KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 25**PoV SandrinaAkhirnya semua berjalan lancar. Kerja sama untuk produk baru di setujui. Aku akan pelan-pelan memulihkan lagi Pabrik Papa ku yang nyaris bangkrut. Terkadang mengurus Perusahaan ini menyita waktuku. Aku juga tak sempat lagi berkarya sebagai desainer. Meski rindu sangat menyapa untuk aku terjun lagi ke sana. Aku tak bisa fokus karena usaha almarhum Papa membutuhkan perhatian, ditambah Mas Alif dan keluarganya. Berkat laporan yang dia buat juga akhirnya permohonan kami di setujui. Aku sudah berhasil perlahan meski harus lebih banyak bersabar. Sekarang, aku tak lagi butuh Mas Alif. Sudah cukup mereka menyakiti aku. "Bu ...." Damar menyapa ku yang sedang berdiri di balkon. Aku tersentak kaget membalik badan tanpa sadar kalau aku sedang memegang teh hangat. Entah bagaimana teh itu tersiram ke lengannya karena pikiranku tak fokus. Aku meringis karena kemeja tangan panjang yang di pakai Damar di bagian tangan basah karena ulahku. "Aduh, maaf, D
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 26. **PoV Alif."Kamu mau kita bercerai, Mas? Terus aku dapat apa? Ingat ini adalah anak kamu!" kata Miranti dengan wajah garang padaku saat kami berada di kafetaria setelah periksa di klinik.Aku menyampaikan padanya kalau kami lebih baik berpisah saja. Sandrina akan menggugat cerai dan menyuruh kami semua angkat kaki. Aku bukan tak mau melawan tetapi aku juga tak bisa melawan karena semua kuasa Perusahaan ada di tangan Sandrina. Rumah juga adalah milik almarhum orang tua Sandrina. Istilahnya aku adalah lelaki mokondo yang numpang hidup dengan Sandrina. Aku tak berpikir sampai jauh kalau Sandrina akan memblokir rekening Perusahaan. Uangku sudah kuberikan pada Ibu dan Miranti sementara yang lain hendak aku ambil namun aku kalah cepat dengan Sandrina yang sudah lebih dulu memblokirnya. Istriku itu sangat keterlaluan. Dia benar-benar membuat aku miskin. Dia juga memanfaatkan aku untuk bekerja. Setelah berkas yang ku kerjakan di terima kerja samanya, tak
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 27. **PoV Alif"Aku juga gak sudi tinggal di rumah kamu, Sand. Aku sama sekali gak sudi!" "Kalau begitu silahkan kalian pergi dari rumahku. Untuk apa masih di sini!" kata istriku dengan wajah garang. Aku tak pernah melihat kemarahan sedemikian besar pada wajahnya. Kali ini Sandrina benar-benar marah. "Sand. Kamu serius dengan semua ini. Kamu serius ingin berpisah dari aku?" tanyaku masih dalam keadaan lembut, berharap dia berubah. Aku juga sedikit menyesali keputusanku meninggalkan dia demi Miranti. "Sand. Jadi janda itu susah loh. Kamu mau jadi janda apa kalau berpisah dari Alif?" Ibu menimpali berharap Sandrina berubah. "Lebih baik aku jadi janda, Bu. Daripada kalian membunuhku perlahan. Semuanya sudah jelas dan silahkan tinggalkan rumahku!" katanya lagi. Dua bodyguard membawa tas kami. Mereka memindahkannya ke luar. "Sand, Mas gak terima kamu begini kan. Awas saja kamu, Sand!" ucapku akhirnya pergi. Aku merasa runtuh setelah harga diriku diinjak-inj
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 28. **PoV Author. Mereka semua tertidur karena merasa kelelahan. Tidurnya cukup pulas, Ratmini beberapa kali menggeliat akibat kelelahan. Kasur yang berjumlah empat buah itu di gelar di atas tikar dalam satu kamar sebab kamar sebelah masih kotor dan belum di bersihkan. Ratmini menggeliat lagi dan entah mengapa dia ingin buang air kecil. Tiba-tiba Ratmini berteriak histeris dan membangunkan mereka bertiga yang lain yang sedang tertidur pulas. "Ada apa sih, Ratmini!" sentak Ibu yang tertidur di sebelahnya. "Anu, Bu ...." Ratmini menghentikan ucapannya. "Kamu ganggu orang tidur aja. Anu ... Anu .... Itu apa?" Miranti protes sambil mengucek matanya. "Itu aku tadi lihat ada sosok putih yang berada di samping kamu, Mir!" lirihnya dengan tubuh bergetar. Miranti langsung memeluk Alif karena ketakutan sambil memegang tengkuknya. "Jangan main-main kamu, Rat! Maksud kamu apa? Hantu?" "Iya, kali. Rumah kamu ini terindikasi berhantu kali, Mir. Makanya, Abang kam
