Share

BAB 6 : Elviola

Setelah beberapa hari lembur, hari ini akhirnya Phillip memutuskan untuk sengaja pulang lebih awal dari kantor. Sejak beberapa hari lalu dirinya memang terlalu banyak menyibukkan diri dengan pekerjaan, dan sekarang dia sangat merindukan putrinya. Setiap kali Phillip pulang, Viola pasti sudah tidur dan mereka hanya bisa bertemu ketika sarapan. Untuk itu, Phillip merasa sangat bersalah dan ingin menebus semua waktu yang dia lewatkan dengan pulang lebih cepat dari biasanya.

Kata 'beberapa hari' mungkin terdengar sangat sebentar bagi sebagian orang, namun nyatanya hal itu berpengaruh banyak untuk hubungan ayah dan anak seperti Phillip dan Viola. Viola berubah, dia menjadi lebih pendiam dan sudah tidak rusuh seperti sebelumnya, dia sekarang lebih tenang dan jarang meminta bantuan ataupun merepotkan daddy nya.

Pukul 17:05 Phillip sampai di rumah. Dengan wajah yang lebih segar dan senyuman yang tidak luntur dari wajahnya, Phillip mulai melangkahkan kaki menuju pintu utama.

"Daddy pulang," ucap Phillip dengan sedikit meninggikan suaranya dan berjalan menuju ruang tengah. Tas kantornya dia letakkan di sofa, dan menyalakan lampu yang sebelumnya masih padam.

"Kenapa Vio belum menyalakan lampu? Apa mungkin dia ketiduran?" tanya Phillip pada dirinya sendiri. Selain karena lampu yang masih padam, Phillip juga tidak mendapat sahutan Viola dari kepulangannya.

Dengan langkah lebar, Phillip bergegas menaiki tangga menuju kamar Vio untuk memastikan jika putrinya memang ketiduran. Tapi begitu sampai di kamar Vio, Phillip justru terkejut karena kamar tersebut masih dalam keadaan gelap dan kosong yang artinya Vio belum pulang.

Perasaan khawatir pun mulai menyelimuti Phillip karena tidak biasanya Vio pulang telat tanpa memberitahu atau meminta ijin darinya. Tidak hanya itu, Phillip juga kini menyesali kelalaiannya dengan membiarkan putrinya selalu sendirian di rumah.

Phillip hanya tidak tahu, kalau sudah lebih dari seminggu anaknya selalu pulang telat.

(Sebagai informasi, Phillip hanya mempekerjakan pembantu untuk bersih-bersih rumah saja dan mereka tidak tinggal di sana. Urusan Viola dan keperluan lainnya dia handle sendiri).

Tidak ingin berlama-lama dengan kebingungan nya, Phillip pun akhirnya mengambil handphone dan dengan segera menghubungi supir pribadinya yang bertugas untuk menjemput Vio pulang sekolah.

"Dimana pak?" tanyanya langsung begitu sambungan telepon terhubung.

"Saya masih di parkiran rumah sakit Tuan," jawab supirnya di sebrang sana.

"Rumah sakit? Kenapa bapak di sana? Apa terjadi sesuatu dengan Vio?" Phillip memborong supirnya dengan banyak pertanyaan sekaligus.

"Tidak Tuan, saya masih menunggu nona  Vio yang masih di dalam."

"Tunggu pak, kenapa Vio ada di rumah sakit?" Phillip tidak mengerti dengan maksud supirnya itu.

"Eh? Bukankah adiknya tuan sedang sakit? Karena nona Vio setiap hari kesini untuk menjenguk bibinya," jelas sang supir.

Phillip semakin tidak mengerti. Adik? Sejak kapan dia punya adik. Dia Han Phillip, putra tunggalnya Han Mino dan Tatia Han.

"Baik pak. Tolong segera bawa Vio pulang, saya tunggu secepatnya di rumah." Phillip memutus panggilannya dengan sepihak. Kepalanya benar-benar pusing sekarang. Dia tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Terlebih lagi, ada apa dengan anaknya, kenapa Vio malah berbohong dan tidak menceritakan apapun padanya.

Salahkan dirimu sendiri Han Phillip karena tak punya cukup waktu untuk menemani anakmu.

✿✿✿✿✿

"Kakak, Vio pulang dulu ya. Ini sudah terlalu sore. Kalau Vio pulang telat nanti ketahuan sama daddy. Hehe" Viola tertawa kecil sambil membereskan barang-barang bawaannya. Awalnya Viola memanggil Erina dengan sebutan tante, tetapi setelah sering berkunjung menemani Erina di rumah sakit, Vio merasa jika Erina masih terlalu muda untuk dia panggil tante, jadi dia memilih untuk memanggilnya kakak.

