🥀 KISAH DI PENGHUJUNG SMA (9)
Frida tidak pernah mengingkari janjinya. Apalagi jika itu berhubungan dengan Atlan. Sore hari di jam lima, Frida dan Haidar tiba di rumah bertepatan dengan Atlan yang baru bangun tidur akibat kekenyangan.Di atas meja ruang tamu, sudah tertata rapi beberapa kotak kue dengan merek toko ternama di Jakarta Pusat, dan semua itu adalah kesukaan Atlan.
"Lain kali Bunda gak usah repot-repot begini. Belinya banyak banget lagi, siapa yang bakal habisin," ujar Atlan ketika tiba di ruang tamu.
Frida yang sedang dibantu Bi Rumi dan dua asisten lain membereskan belanjaan untuk dibawa ke dalam menoleh lalu menghampiri Atlan dan memeluk putranya itu.
"Bunda kangen banget loh sama kamu. Kangen gak sama bunda?" Pelukan Frida sudah seperti mereka tidak bertemu berbulan-bulan.
"Iya, Bunda. Sama Ayah juga kangen," balas Atlan memeluk sama eratnya.
Baru saja namanya disebut, Haidar tiba-tiba muncul di balik pintu. "Sepertinya tadi ayah dengar ada yang kangen."
Sama seperti ketika memeluk Frida, Atlan juga melakukan hal yang sama kepada Haidar. Setelah pelukannya terurai, barulah cowok itu menyambar satu potong kue dan memakannya. Namun, tentu saja satu potong tidak cukup. Maka dari itu Atlan langsung mengambil satu kotak dan membawanya menuju halaman samping. Tempat yang sering digunakan keluarga itu untuk bersantai di sore hari.
Tak lama setelah Atlan tiba di sana, Frida juga menyusul sambil membawa nampan berisi minuman kemudian meletakkannya di atas meja berdampingan dengan kotak kue milik Atlan.
"Di mana, Ayah?" tanya Atlan ketika Haidar tidak ikut menyusul.
Sambil menuangkan jus jambu yang ia bawa ke dalam gelas, Frida menjawab, "Ayahmu ke kamar untuk mandi. Katanya dia sudah sangat gerah."
Kunyahan di mulut Atlan tidak pernah berhenti. Jika kuenya habis, maka Atlan akan terus menambahkan hingga sudah tidak terhitung lagi berapa potong kue yang ia makan. Sesekali jika tersedak, ia akan meminum jus jambu yang sudah disajikan Frida untuknya.
Satu kotak kue itu belum habis, tapi Atlan sudah merasa sangat kekenyangan. Melihat kue kesukaannya, Atlan memang menjadi rakus. Hal itu langsung saja mengingatkannya kepada Aydin.
Lalu tiba-tiba timbul sebuah ide jahil untuk mengerjai sahabatnya itu. Atlan merogoh ponsel di saku celana kemudian langsung melakukan video call bersama Aydin. Meski panggilan pertama tidak terjawab, tapi Atlan tetap mencoba. Hingga pada panggilan ketiga, barulah Aydin mengangkat panggilannya.
"Lama banget ngangkatnya, habis ngapain?" tanya Atlan ketika wajah Aydin terlihat.
Cowok itu menguap dan nampak sangat mengantuk. "Lo ganggu gue habis mimpi aja. Ngapain sih, kangen Lo pake vc segala. Masih siang juga."
"Siang apaan, Udin. Udah sore hampir maghrib ini."
Dilihatnya Aydin mengangguk-anggukkan kepala. "Ya udah. Kenapa Lo nelpon sore-sore?" Aydin bertanya ulang.
Atlan membalikkan kamera ponselnya menjadi kamera belakang yang langsung menyorot ke arah kotak kue juga jus jambu di sampingnya.
"Bunda sama Ayah baru pulang dari Jakarta Pusat. Bawa kue banyak banget. Sampai susah gue habisin sendiri," kata Atlan sengaja membuat Aydin tergoda. Ia tahu bahwa sahabatnya itu tidak akan tahan dengan godaan makanan.
