공유

KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI
KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI
작가: Alea

1. Menikah Lagi?

작가: Alea
last update 최신 업데이트: 2022-09-20 00:11:27

“Besok, aku akan menikahi kekasihku.”

Jderrrr

“Apa!” Tubuhku terlonjak kaget dari sofa, rasanya jantungku terlompat dari posisinya membuat duniaku berhenti saat itu juga.

Apakah ini mimpi, tidak pernah terlintas sedikit pun ucapan keramat itu keluar dari mulut laki-laki di hadapanku yang telah menikahiku satu tahun lalu. Laki-laki yang sangat aku cintai hendak menikah lagi. Dan apa katanya tadi, menikahi kekasihnya, akankah selama ini ada wanita lain selain diriku di hatinya.

‘Tidak!’ Kepalaku menggeleng tegas, menepis apa yang terjadi di hadapanku adalah mimpi belaka. Pasti ini mimpi, ya?!

Pikiranku berkelana, sadar keadaan rumah tangga kita tidak seharmonis seperti keluarga pada umumnya. Dia sibuk bekerja berangkat kerja pagi, pulang malam. Suamiku adalah CEO di perusahaan Gunawan Group tak lain milik keluarga besarnya menggantikan posisi ayahnya yang sedang sakit, bergerak di bidang property dan ritel.

Dia selalu bersikap dingin dan kasar, berbicara bila penting saja, tidak pernah memberi perhatian dan sayang walau sekedar ucapan manis padaku. Bahkan ia tak segan main tangan bila aku berbuat salah terutama mengusik ketenangannya dan menolak keinginannya. Aku iri melihat istri diluaran sana yang bahagia merasa disayangi dan dicintai oleh suaminya, tapi tidak dengan diriku.  

 “Aku anggap diammu itu setuju, Sila,” serunya menyadarkanku, ini bukanlah mimpi tapi kenyataan.

“Jangan!” tegasku lantang. Terlalu sulit dan lama untuk mulut ini berbicara panjang lebar meskipun dalam hatiku ingin karena hanya akan menyita waktu, membuatnya bosan mencerna ucapan payah ini.

Asyila Putri namaku biasa dipanggil Sila dan ini kekuranganku, tidak bisa berbicara alias speech impairment atau lebih dikenal tuna wicara setelah mengalami kecelakaan tiga belas tahun lalu tepat umurku 7 tahun. Beruntungnya nyawaku tertolong, akibat benturan keras mengenai kepala membuat pendarahan di otak hingga kemampuan berbicaraku terganggu. Aku tidak bisa berbicara semenjak saat itu.belum lagi rasa trauma keluar berpergian mengendarai kendaraan, akibatnya aku selalu mengurung diri di dalam rumah, tak memiliki teman bahkan kekasih hingga usiaku menginjak remaja.

Ujian datang silih berganti, tepat usiaku menginjak 20 tahun, kedua orangtuaku meninggal setelah terlibat kecelakaan sama seperti yang aku alami dulu. Malang, aku terlahir sebagai anak tunggal di keluarga pengusaha ayam petelur sukses di kota tempat kelahiranku kini harus hidup sebatang kara. Masa depanku buram tak memiliki keluarga, kerabat, teman bahkan kekasih, namun aku memiliki bakat menulis yang bisa menghasilkan uang sendiri.

Ditengah keterpurukan kehilangan orangtua, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki asing, didampingi orangtuanya menemuiku berniat menikahiku, dialah Marvin Gunawan, suamiku sekarang. Laki-laki berparas tampan dan gagah mampu merebut hatiku pada pandangan pertama. Tanpa pikir panjang aku menerimanya dengan mantap tanpa mempertimbangkannya, kuanggap ia tulus mencintaiku dengan menerima ketidaksempurnaanku.

“Kamu punya kekasih?” Bibirku bergetar. Sekelibatan bayangan terlintas di kepalaku atas pengakuan asisten di rumahku sebulan lalu mengaku pernah melihat Marvin berjalan mesra dengan seorang wanita. Namun aku kira itu hanya salah melihat, tapi ternyata itu benar adanya.

“Ya.” Tanpa beban kepalanya mengangguk membenarkan.

“Bi Sumi tidak berbohong,” lirihku.

“Jadi Bi Sumi pernah melihatnya … dan memberitahumu,” Marvin tidak menyangkal. “Tapi kamu tidak percaya, bodoh!” Dia tertawa hambar tak ada rasa bersalah sedikit pun boroknya terbongkar.