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 29. **PoV Alif. Aku pagi hari sudah pergi ke kantor untuk mengambil buku tabungan dan ATM yang ku sembunyikan di ruangan Sandrina. Aku menyelipkannya di sebuah buku. Aku sangat yakin Sandrina belum mengambilnya. Uangnya memang tak banyak tetapi lumayan untuk aku bertahan hidup. Daripada seperti ini. Aku tidak memiliki apapun lagi setelah Sandrina membuang ku. "Mas, setelah uang nya dapat. Aku gak mau tinggal di rumah berhantu ini. Aku takut ada di rumah ini, Mas!" "Kamu pikir uangnya cukup! Itu hanya bisa untuk kita bertahan hidup saja!" kataku geram ke Ratmini. Keluargaku selalu punya banyak permintaan. Aku hanya berharap uang itu aman dan masih bisa ku gunakan untuk bertahan hidup. "Tetapi rumah ini seram, Mas. Kenapa hanya aku yang melihat padahal Miranti juga hamil. Dia diincar, Mas!" Ratmini berkata semakin ngawur saja. "Kamu bicara apa, sih. Segera kamu ambil surat tanah Ibu sama suami kamu itu. Kamu pikir itu semua gak berarti!" sergahku ke
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 30.**PoV Sandrina Aku menghela napas sambil menyeruput kopi di kafetaria yang tak jauh dari kantorku. Ku ambil gawaiku lalu ku kirim pesan ke Damar melalui aplikasi hijau. [Kamu bisa datang ke sini?] [Kemana, Bu?] Dia menjawab pesan itu dengan sangat cepat. Aku menepuk kepalaku teringat kebodohan tadi di kantor saat Mas Alif datang. Mas Alif sengaja melakukan itu sehingga aku menjadi asal bicara saja. Kali ini akan aku jelaskan pada Damar, apa yang sesungguhnya terjadi. [Datang ke Kafetaria yang tak jauh dari kantor. Aku share alamat sama kamu] [Baik, Bu] Aku mengelap kasar wajahku teringat kejadian tadi. Kejadian saat Mas Alif yang memang berstatus sebagai suamiku datang ke kantor. Aku sudah mendaftarkan perceraian kami ke Pengadilan agama. Sebentar lagi kami akan berpisah. Aku sudah mempersiapkan diriku sedemikian baik. Walaupun kata orang menjadi janda sulit, tetapi untuk bertahan dalam lingkungan toxic sungguh aku tak mau. Teringat lagi pesan Da
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 31.**PoV Sandrina. "Sandrina!" Suara itu membuat senyumku sirna. Sosok Ibu dan Miranti ada di sana. Mereka sepertinya sedang berbelanja di tempat ini. Terlihat akur, aku teringat masa lalu saat berbelanja dengan Ibu mertua yang sebentar lagi akan menjadi mantan mertua. Dia akan mengambil apa saja yang dia mau. Semua diambil sebagai sebuah kesempatan. "Ibu," gumam ku dengan sangat pelan. Netra Ibu melihatku tajam. Dia juga mengalihkannya ke Damar. Rasa tak sukanya langsung menguar begitu saja. "Ngapain kamu di sini, Sand? Kamu menyelingkuhi anakku. Kamu menuduh Alif menyeleweng sementara kamu sama saja!" Ibu berkata kasar padaku walau suaranya tak terlalu kuat, mungkin dia malu dengan orang banyak yang berlalu lalang di pusat perbelanjaan ini. Aku hanya mencibir seluruh perkataannya sebagai sebuah tuduhan. Wajar dia menuduhku karena Mas Alif pasti mengadu pada Ibunya ini. "Yang nyata berselingkuh adalah Mas Alif dengan Miranti. Tujuan Miranti suda
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 32. **POV AUTHOR."Damar saya mau bertanya sama kamu. Apa hubungan kamu dengan Tissa?" tanya Sandrina ke Damar. Lelaki itu melirik Sandrina lalu mengernyitkan dahinya. "Hubungan maksudnya bagaimana, Bu?" tanya Damar bodoh. "Yah, hubungan. Apakah calon istri atau bagaimana?" Damar hanya tertawa kecil menanggapi pertanyaan Sandrina. "Kenapa ketawa?" "Eh, enggak, Bu. Saya gak ada hubungan apapun dengan wanita saat ini. Sejak istri saya meninggal beberapa tahun lalu. Saya hanya sibuk bekerja di kantor maupun Panti. Mengenai Tissa, mengapa Ibu tanya seperti itu?" Damar heran melirik lagi sekilas Sandrina yang seperti memikirkan sesuatu. "Dia tadi introgasi saya panjang lebar. Kayaknya setelah melihatnya mimik wajahnya. Dia suka deh sama kamu," balas Sandrina asal."Suka? Bagaimana maksudnya?" "Saya juga gak tahu tapi dia beberapa kali bertanya apa hubungan kita." Damar menghembuskan napas perlahan. Dia tertawa getir sambil terus menyetir. Lelaki itu hany