Mendengar itu, mata Aydin yang tadi sangat sulit terbuka menjadi melebar. "Lan, Lan. Sisain buat gue, gue otw ke sana."
Atlan bersorak dalam hati karena jebakannya berhasil. "Yah, sisa ini aja, Din. Belum Lo nyampe juga pasti habis."
"Sisain buat gue lah sepotong aja." Aydin yang melihat bayangan Frida langsung meneriaki wanita itu. "Bunda, Bunda. Sisain buat Aydin. Jangan biarin Atlan makan semua."
Atlan terkekeh kemudian menyerahkan ponselnya kepada Frida. Ia membiarkan bundanya bicara dengan Aydin.
"Iya tenang aja, kamu ke sini kalau gitu. Nanti bunda sisakan untuk kamu," kata Frida.
Terdengar suara seruan dari Aydin sebelum Frida menyerahkan kembali ponsel itu kepada pemiliknya.
"Kamu ini usil banget." Atlan hanya terkekeh atas ucapan Frida. "Bunda masuk dulu, yah," pamit wanita itu kemudian.
Atlan kembali fokus pada layar ponselnya yang masih menampakkan wajah Aydin. "Lo denger kan yang Bunda Frida bilang, awas kalo Lo kasih habis semua jatah kue gue."
"Bodo, gue mau makan semua." Setelah mengatakan itu, Atlan langsung mematikan sambungan video call mereka. Tidak peduli jika Aydin akan mercak-mercak di seberang sana.
Atlan kembali memandang kue rasa coklat itu dengan penuh minat, tetapi perutnya sudah tidak bisa menampung makanan maupun minuman lagi. Akhirnya ia hanya bisa memandangi dan berusaha menepis rasa ingin mencicipi kue itu lagi.
Hari berganti senja. Atlan masuk membawa serta kue dan minumannya menuju dapur. Ia memutuskan untuk menunggu Aydin di kamar.
Tiga puluh menit kemudian, tepatnya setelah waktu shalat maghrib berakhir Aydin benar-benar datang. Bukannya mencari Atlan, cowok itu langsung mencari keberadaan Frida. Namun wanita itu tidak ditemukan di manapun. Aydin justru bertemu Haidar yang baru keluar dari ruang kerjanya.
"Sore, Om. Eh maghrib," sapa Aydin sambil menyalami tangan Haidar.
Pria itu menyambut Aydin tapi tidak bisa berlama-lama menemani cowok itu bicara karena harus kembali ke kamarnya. Ia pun berpamitan kepada Aydin yang bingung sendiri. Belum sempat bertanya di mana keberadaan Frida, Haidar sudah berlalu menaiki tangga.
Karena merasa tidak mungkin mencari Frida dengan mengelilingi rumah itu, Aydin pun memutuskan menghampiri Atlan di kamarnya. Ia langsung mendapati Atlan sedang duduk di depan meja belajarnya.
"Maghrib woi, ngapain diem di sana," teriak Aydin tanpa dipersilahkan masuk langsung melemparkan dirinya di atas kasur.
Atlan menoleh. "Lo sendiri tau ini maghrib, ngapain bertamu ke rumah orang."
Bukannya tersinggung, Aydin justru tertawa. Jenis tawa menyebalkan bagi Atlan. "Bunda Lo mana, Lan. Gue mau minta kue."
"Apalagi minta kue, gak tau malu banget," sindir Atlan terang-terangan. Tapi tentu hal itu tidaklah serius. Tetapi berhasil membuatnya mendapat lemparan bantal dari Aydin.
"Lo denger sendiri tadi, Bunda Frida yang mau ngasih. Gue gak minta sama Lo juga." Soal makanan jangan harap Aydin akan mengalah.
Atlan melirik arlojinya. "Bunda masih di mushola jam segini. Sana Lo shalat, berdoa supaya kuenya gak habis karena gue makan."