Mataku memanas. “Kamu jahat, Mas!” Tidak menyangka pernikahanku yang baru setahun ini diguncang adanya kehadiran orang ketiga.

“Aku sangat mencintainya,” Dia mengulas senyum tipis namun tersirat kesungguhan. “Kita saling mencintai.” lanjutnya.

Cess

Seketika ribuan jarum menancap di hatiku hingga terluka namun tak berdarah. Tanpa permisi air mataku keluar dengan derasnya membasahi pipi. Tidak menyangka hari ini adalah hari terburukku, dikhianati suamiku sendiri yang selalu aku sabari dan layani di rumah.

“Mencintai?” Tanganku menyeka air mata yang mengaburkan pandanganku dengan kasar.

“Aku?” lanjutku menunjuk diri sendiri, bila mencintai wanita lain mengapa dulu menikahiku.

Selama ini apa arti dari semua yang telah kulakukan padanya. Melayani dan menghormatinya dengan menjalankan semua tugas dan kewajibanku termasuk melayani kebutuhan biologisnya di ranjang. Apa tidak ada cinta ketika ia melakukannya bersamaku, tanyaku dalam hati.

“Lihatlah sikapku selama ini padamu? Apa kamu tidak sadar, tidak ada cinta untukmu dihatiku,” tegasnya, menunjuk diriku dengan tatapan tak ada rasa sayang, yang selama ini selalu aku dapatkan tiap hari bersamanya namun aku terima dengan sabar tanpa rasa curiga berlebihan.

Deg

Bodoh! Seharusnya aku sadar dari awal, mana mungkin orang saling mencintai berani menyakiti pasangannya termasuk bersikap dingin. Sayang aku selalu menutup mata berdalih berpikir positif selama ini. Jadi selama ini aku hanya mendapat pahala saja atas menyenangkan suami tapi tidak dengan cintanya. Sakit sekali hatiku.

Lidahku kelu berbicara lagi, membutuhkan tenaga ekstra. Tak terpikirkan sama sekali kenyataan menyakitkan seperti ini menghampiriku.“Kenapa menikahiku!” Tanganku menguntai kata di sebuah catatan kecil berwarna merah muda yang selalu aku bawa kemanapun untuk membantuku berinteraksi dengan orang lain termasuk pada suamiku.

Seketika Marvin bungkam setelah membacanya. Aku pikir bukan karena keadaanku tidak bisa berbicara, dirinya beralih hati pada wanita lain. Apakah aku kurang cantik di matanya selama ini. Tapi aku selalu berpenampilan rapi dan bersih walau sederhana, maklum hanya di rumah.

Marvin menetralkan mimiknya. “Dia jauh lebih cantik ketimbang dirimu yang tidak pandai merias diri dan … bisu. Dari segimanapun kamu kalah darinya.” Ia menatap diriku dari atas sampai bawah dengan remeh.

Aku menggeleng, bila karena fisik tak mungkin Marvin mau menikahiku dulu. Bukankah pernikahan adalah sakral, menikah dengan orang tercinta.

“Kenapa menikahiku?” Aku tak percaya, dengan berani tanganku menarik kemejanya hingga tubuhnya terguncang. Dia kaget melihatku seberani itu mengingat selama ini sikapku selalu lembut padanya. Aku merasa keanehan ketika Marvin bungkam sesaat sebelumnya.

Tiba-tiba tangannya menghempas tanganku hingga tubuhku yang ringkih terdorong ke belakang dan terjerembab ke lantai dengan kasar. Aku mengaduh kesakitan memegangi pantat yang terasa sakit, namun terbiasa mendapatkan perlakuan ini cuma ini yang paling kasar yang pernah aku dapatkan selama menikah.

‘Setelah semuanya kuberikan padamu!’ tulisku lagi setelah bangkit kesusahan.

Marvin membacanya malas. “Itu sudah menjadi hakku sebagai suami dan kewajibanmu sebagai istri, bukan.”

Cih, masih menganggap suami namun tidak menganggap istrinya. Istri diluaran sana tidak ada yang ingin dimadu apalagi diperlakukan buruk dan kasar. Mungkin mereka akan meminta berpisah terutama diriku.

Tapi, aku tidak bisa, selain rasa cinta juga karena semuanya telah kuberikan padanya. Harta peninggalan orang tuaku dan kehormatanku tentunya menjadi alasanku bertahan dengannya selama ini. Bisnis mendiang orang tuaku telah kuserahkan padanya di awal kita menikah, mengingat keadaanku tidak bisa mengelolanya.

“Kau tidak bisa begini.” Tanganku meraih lengannya.

