Share

BUKTI TAMBAHAN

Author: Putri putri
last update Huling Na-update: 2022-06-09 19:18:54

“Nggi, bantuin Mbak beresin meja dong,” pintaku pada Anggi, adik iparku setelah mereka selesai makan.

“Emangnya kamu enggak bisa lakukan sendiri, Dek?” 

Mas Arga langsung menyambar ucapanku.

“Bisa sih bisa Mas, tapi kalau ada yang bantuin kan jadi lebih cepat selesai,” jelasku. 

“Kalau bisa sendiri, kenapa mesti minta Anggi yang melakukannya?” tanya Mas Arga. 

“Aku Cuma minta bantuan doang, Mas! Lagian juga enggak tiap hari,” jawabku kesal. 

Kadang Aku heran sama suamiku. Kalau aku minta Anggi untuk membantu pekerjaan rumah, pasti dia langsung protes. Ujung-ujungnya aku sendiri yang mengerjakannya. 

“Aku mau ngerjain tugas dulu, Mbak! “ 

Adik iparku yang sedari tadi hanya diam kini mulai membuka suara. Sayangnya, ia berkata sambil pergi ke kamarnya. Aku hanya menghembuskan  nafas kasar melihat tingkahnya.

“Itu kan sudah kewajiban kamu sebagai istri!” timpal ibu, “Jadi jangan malas!” 

“Siapa juga yang malas, Bu? Bukankah aku setiap hari melakukan kewajibanku?” 

Aku membantah tuduhan ibu dengan sedikit meninggikan suara.

“Dinda!” Hardik Mas Arga.

“Begitulah kelakuan istrimu, Ga! Kalau dinasihati pasti selalu membantah.” Ibu mengompori suamiku agar semakin marah. Ia tersenyum licik sambil melirikku. 

“Bereskan meja ini sekarang juga!” titah suamiku. Matanya mendelik menatapku.

Dengan enggan akhirnya  aku  beranjak membereskan sisa makanan yang ada di meja, sementara Mas Arga dan Ibu berpindah ke ruang keluarga. Segera kucuci gelas dan piring kotor yang baru saja mereka gunakan. Kalau dipikir-pikir sih aku sudah kayak pembantu saja.

Dulu, sebelum aku mengetahui perselingkuhan Mas Arga, semua pekerjaan kulakukan dengan ikhlas. Kuanggap itu sebagai wujud bakti pada suami dan mertua. Namun, kali ini aku melakukannya dengan terpaksa. Hanya saja, aku harus tetap bertahan di sini agar bisa membalas perbuatan mereka.

Selesai melakukan pekerjaan itu, aku bergegas menuju kamar. Kubaringkan tubuh penatku pada Ranjang untuk melepas lelah. Tanpa sengaja mataku menangkap sebuah lipatan kertas menyembul dari saku celana mas Arga yang tergantung di balik pintu. Gegas aku bangun lalu meraih benda yang ternyata adalah slip penyetoran pada sebuah bank.

Sepasang bola mataku terbelalak sempurna saat membaca kertas tersebut. Mas Arga telah mengirim uang sebesar dua puluh lima juta rupiah pada Dini, selingkuhannya. Sebuah nominal yang sangat banyak jika di banding dengan yang ia berikan padaku.

“Kurang ajar sekali Mas Arga! Aku yang melayani kebutuhan lahir dan batinnya saja enggak pernah di kasih sebanyak itu.” Aku membatin dengan tangan terkepal.

Samar-samar terdengar derap langkah kaki menuju ke arahku. Segera kuletakkan kertas di tanganku pada tempat sebelumnya. Dengan sedikit berlari aku kembali merebahkan tubuhku di ranjang.

“Belum tidur, Dek?” tanya Mas Arga sesaat setelah ia  berbaring di sampingku. 

“Belum,” sahutku dingin sambil bergeser sedikit menjauh.

Sesaat suasana hening. Kami sama-sama diam sambil menatap langit-langit kamar. Benar adanya jika perselingkuhan membuat hubungan suami istri tak sehangat seharusnya. 

“Itu apa, Mas?” tanyaku memecah kesunyian. Tanganku menunjuk ke arah pintu. 

“Apaan sih?” sahut suamiku bingung. Ia masih belum mengerti apa yang aku tanyakan. 

“Itu yang ada di celana kamu,” jelasku kemudian. 

Seketika Mas Arga langsung bangkit. Dengan langkah terburu ia mengambil kertas itu lalu memasukkan ke saku celana yang ia pakai. 

“Itu apaan sih, Mas?” tanyaku lagi. 

Aku sengaja berpura-pura seolah tidak tahu apa-apa. Padahal aku sudah melihatnya. Biar saja dia berikan banyak uang untuk selingkuhannya. Toh, beberapa waktu lagi aku yakin selingkuhannya akan meninggalkan dia. 

“Ini cuma sampah kok!” sahut mas Arga gugup. Jelas sekali ia tengah gelisah. Aku berusaha cuek agar mas Arga tidak curiga.

“ Kalau sampah kenapa dimasukkan saku lagi?” 

Pertanyaan dariku semakin membuat suamiku tambah gugup. 

“ee... anu... ini juga mau dibuang kok.” Ia bergegas pergi ke luar ruangan ini, sedangkan aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkah mas Arga. 

Memang benar, satu kebohongan akan menciptakan kebohongan yang lain.

Sebenarnya aku enggak heran kalau mas Arga mentransfer sejumlah uang pada selingkuhannya. Sesuatu yang wajar jika ia seperti itu. Namanya juga selingkuh, sudah lumrah jika salah satu dari mereka akan memberi materi pada selingkuhannya.