Aydin tiba-tiba bangkit dan berjalan menghampiri Atlan. "Muntahin kue gue, muntahin." Aydin menepuk tengkuk Atlan sampai cowok itu terbatuk-batuk.
"Gila, Lo mau bunuh gue?" Atlan mencoba melepaskan diri dari Aydin.
Akhirnya terjadilah aksi kejar-kejaran antara dua cowok itu. Setelah merasa lelah barulah Atlan menyerah.
"Parah Lo, cuma karna makanan tega mau bunuh sahabat sendiri," ujarnya.
"Lo yang minta dibunuh, gue bilang jangan makan kue gue, tetap Lo makan." Aydin kembali berbaring di kasur. "Gak mau tau Lo wajib layanin gue dengan baik."
Atlan mengalah, ia pun meninggalkan Aydin sendiri di kamar untuk mengambil kue di dapur agar tidak mendapat amukan lagi dari cowok itu.
🥀🥀🥀
Fhyfhyt Safitri
15 November 2021Kabar kelulusan Atlan dan Neira sudah sampai di telinga orang tua mereka. Di hari itu juga Haidar langsung merencanakan pesta kecil-kecilan. Namun, karena waktunya mendadak, mereka pun memutuskan untuk mengadakan pesta barbeque.Di halaman belakang kediaman Prayoga kini sudah diatur menjadi area untuk makan malam. Ada meja panjang dengan beberapa kursi juga yang tertata rapi di tengah halaman.Jika tahun lalu mereka selalu merayakan kenaikan kelas Atlan hanya bertiga, kini rumah itu menjadi begitu ramai. Bukan hanya karena kehadiran Neira, Elvina, dan Yasmin, tapi Wawa serta Aydin turut diundang.Jam delapan malam mereka sudah memulai. Atlan dan Aydin lah yang bertugas untuk memanggang daging sedangkan Neira dan Wawa menyiapkan nasi di meja. Lalu untuk para orang tua hanya tinggal menikmati."Ini apinya gak bisa dibesarin lagi apa? Udah ngiler banget gue," kata Aydin tak sabar melihat daging yang sudah matang menyeruakkan bau sedap."Kalo mau hangu
Neira yang awalnya ingin ke dapur terpaksa harus membelokkan langkahnya ketika mendengar suara bel berbunyi. Saat membuka pintu ia terkejut dengan kehadiran dua orang yang berdiri di hadapannya sambil memasang cengiran. Kening Neira mengkerut. "Kalian datang berdua?" "Enggak seperti yang Lo pikir." Wawa langsung mengelak atas apapun yang mungkin Neira pikirkan ketika melihatnya datang bersama Aydin. "Dia yang ngikutin gue." "Kepedean Lo. Gue ke sini buat ketemu Atlan. Nei, Atlan ada, kan?" tanya Aydin kepada Neira. Neira yang masih berusaha mengerti situasi hanya bisa mengangguk. "Ya kenapa Lo mau ketemu Atlan pas banget gue datang ke sini. Kan Lo bisa datang besok atau lusa gitu." "Suka-suka gue, lah. Yang punya rumah juga gak permasalahin gue mau datang kapan." Aydin langsung bergegas masuk ketika melihat Wawa membuka mulutnya. "Gak sopan main nyelonong masuk tanpa izin," teriak Wawa yang berhasil terpancing emosi oleh Aydin.
Mobil Atlan berhenti di depan teras rumah disusul mobil yang membawa Frida dan Elvina selanjutnya.Atlan buru-buru melepas safety belt-nya, lalu keluar dari mobil. Ia berputar menuju pintu bagian penumpang lalu menuntun Neira turun dari kursinya.Frida serta Elvina yang juga sudah turun dari mobil menunggu keduanya di teras dan akan bersama-sama masuk ke dalam rumah. Tapi, belum sempat mereka melewati pintu tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang dari belakang."Berhenti!"Semua orang sontak berbalik lalu terkejut mendapati keberadaan Jelita di sana."Jelita, sedang apa kamu di sini?" tanya Elvina heran.Pikiran Frida penuh akan pertanyaan tentang siapa gadis yang berdiri di depan mereka saat ini, dan pertanyaan itu langsung terjawab ketika Jelita angkat bicara."Kenapa Tante penjarain papa Jelita?" Suara Jelita tinggi sarat akan kemarahan. "Apa belum cukup, dengan kepergian Mama, sampai Tante juga mau pisahin Papa dari aku?"
