Home / Romansa / KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU / 7. ERLAN IDOLA DI KELAS

Share

7. ERLAN IDOLA DI KELAS

last update Last Updated: 2024-09-28 21:12:39

Hari berikutnya. Rania pun telah sampai di sekolah lebih dulu. Sedangkan Erlan beberapa menit setelahnya.

Keduanya datang dengan kendaraan berbeda. Rania turun dari angkutan umum, sedangkan Erlan dengan motornya. Ketika berpapasan pun, baik Rania maupan Erlan sama-sama bersikap seolah tidak saling melihat.

Keduanya sudah sama-sama sepakat, untuk tidak saling menyapa, meskipun status yang dijalani sekarang telah sah menjadi suami istri.

"Rania tralalala!"

Rania menghentikan langkahnya. Suara serta panggilan itu, sangat ia kenali. Ya, siapa lagi kalau bukan Eva.

"Gue udah bilang. Jangan panggil gue dengan sebutan Rania tralalala," dengusnya kesal.

Rania kembali mengayunkan kakinya. Mengabaikan Eva yang mengekor di belakangnya

Sementara itu, Erlan telah memarkirkan motornya di temlat seharusnya. Kedua matanya sempat menangkap pergerakan Rania di sana.

"Erlannn!!!" Dua gadis centil menghampiri Erlan yang baru saja melepaskan helmnya.

Remaja tampan yang selalu bersikap dingin itu, menaikkan sebelah alisnya. Bertanya-tanya, kepada dirinya didatangi dua gadis sekaligus?

"Ini sarapan buat kamu." Salah satu gadis menyodorkan kotak makan, yang entah apa isinya itu?

"Aku minta Mamaku, untuk buatkan sarapan ini. Kamu bisa makan ini, saat jam istirahat nanti, seandainya kamu belum sarapan itu juga." Gadis itu tersipu malu. Menatap Erlan dari jarak sedekat ini, membuat jantungnya tidak baik-baik saja.

"Aku bawain minuman khusus buat kamu, biar kamu enggak kehausan di kelas nanti." Gadis lainnya menyodorkan botol minum yang terbuat dari aluminium itu.

"Aku enggak tahu, minuman kesukaan kamu apa? Aku berharap, kamu suka sama minuman yang aku bawain untuk kamu."

Ekspresi gadis itu, tidak kalah dengan temannya. Keduanya tersenyum malu-malu. Malu-maluin. Hahaha ...

Sementara Erlan tidak mengambil dua pemberian itu dan tidak juga menjawab. Dia langsung saja melenggang pergi, tanpa kata.

Dua gadis itu, menatap kepergian Erlan. Pesona remaja tampan yang sudah berstatus suami orang itu, mampu membius keduanya.

Mereka masih menganggap Erlan jomblo ganteng yang cintanya harus diperjuangkan. Padahal kenyataannya, Erlan sudah memiliki pawang.

***

"Ra, lihat tuh," goda Eva seraya melik Erlan yang baru saja masuk ke ruangan.

"Lihat apa?" Rania menjawab dengan nada ketus seraya melirik sekilas suaminya dan kembali fokus membaca.

"Tuh, idola baru." Eva yang sempat terpana saat melihat Erlan pun menoleh pada Rania. Dia berdengus kesal, lantaran Rania begitu asyik dengan dunianya sendiri.

"Woi, Ran! Sibuk banget baca. Emang apa serunya baca si, padahal ada cowok ganteng di kelas kita, tapi lu malah anggurin," protes Eva cukup keras, alhasil membuat Rania geram.

Dia menutup buku paketnya hingga terdengar suara nyaring, kemudian menatap nanar Eva.

"Gue lebih baik baca, dari pada liatin cowok. Liatin dia, buang-buang waktu tau. Memangnya siapa dia, buat gue? Dia, enggak bawa keuntungan buat gue. Paham kan lu!" bentaknya tanpa berkedip, kemudian kembali ke posisi duduk semula, yaitu menghadap ke meja dan membuka kembali buku tersebut.

Suasana hatinya menjadi kaca, bukan karena ucapan Eva, melainkan Erlan yang dalam waktu singkat langsung mengubah kehidupannya.

"Iya, si. Biasa aja, enggak usah ngegas gitu. Gue kan cuma ngomong doang. Ya udah kalau lu enggak mau lihat mah. Biar gue aja. Awas aja nanti, kalau akhirnya lu suka sama dia," sungut Eva, segera mengubah posisi duduknya menjadi membelakangi Rania.

Uhuk ...

Rania pun batuk pelan. Sementara Eva hanya meliriknya sekilas, setelah itu kembali memperhatikan Erlan yang duduk di sana. Dia bersikap masa bodo, seolah Rania tidak ada di sampingnya.

