Share

KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG
KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG
Penulis: ikan kodok

Komentar Ipar Memicu Kecurigaan

Part 1 (Komentar Ipar Memicu Kecurigaan)

****

Aku yang saat itu sedang membuka aplikasi berwarna biru membulatkan mata. Sebuah komentar yang menandai suamiku membuat alisku bertaut. 

[Selamat yah Sheri, anakmu dan @Iden, lucu. Langgeng terus.] Begitu lah isi komentar tersebut. 

Tanpa bisa kutahan, aku menerka-nerka. Kenapa Meli, kakak iparku menandai Mas Iden dalam komentarnya. Lalu anak siapa yang ia maksud? Aku belum hamil? Dan Sheri, siapa perempuan itu? Lantas ada  hubungan apa postingan yang memperlihatkan bayi lucu dan menggemaskan ini dengan suamiku? 

Astaga, nyaris kepalaku ingin pecah memikirkannya. 

Segera kuscreenshot komentar Meli berserta postingan tersebut.  Setelahnya, melihat akun yang bernama Sheri Puspitasari, sosok yang memposting foto bayi itu. 

Tidak ada hal yang mencurigakan. 

Akun F* Mas Iden pun tidak berteman dengannya.

Lalu, kenapa Meli menandainya. Seakan ia sedang memberi ucapan bahagia pada Mas Iden. 

Ada apa ini? Apa telah terjadi—ahh, aku mikir apaan sih! 

Aku mengusir pikiran buruk itu, belum ada bukti yang jelas, aku tidak bisa asal tuduh. 

Lebih baik aku tanyakan saja pada Meli. 

Ting!

Ting!

Ting!

Tiga kali ponsel Mas Iden bergetar, aku lupa kalau dia ada di rumah. Kenapa aku tidak tanyakan saja padanya, tidak ... Tidak ... belum tentu juga dia mau berkata jujur.

Ooh, ayo lah, harus apa aku sekarang!

"Buka atau tidak?" Monologku. 

Aku mengedarkan pandangan, dan jatuh ke pintu. Mas Iden keluar, ia pamit ke dapur. Dan sampai sekarang belum kembali, itu berarti aku punya kesempatan untuk mencari tahu lewat ponselnya. 

"Ini memang salah, tapi aku bisa apa?" 

Aku menyambar ponsel Mas Iden, kemudian menyalakannya. Berhasil, tidak ada PINnya. 

Tanpa basa-basi aku meluncur ke aplikasi berwarna hijau, melihat banyaknya pesan yang masuk dan belum sempat di baca. 

Aku memilih membuka pesan dari Ibu mertuaku. Karena pesan itu berada paling atas. 

[Den, kirimi Ibu uang. Ibu mau belanja, gak banyak 100 juta.] Pesan itu di kirim seminggu yang lalu. Aku menggesernya ke atas, dan kembali ke bawah. 

[Den, jangan lupa uang bulanan buat beli susu bayi sama pempes.]

Aku terperangah, kenapa pula Ibu mengirim pesan seperti ini? 

Beli susu bayi sama pempes? untuk siapa? Meli? Iparku juga belum hamil? Ya Tuhan, begitu banyak teka-teki yang membingungkan. 

Tak cukup sampai di situ, Ibu mengirim beberapa pesan yang belum Mas Iden baca. Ibu mengirimnya tiga menit yang lalu. 

[Kirimi Ibu uang, Ibu mau belanja sama Sheri.]

[Den]

[Iden.]

[Gak usah Den, kamu ke rumah Ibu aja sekarang. Gak kangen sama Dea.]

Buru-buru aku meletakkan ponsel itu kembali pada tempatnya saat pintu kamar terbuka. Dea? Apa itu anak bayi yang Ibu maksud. 

Mas Iden datang membawa segelas air putih. Ia meminumnya sesekali melirikku. 

"Ada apa? Kok kamu gugup?"

Aku menggelengkan kepala, jantung masih berdegup kencang. 

"Gak kok Mas."

Ia berjalan mendekat, kemudian menaruh gelas itu di nakas, dan beralih pada ponselnya. Semoga saja ia tidak curiga, kalau aku tadi sempat membuka ponselnya. 

"Aku mau keluar, ada urusan," ucapnya tanpa menoleh. Ia mengambil kunci mobil, dan jaket yang ada di sofa. 

Aku yakin, ia pasti mau ke rumah Ibu. Sesuai dengan pesan yang ia kirim. 

Setelah Mas Iden keluar dari kamar, aku melompat dari ranjang. Mengambil tasku, lalu mengikutinya. Aku akan membututinya untuk mencari tahu yang sebenarnya terjadi. Kalau benar dia bermain api, detik itu juga aku akan mengambil semua yang menjadi miliknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status