Tanganku dihempas lagi, tubuhku terhuyung namun aku bisa menyeimbangkannya. “Tentu bisa. Apa yang tidak bisa kulakukan selagi itu membuatku bahagia.”

‘Apa kamu tidak bahagia bersamaku?’ tulisku lagi, menatap pilu atas pernyataan Marvin.

Dia tertawa hambar, mengejek. “Darimana aku bisa bahagia harus bersanding dengan wanita yang tidak kucintai apalagi bisu,” ucapnya tak punya hati mengulangi kata menyakitkan itu.

“Apa salahku?” tanyaku dengan terisak.

“Tidak ada yang salah darimu. Kamu baik. Tapi sayang cintaku padanya begitu besar sesuai janjiku untuk menikahinya, aku wujudkan besok.”

“Jangan menikah,” pintaku menggenggam tangannya erat seolah aku tidak ingin kehilangannya.

“Tidak, keputusanku mutlak.” Marvin menolak mentah kemudian berlalu pergi. “Terima saja, kalau masih mau jadi istriku!” Runtuh sudah janji yang diucapkannya ketika mempersuntingku setahun lalu, bukannya mempertahankan pernikahan ini malah meruntuhkannya.

Deg  

Tidak, Aku tidak rela melepaskan Marvin begitu pun pernikahan suci kita di hadapan Tuhan dan banyak orang, masih jelas di benakku berjanji menikah sekali seumur hidup seperti mendiang kedua orang tuaku sampai maut memisahkan.” Jangan menikah lagi!” pintaku dengan keras, namun diabaikannya.

 “Yang sabar, Mbak Sila.” Bi Sumi, asisten di rumahku mendekap tubuhku dengan erat, diam-diam mengintip pertengkaran kita dari balik dinding.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   17. Pengakuan demi Anak

    Hening menyelimuti seisi ruang tamu. Mataku menatap lekat Marvin yang duduk di sofa bersebelahan dengan ibunya berbicara lebih dulu. Cukup lama terdiam membuat Kevin beranjak untuk pamit ingin memberikan ruang yang nyaman untuk kita berbicara. Namun segera kutahan demi menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi, pikirku.Melihat itu, Marvin akhirnya angkat bicara. “Sila, aku mewakili keluargaku minta maaf atas kejahatan yang sudah terjadi di masa lalu.” Terjeda beberapa detik menyempatkan menoleh ke samping di mana sang ibu masih diam. “Aku sangat menyesal itu pernah terjadi. Aku tahu pasti berat, tapi sungguh kedatanganku di sini tulus meminta maaf.”“Sekarang kamu minta maaf setelah kemarin mengancamku ingin menghabisiku dan anak ini,” selaku cepat untuk mengingatkan. Padahal baru dua hari lalu kami tidak sengaja bertemu dan dia mengatakan ingin menghabisiku hingga membuatku ketakutan.Kevin yang masih duduk di sampingku langsung melotot tak percaya dengan apa yang barusan dideng

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   16. Minta maaf?

    “Ada perlu apa dengan Sila?” Kevin menyahut cepat tanpa ada keramahan sedikitpun dari suaranya. “Apapun yang mengenai dia, harus berurusan dengan saya dulu.”Jujur aku terkejut namun juga merasa terwakilkan. Aku saja bingung bagaimana menghadapi seorang diri Marvin yang dengan terang terangan mau berbicara denganku.Aku masih bergeming tanpa membalikkan badan. Seharusnya mudah saja tinggal masuk ke dalam rumah dan tak memperdulikannya, tapi entah kenapa seperti ada sesuatu yang tak kasat mata menahan kakiku untuk tetap diam.Lama tak ada jawaban, aku mengambil langkah lagi. Tapi …“Sila, aku minta maaf. Ampun.” Setelahnya terdengar sesuatu jatuh membentur tanah membuatku kaget disusul suara putus asanya. “Aku sudah menerima karmanya.”Jadi, itu alasannya datang ke sini. Jujur kaget mendengar pengakuannya namun aku tak bisa untuk tersenyum mengejek mendengarnya. Sekarang aku mempercayai adanya hukum tabur tuai.Dulu aku memang kalah membiarkan keadilan tak memihakku yang jelas menjadi

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   Ada apa ini?