Bukan hanya Eva yang mengagumi Erlan, tetapi para gadis yang ada di kelas ini, bahkan kelas lain pun, kesemsem dengan ketampanan Erlan.

Tidak bisa dipungkiri, Erlan memang memiliki wajah ganteng layaknya pemain film. Kulitnya putih, sikapnya dingin dan macho ketika berjalan, membuat para gadis klepek-klepek. Terutama saat Erlan turun dari motor, membuat mereka yang melihatnya luluh lantak.

Rania membuka buku paket itu lebar-lebar, tapi sesekali dia melirik Erlan yang sedang digoda pada gadis.

"Erlan. Boleh, ya aku foto kamu," kata salah gadis yang ada di sana. Dia sudah menyalakan kamera ponselnya. Namun, detik itu Erlan menepis.

"Gue bukan pajangan, yang seenaknya kalian foto!" tegasnya dengan tatapan dingin.

Kalimat itu, bukan berlaku untuk satu orang, tetapi mereka yang ada di hadapannya sekarang.

"Minggir!" Erlan melenggang pergi, melewati mereka yang mencoba bersikap genit dihadapannya. Rayuan mereka sama sekali tidak menyentuh hati Erlan. Bahkan untuk mencuri perhatiannya pun tidak bisa.

Erlan merasa muak, bosan dan jengkel. Mereka mengira, tidak panas apa dikerumuni dari segala sisi?

Para murid laki-laki yang ada di sana, saling berbisik dan menatap keheranan Erlan serta pada gadis yang begitu memujinya.

Erlan seolah menjadi saingan paling berat di kelas bahkan di sekolah ini.

Rania melirik sinis sambil menggeleng pelan. "Dasar sok kegantengan," gumamnya dna kembali fokus pada buku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
ya elah erlan segitunya mp g mau dipoto oppps lupa kan pawangnya ada didepsn muka mn berani yah tebar pesona mn galak lg pawangnya............
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [47]

    Rania pun sampai rumah sebelum Maghrib. Hanya dirinya, sedangkan Erlan belum menunjukkan batang hidungnya, padahal dari sekolah, keduanya pulang bersama.Langkah Rania terhenti di ruang tamu, tepat saat kedua matanya menangkap sosok wanita dewasa yang baru saja beranjak bangun dari sofa.Rania hampir menjatuhkan buku yang dibawanya, saking tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Dia seperti kehilangan lima persen kesadarannya. "Kamu sudah pulang, Sayang?" tanya Desi, tersenyum sumringah menyambut kedatangan Rania seperti biasa."Lihat, Sayang. Ibu kamu datang. Dia ingin bertemu kamu." Desi kembali berkata dengan antusias, seraya menghampiri Rania yang masih terpaku di tempatnya.Desi menggenggam tangan Rania dan diiringi full senyuman. Sementara Rania tidak menunjukkan ekspresi senang atau bahagia, malah terkesan bingung. Hati dan pikirannya tidak bisa menerima ini. "Katanya kamu kangen Ibu kan? Nah, Vera datang untuk bertemu kamu, Sayang. Ayo, temui dia," ajaknya kemudian.

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [46]

    Entah dari mana Erlan datang. Kedatangannya mengejutkan Rania dan Ravi.Dia secara terang-terangan mendorong hadiah tersebut dengan kasar sehingga jatuh ke tanah. Ravi terperangah untuk beberapa saat."Erlan?" Rania tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, sedangkan Ravi masih diam."Erlan ... Ka-mu di si-sini. Bagaimana bi-sa?" tanya Rania terbata-bata. Wajah ketakutan tidak bisa dia sembunyikan, persis maling yang kepergok habis mencuri ayam warga.Erlan tidak menjawab, dia langsung menarik pergelangan tangan Rania sambil menjatuhkan tatapan tajam penuh kemarahan, yang bisa Rania rasakan."Tunggu!" Ravi menahan tangan Erlan yang satunya.Dia yang merasa tidak bersalah, malah sedikit kesal karena hadiahnya dibanting tanpa sebab, tampak menatap Erlan penuh tanda tanya."Minggir dari jalan gue!" tegas Erlan tanpa menyembunyikan kemarahannya."Maaf? Apa salah saya sampai-sampai kamu menjatuhkan hadiah saya?" tanya Ravi polos. Dia bukannya tidak ingat, tetapi Ravi merasa harus mengeta

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [45]

