," ucapnya lagi.

"Alhamdulillah, kami belum bercerai. Saya masih istri orang," jawabku.

"Maaf, kalau kalau salah ucap,"

"Santai saja." Jawabku.

Aku terlibat obrolan santai dengan Dirga, tetapi tidak dengan Mas Angga, dia lebih banyak diam.

🌺🌺🌺🌺

"Aku tidak suka kamu terlalu akrab dengan lawan jenismu," ucapnya saat kita sudah sampai di dalam mobil.

"Kenapa? Itu kan hak aku. Kamu saja bersama perempuan lain aku diam saja," jawabku.

"Kamu itu masih menjadi istriku, aku melarang mu dekat dengan lelaki lain," ucapnya lagi.

"Kita sudah mau jadi mantan, Mas! Terserah aku mau dekat dengan siapa, kamu pun mau menikahi wanita itu aku juga diam saja, padahal kamu masih suamiku lho, lebih parah kamu dari pada aku. Aku cuma akrab, tapi tidak sampai menjerumus ke hal itu," ucap ku menggantungkan ucapan.

Mas Angga tak bisa menjawab perkataan ku, dia malah semakin cepat melajukan mobilnya.

"Kita mau kemana, Mas?" Tanyaku saat Mas Angga tidak membelokan kendaraanya dan malah lurus. Dia diam saja, tak menjawab pertanyaan ku.

"Mas!" Panggilku.

Dia menoleh, tersenyum sebentar lalu matanya fokus menatap ke depan.

***

Mobil berhenti di depan rumah berukuran sedang. Rumah itu seperti tak berpenghuni, terlihat sepi dan sunyi, namun terlihat asri karena memang di depannya ada beberapa pohon yang menjulang tidak terlalu tinggi.

"Ini rumah siapa, Mas?"

Mas Angga diam dan tak menjawab pertanyaan ku, dia malah mengambil ponselnya dan menghubungi ntah siapa. Ku arahkan pandanganku ke arah lain.

"Turun," perintahnya. Aku mengernyitkan dahi.

"Ikut nggak?" Tanyanya kemudian.

"Ini rumah siapa?" Ku ulangi pertanyaan ku yang belum dijawabnya.

"Rumah almarhum nenekku,"

Aku manggut-manggut tanda mengerti. Yang tak habis pikir, kenapa dia membawaku kemari? Apa Mas Angga mau melakukan kejahatan terhadapku karena tidak terima atas perilaku dan sikapku terhadap Mama dan orang terkasihnya? Sepertinya aku harus waspada.

"Kenapa diam saja? Mau tidur disini?" Tanya nya lagi.

"Hah?" Aku semakin tak mengerti.

"Malam ini kita tidur disana," ucapnya singkat lalu melangkah keluar dari mobil.

"Kenapa nggak pulang saja?" Tanyaku kepo.

"Malas."

Tumben banget dia malas pulang, apa ada sesuatu yang telah terjadi?

"Ayo turun!" Ucap nya sambil membukakan pintu mobil. Aku pun turun dan mengekornya dari belakang.

"Kalau mau tidur, tidur saja duluan," ucapnya setelah kita sampai didalam.

"Kamarnya mana?" Ah, aku mendadak menjadi orang bodoh saja pakai tanya segala.

"Itu," tunjuk nya.

Aku masuk, tapi didalam sangat berdebu. Dari luar memang terlihat bersih, tapi tidak bisa dipungkiri kalau rumah ini sudah lama kosong jadi banyak sarang serangga.

"Mas, kok aku jadi merinding begini ya? Mending pulang saja deh," ku hampiri dia yang duduk di kursi ruang tamu.

Dia diam saja tak menanggapi ucapan ku.

"Mas!" ku panggil dia sekali lagi, diapun menoleh.

"Apaan sih?"

"Disini serem, pulang saja ya?"

"Perasaan kamu saja kali," dia kembali menatap layar ponsel.

"Ya sudah, aku tidur di mobil saja," aku pun beranjak dari tempat dudukku.

"El, tunggu!" dia merah pergelangan tanganku.

"Apa lagi?"

"Ya sudah, kita pergi dari sini tapi kita tidak pulang,"

"Terus mau kemana?" aku semakin tak mengerti jalan pikiran lelaki dihadapan ku ini.

"Kita cari hotel saja,"

"Ih kenapa malah kesana, ada rumah juga. kenapa nggak pulang saja?"

"Aku malas dengar omelan Mama, tolonglah kamu ngertiin aku," ucapnya.

"Ya sudah, terserah kamu sajalah, Mas."

🌺🌺🌺🌺

Di tempat lain, yaitu di rumah...

"Kenapa nggak mau angkat sih?" Jena ngomel-ngomel sendiri sambil memegang Handphone.

"Pasti sudah kena pengaruh perempuan itu," Mama mertua menimpali.

"Aku harus segera menyingkirkan perempuan itu. Aku nggak mau angga jatuh ke pelukan perempuan tak tahu diri, perempuan yang sudah jelas-jelas tidak dicintai suaminya," ucap Jena geram.

"Mama akan selalu mendukungmu," ucap Mama mertua.

"Ih, malah dirijek, ada apa sih dengan dia?" Jena masih saja menghubungi Angga.

"Kamu terus saja menghubunginya."

Jena mengangguk setuju.

🌺🌺🌺🌺

Di kamar hotel....

"El," aku menoleh mendengar panggilannya.

"Lelaki tadi siapa?"

"Mau tahu saja," jawabku singkat.

"Ya aku ingin tahu, siapa dia?"

"Teman,"

"Kok kelihatan akrab gitu?"

"Wajarlah, namanya juga teman dekat," aku risih dengan pertanyaannya. Bingung, mau merangkai sebuah kebohongan kaya gimana.

"Aku nggak suka kamu dekat dengannya. Aku nggak suka dengan lelaki tadi," ucapnya kemudian.

"Masa bodo,"

"Kamu cerita kalau kamu seorang janda?" tanyanya lagi.

"Bukan urusan mu, Mas! Sudah ah, aku mau tidur, sudah malam. Besok aku harus berangkat kerja pagi,"

Ku rebahkan tubuhku memunggunginya. Ah aku bahagia sekali bisa membuatnya tahu, kalau lelaki tidak cuma dia saja.

"El." Tak ku jawab panggilannya, aku pura-pura tidur.

"Terserah kamu lah, peduli amat kamu mau dekat dengan siapa," ucapnya lalu ikut merebahkan tubuhnya.

****

Ditengah malam, ku lihat Mas Angga sudah tertidur pulas. Aku melancarkan aksiku, mengambil handphone nya, lalu ku foto Mas Angga yang sedang memelukku. Send, akhirnya bisa ku jadikan story w* nya. Biar perempuan itu kebakaran jenggot kalau melihatnya. Ah indah sekali, nggak sabar nunggu hari esok, aku ingin melihat reaksinya saat melihat story Mas Angga

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
biar kebakaran jenggot si jenanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status