Arga hanya memperhatikan interaksi sepihak Viola dengan Erina dari sudut ruangan. Diam-diam dia mengagumi sosok anak kecil yang sangat ceria dan penuh semangat itu. Tidak hanya menemani Erina, Arga merasa jika Viola juga membawa energi positif bagi kesembuhan Erina.

Satu hal baru yang Arga pelajari dari Viola, anak itu mengajarkannya arti kehadiran yang sesungguhnya. Selama ini baik Arga maupun Arya hanya datang untuk mengecek perkembangan kondisi Erina, tidak ada satupun dari dirinya maupun Arya yang meluangkan waktu untuk menemani Erina mengobrol seharian dengan penuh semangat dan kebahagian. Hanya wajah murung dan tangisan yang selalu Arya dan dirinya tunjukan pada Erina.

Viola memegang erat tangan Erina dan menautkan jari kelingking mereka seolah sedang melakukan perjanjian.

"Vio janji besok akan menemani kakak lagi. Tapi kakak juga harus janji sama Vio buat bangun ya. Vio mau lihat senyuman kakak. Kata dokter Arga senyuman kakak manis dan pipi kakak bolong. Hehe," lagi-lagi anak itu hanya tertawa pelan. Dan kini Arga pun ikut terkekeh.

"Nanti kalau kakak sudah bangun, Vio akan kenalkan kakak sama daddy. Daddy juga pipinya bolong kalau lagi senyum. Dan daddy sangat tampan, makanya Vio cantik," Viola tersenyum dengan tulus dan penuh kebanggaan membuat Arga gemas melihatnya.

Tepat setelah kalimat Viola selesai, jari-jari mereka yang masih bertaut bergerak. Iya, Erina merespon perkataan Viola dengan menggerakkan jarinya (lagi) tidak hanya itu, ada air mata yang keluar dari sudut matanya Erina.

Viola dan Arga yang menyaksikan kejadian tersebut merasa terkejut dan tidak percaya, tapi disisi lain mereka juga benar-benar merasa senang. Erina bahkan terus menggerakkan jari tangannya setiap kali Vio mulai berbicara. Erina sudah mulai bisa merespon perkataan mereka. Dan itu benar-benar keajaiban.

"Siapa sebenarnya kamu Viola?" batin Arga.

✿✿✿✿✿

Viola pulang dengan keadaan senang. Bibirnya tak berhenti tersenyum. Dia bahkan sesekali bersenandung, mengabaikan apapun yang dilaluinya, bahkan daddy nya yang sudah menunggu di sofa pun luput dari pengelihatannya. Dia hanya berlalu begitu saja. Sampai sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Viola Han."

Viola tersentak kaget. Tanpa menoleh pun dia tahu itu suara daddy nya. Seketika Viola langsung berbalik dan menubruk kan dirinya pada Phillip.

Phillip yang semula berniat menginterogasi anaknya kini hanya diam dan mulai mensejajarkan dirinya dengan putrinya itu. Jujur dia sangat khawatir sekarang apalagi tubuh putrinya kini mulai bergetar dan menahan tangis.

"Vio dari mana, kenapa baru pulang. Hmm?" tanya Phillip lembut dan mengusap kepala anaknya.

Viola masih menunduk dan memainkan ujung seragamnya. Sebenernya dia takut dimarahi daddy nya.

"Maafkan Vio dad."  Viola kini memberanikan diri untuk menatap daddy nya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Vio udah nakal dan bohong sama daddy,"  ucapnya dengan sedikit bergetar.

Phillip hanya bisa menghela nafas panjang dan kembali memeluk anaknya. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan, tapi sekali lagi, Viola adalah kelemahannya dan melihat Viola seperti ini justru membuatnya sedih.

"Sekarang Vio mandi ya, dan nanti ceritakan sama daddy semuanya." Phillip tersenyum hangat dan mencium pipi putrinya dengan lembut.

"Oke Captain," jawab Vio sambil bergegas pergi ke lantai atas, menuju kamarnya.

Setelah mandi dan makan malam Viola benar-benar menceritakan semuanya pada Phillip tanpa kecuali. Termasuk Arga dan juga--

--Arya.

✿✿✿✿✿

Entah kenapa sekarang Phillip benar-benar memikirkan cerita putrinya. Dia juga mulai penasaran dengan orang-orang yang disebutkan Viola.

"Apakah aku harus ke sana dan bertemu mereka? Sial aku benar-benar penasaran." Phillip mengacak poninya frustasi. Sebelumnya Phillip tidak pernah penasaran atau tertarik dengan kehidupan orang lain, tetapi nama-nama yang disebutkan Viola begitu tidak asing baginya dan semuanya terkait masa lalu.

"Siapa sebenarnya kakak dimple dan Arya yang dimaksud Viola. Apakah itu mereka? Tidak mungkin mereka kan?" batin Phillip.

*

*

*

- T B C -

With Love : Nhana

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status