    "Ni! Ganti plester di jidat lu!" kata Rania sambil menyodorkan sebuah plester yang masih terbungkus rapih.Erlan melihatnya sekilas, kembali membuang pandangannya. "Gue enggak perlu itu!" tegasnya seraya mengibaskan tangan."Enggak usah sok perhatian! Gue enggak butuh. Pergi sana!" tegasnya lagi, tanpa melirik Rania.Rania masih berada di posisinya, tampak menghela napas panjang. "Mommy yang suruh gue buat kasih ini ke lu!"Erlan tak menggubrisnya. Tetap memalingkan wajahnya, seolah-olah Rania tidak ada di sana.Rania kembali menghela napas panjang. Sepagi ini, dia harus meredam emosinya, demi satu cowok ngeselin yang keras kepala. Seandainya bukan karena permintaan Desi, Rania sangat tidak mungkin memberikan sesuatu kepada cowok. Rania meletakkan plester itu di atas meja dan sedikit menggebraknya."Ni, plaster! Terserah lu mau pake atau enggak! Gue cuma ngejalanin apa yang seharusnya gue jalanin!" Selanjutnya dia melenggang pergi dari sana. Kembali duduk di kursinya. Tindakannya me

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [44]

    "Ni! Ganti plester di jidat lu!" kata Rania sambil menyodorkan sebuah plester yang masih terbungkus rapih.Erlan melihatnya sekilas, kembali membuang pandangannya. "Gue enggak perlu itu!" tegasnya seraya mengibaskan tangan."Enggak usah sok perhatian! Gue enggak butuh. Pergi sana!" tegasnya lagi, tanpa melirik Rania.Rania masih berada di posisinya, tampak menghela napas panjang. "Mommy yang suruh gue buat kasih ini ke lu!"Erlan tak menggubrisnya. Tetap memalingkan wajahnya, seolah-olah Rania tidak ada di sana.Rania kembali menghela napas panjang. Sepagi ini, dia harus meredam emosinya, demi satu cowok ngeselin yang keras kepala. Seandainya bukan karena permintaan Desi, Rania sangat tidak mungkin memberikan sesuatu kepada cowok. Rania meletakkan plester itu di atas meja dan sedikit menggebraknya."Ni, plaster! Terserah lu mau pake atau enggak! Gue cuma ngejalanin apa yang seharusnya gue jalanin!" Selanjutnya dia melenggang pergi dari sana. Kembali duduk di kursinya. Tindakannya me

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [43]

    Setengah jam kemudian. Desi sudah sampai di rumah setelah mendapat kabar dari Aldo. Buru-buru dia masuk ke rumah. Di ruang tengah, Erlan dan yang lainnya berada di sana. "Gue obatin luka lu," kata Aldo mencoba untuk memberikan obat merah ke wajah Erlan yang babak belur. "Enggak usah!" tegas Erlan sambil menepis tangan Aldo. Sementara itu. "Erlan!" teriak Desi, langsung menghampiri sang putra yang duduk di sofa. Aldo pun beranjak bangun, kemudian mundur beberapa langkah ke belakang, membiarkan ibu dan anak itu saling bertemu. "Apa yang terjadi? Kata Aldo, kamu mengalami kecelakaan. Bagaimana bisa?" tanya Desi penuh kekhawatiran sambil meraba-raba wajah Erlan yang babak belur akibat berduel dengan Aldo siang ini. "Erlan nabrak pohon, Tan," timpal Aldo cepat. "Apa? Dia nabrak pohon?" Rania menutup mulutnya dengan kedua tangan, hampir kelepasan, menertawakan Erlan yang baru saja mengalami musibah. Semua orang meliriknya sekilas, sedangkan Rania tersenyum canggung, merasa bersala

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [42]

    "Erlan ..." Desi memelas saat jarak antara dirinya dan sang putra kurang lebih lima meter.Erlan menoleh, tidak jadi naik motor. Tatapannya kembali menyala, menggambarkan api kemarahan yang sulit untuk dipadamkan."Ayo, Nak. Kita pulang." Desi memohon. "Mommy akan temani kamu. Kita pulang, yuk!" bujuknya kemudian mendekat.Erlan membuang pandangannya seraya menyeringai sinis dan menghela napas berat. "Mommy ngapain si ke sini segala? Ngapain Mommy nyariin aku? Selama ini, Mommy enggak pernah peduli sama aku!" "Mau aku enggak pulang satu bulan sekalipun, Mommya enggak pernah tuh nyariin aku.""Jangan ngomong gitu, Sayang. Mommy sangat menyayangi kamu, Nak. Mommy peduli. Setiap saat Mommy peduli kepada kamu, Nak. Hanya saja kamu tidak bisa merasakan kasih sayang Mommy."Rania memerhatikan pasangan ibu dan anak itu dari kejauhan. Di sini, dirinya melihat bagaimana seorang ibu sedang mengemis belas kasian dari anaknya. Meminta putranya untuk pulang ke rumah. Namun, tanggapan anaknya sep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status