    Rencana makan malam berubah total. Yang aku kira bakal seru makan bersama sambil bercanda dengan Kevin karena ini kali pertama makan di luar malah berakhir bertemu dengan Marvin. Dan kini Marvin terlibat obrolan serius dengan Kevin dan klien Kevin di dalam ruangan yang dibatasi sekat berupa kaca, aku bisa melihatnya dari luar.Ada urusan apa sehingga Marvin dilibatkan?Aku berusaha bersikap biasa seolah tak saling mengenal, namun nyatanya mata ini tak bisa dikendalikan terus memperhatikan gerak gerik Marvin sedang menjelaskan sesuatu yang terlihat serius hingga sesekali Kevin menimpalinya. Yang sekarang kulihat, Marvin berwibawa ketika sedang berbicara seperti itu hanya saja penampilannya terlihat sederhana dengan tubuh yang kurus jauh berbeda dengan ketika dulu masih bersama. Semua yang ada padanya tidak luput dari mataku.Tanpa kusadari sudah tiga puluh menit lewat, obrolan mereka selesai dan Marvin hingga beranjak pergi tanpa sedikitpun menoleh ke arahku. Dia langsung pergi dengan

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   14. Tidak Mengenal

    “Jadi Bi Sumi sudah tahu? Kenapa nggak bilang padaku?” jelas aku menggerutu kesal. Bi Sumi yang sedang duduk di sebelahku baru mengaku kalau sudah tahu laki-laki yang mengembalikan dompetku semalam adalah Marvel. Pantas saja mereka diam saja, tak mungkin hanya aku yang mengenali Marvel.“Mas Kevin yang melarang, Mbak.” Terpancar rasa bersalah di mata keriput itu membuatku tak tega menyalahkannya lagi. “Bibi awalnya kaget dan ragu melihat Mas Marvel seperti itu. Tapi setelah Mas Kevin memberitahu diam-diam, baru bibi percaya.”Aku mendesah pelan. Tidak hanya aku saja yang kaget dan prihatin melihat keadaan Marvel sekarang. Marvel yang sekarang terlihat kurang terurus dibandingkan dulu yang selalu tampil fashionable. Sejenak aku mengambil nafas singkat, menstimulus otak untuk mengusir bayangan kesdihan yang mungkin bisa semakin dalam karena tak mau ambil pusing dengan kehidupan Marvel lagi.Bukan karena aku tidak atau belum berdamai dengan keadaan. Hanya saja apa yang telah diperbuat Mar

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   13. Kenyataan

    “Sila, kamu dari mana?” Langkahku terhenti melihat Kevin sedang duduk sendirian di depan rumah sambil membaca koran. Apakah dia menungguku pulang?Setahuku Kevin kalau pulang ke rumah tidak pernah di luar rumah sekalipun membaca koran. Meskipun jarang pulang tapi aku sedikit tahu kebiasaannya selama di rumah yaitu gym dan bekerja di dalam rumah. Tidak heran usianya yang sudah menginjak 28 tahun belum memiliki pasangan karena masih betah sendiri. Tapi di mataku dia adalah orang pekerja keras.“Kamu habis menangis?” tanyanya lagi sambil bangkit dari duduknya berjalan mendekat ke arahku menatapku intens.Terlambat. Aku tak bisa berkutik. Padahal aku ingin segera masuk ke kamar agar tidak ada orang yang melihat kesedihanku. Mataku yang sudah banjir air mata dilihat Kevin. Meski begitu tanganku berusaha menghapusnya dengan punggung tangan. Ditanya seperti itu aku belum bisa menjawab karena masih syok dengan pertemuan tak terduga barusan.Ditanya seperti itu hatiku mencelos. Mendadak dada in

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   12. Pertemuan Kembali

    Pagi menyapa dengan sinar cerah dan udara yang menyejukkan mata. Burung berkicauan di atas langit seraya mengepakkan sayap menambah indahnya pemandangan. Semua orang terlihat sedang berkumpul bersama untuk menikmati hari weekend.Aku sedari tadi masih berdiri tak bosan memperhatikan setiap orang yang lewat hanya sekedar jalan-jalan di depan rumah. Sudah menjadi pemandangan biasa setiap hari libur tiba, yang ternyata mampu membuatku terhibur hanya dengan melihatnya saja. Tapi kali ini terasa berbeda, ketika bayangan laki-laki semalam melintas di kepalaku.Benarkah dia Marvin?Ingin rasanya tadi malam bertanya langsung kepada Kevin mengenai Marvin tapi bibir ini ragu. Selain karena tidak mau menggangu Kevin yang jelas lelah habis pulang juga tak mau membuka luka lama yang telah aku kubur. Meskipun dari lubuk hatiku yang paling dalam ingin tahu keadaan Marvin, entahlah, usai bertemu laki-laki asing tadi malam malah membuatku teringat Marvel. Jadilah sekarang aku penasaran.“Sebaiknya ak

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status