Elvina mengakhiri pembicaraannya bersama Frida di telepon. Baru saja besannya itu memberikan informasi bahwa Bagaskara sudah ditangkap dan kini berada di kantor polisi.Seketika ia tidak tahu bagaimana perasaannya, antara ingin senang atau sedih.Bagaskara memang sudah dilaporkan atas dua tuduhan. Yaitu sengaja mencelakai Ferdinand serta melakukan penipuan atas pembelian saham perusahaan pria itu.Namun, yang melaporkannya adalah Haidar dan Frida. Sebab, Elvina merasa tidak tega melawan kakak iparnya sendiri di pengadilan nanti.Sekarang ia pun kebingungan mencari cara untuk mengatakan kepada Neira, sebab gadis itu sama sekali tidak tahu rencana pelaporan omnya tersebut.Saat ini Neira sedang menemani Yasmin bermain di ruang keluarga. Dan ia pun terpaksa harus mengganggu aktivitas kedua putrinya.Ketika membuka pintu, Elvina mendapati Yasmin duduk melantai bersama beberapa boneka barbie-nya. Sedangkan Neira berada di sofa sambi
Atlan sudah rapi dengan pakaiannya, kini ia sedang menunggu Neira di ruang tamu. Hari ini mereka akan mendatangi book shop untuk membeli beberapa buku persiapan ujian. Meski mereka di skors dan tidak menerima pelajaran dari sekolah, keduanya tetap bisa belajar dari rumah.Sebenarnya perasaan Neira masih belum membaik setelah kejadian kemarin, tapi Atlan berusaha menghibur gadis itu dengan cara mengajaknya jalan-jalan. Dan, ide brilian Atlan yang tidak mungkin ditolak oleh Neira adalah dengan membeli buku. Sebab, gadis itu selalu menyukai hal yang berhubungan dengan buku.Tak seberapa lama kemudian Neira datang dengan setelah dress selututnya. Hal yang sempat membuat Atlan terdiam beberapa saat karena terkesima. Atlan tidak bisa mengelak bahwa penampilan Neira saat ini sangat cantik."Duh, cantiknya menantu bunda. Mau ke mana, jalan-jalan, yah?" Frida yang datang dari arah taman samping menghampiri keduanya."Kami mau beli buku, Bunda," jawab Neira sedikit
Setelah kepergian Bagas, mereka kembali ke ruang kerja Ferdinand. Tapi, hanya Neira, Elvina, dan Frida karena Haidar sudah pulang lebih dulu untuk pergi menemui kliennya.Sejak tadi Neira sudah menahan rasa penasarannya. Baik Elvina maupun Frida menyadari hal itu tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Sampai akhirnya Neira pun menuntut penjelasan, dan keduanya tidak bisa mengelak lagi."Aku ngerasa Mama sama Bunda lagi nutupin sesuatu." Neira memandang Elvina dan Frida secara bergantian. Di mana kedua wanita itu pergi ke tempat berbeda. Jika Frida kembali ke sofa untuk duduk, Elvina sendiri menghampiri meja kerja Ferdinand untuk melakukan panggilan kepada Nimas."Apa yang kalian sembunyiin? Dan kenapa aku gak dikasih tau?" tanyanya."Neira, duduk sini. Kamu gak capek berdiri terus?" panggil Frida. Ia mengambil salah satu cangkir kopi susu yang tadi dibawa OB. Meski sudah tidak sehangat tadi, ia tetap meminumnya.Neira menurut tanpa banya