Yang aku heran, dari mana dia punya uang sebanyak itu? Apa jangan-jangan selama ini Mas Arga punya tabungan? Tapi kenapa dia memilih setor tunai, bukankah akan lebih mudah jika uang itu di transfer saja? Apa jangan-jangan mas Arga meminjam pada temannya ya?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
coba kmu selidikin jangan2 dia korupsi d kantor nya ..
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   JODOH?

    Setelah rehat dan berganti pakaian, aku meminta Devi mengantarku pulang. Tadi dia menawari untuk menginap di sini saja, tapi kutolak. Rasanya, aku ingin menyendiri dulu, meski hanya sekedar untuk meresapi apa yang baru saja kualami.“Tapi ini sudah malam, Din, entar aku pulangnya gimana? Kan aku takut,” ucap Devi saat kami sedang berbincang di ruang tengah.“Ya sudah, aku pesan taksi online saja,” usulku.“Jangan! Aku enggak tega membiarkan kamu pulang sendiri,” tolaknya dengan wajah sendu.Aku menghirup nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Di suruh antar, bilang takut. Mau pulang sendiri, dia bilang enggak tega. Apa sih maunya Devi?“terus gimana dong?” tanyaku bingung.Devi mengangkat kedua bahunya, seolah mengatakan bahwa dirinya pun tidak tahu. Sesaat, kami berdua terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Aku memutar otak, mencoba mencari cara agar secepatnya bisa pulang ke rumah orang tua. Di kala susah seperti ini, rindu bertemu mereka seakan tak tertahankan.“He

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   PERGILAH!

    “Jadi semua ini rencanamu, Mas!” Aku menggeleng lemah. Sebenarnya hatiku menolak percaya, tapi inilah kenyataannya. Ryan, laki-laki yang selama ini kuanggap sebagai dewa penolong, ternyata biang keladi hancurnya rumah tanggaku. “Enggak seperti itu, Na! Aku bisa jelasin,” sanggah Ryan. Dia lantas berdiri sambil berusaha meraih jemariku, tapi segera kutepis. Aku tak mau tangan kotornya menyentuhku. “Kamu tak bisa mengelak, Mas! Aku sudah dengar semuanya kok!” sergahku kemudian. Sebisa mungkin aku menahan air mata agar tak sampai jatuh. Aku tak ingin terlihat cengeng di hadapan laki-laki yang sempat memberiku harapan. Meski teramat perih, aku tetap berusaha untuk menyembunyikannya. “Ini tidak seperti apa yang kamu dengar, Na! Tolong dengarkan penjelasanku dulu.”Lagi. Mas Ryan kembali membela diri. Namun, setelah apa yang kudengar barusan, apa aku harus percaya dengan apa yang dia ucapkan? Bisa saja dia mengarang cerita sebagai pembenaran atas apa yang dia lakukan. “Sudahlah, Mas!

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   KENYATAAN PAHIT

    Mata ini terasa sangat lengket saat aku memaksa membukanya. Semalaman aku susah untuk terlelap. Pikiranku terus saja dihantui rasa penasaran, siapakah gerangan orang yang berbicara dengan Ryan? Rahasia apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?Seharusnya aku tengah berbahagia karena telah mendapat cinta tulus seorang Ryan, tapi apa yang kudengar semalam, berhasil mengusik kebahagiaanku. Pernah dikhianati oleh seseorang yang kita sayang, ternyata membuatku selalu menaruh curiga pada semua laki-laki. Tidak terkecuali Ryan. Tak ingin terluka untuk kedua kali, gegas aku menyambar ponsel yang tergeletak di atas nakas. Langsung kuhubungi Devi, sahabatku untuk memintanya membantu memecahkan misteri yang disembunyikan Ryan.“Pagi, Dev,” ucapku basa-basi setelah panggilan tersambung.“Pagi juga, Din. Tumben pagi-pagi buta sudah telepon?” sahutnya dari seberang sana.“Iya nih. Aku lagi butuh bantuan kamu,” beberku. “Bantuan apa?” tanya Devi dengan nada suara seperti keheranan.“Jadi begini...”

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   BAHAGIA DAN CURIGA

    Sesaat kemudian, laki-laki berkemeja kotak-kotak itu membalikkan tubuhnya lalu mengangguk. Wajah yang kukenali sebagai seorang Ryan, tersenyum menatap lekat padaku yang telah ada di hadapannya. Tanpa menunggu lama, aku langsung menghambur dalam pelukan laki-laki yang kurindukan ini, lalu menenggelamkan wajah pada dada bidangnya.“Aku menepati janjiku bukan?” ujarnya seraya mengelus pucuk kepalaku.Aku terharu dengan ketulusan cinta yang dia miliki. Tak kuduga sama sekali, setelah belasan tahun tak bertemu, ia masih ingat dengan janjinya yang akan selalu mengharapkanku. Tanpa terasa, bulir-bulir bening telah jatuh dari sudut mataku.Sejenak, aku menguraikan pelukan, lalu menatap sendu pada sosok di hadapku. Kuperhatikan setiap gurat dari wajahnya, tapi tak menemukan kemiripan dengan Yanto yang kukenal dulu.“Benarkah kamu Yanto?” tanyaku sedikit ragu.“Apa kau tak bisa mengenaliku? Apa jangan-jangan kamu sudah lupa denganku?” tanya Ryan.Bagaimana mungkin aku bisa mengenalinya jika t

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   APAKAH CINTA

    Kesempatan cepat lenyap, tapi lamban kembalinya. Itulah pepatah lama yang pas untuk menggambarkan diriku saat ini. Di saat Ryan sering datang, aku sama sekali tak memedulikannya. Namun, di saat aku menanti hadirnya, dia sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya. Lebih dari satu bulan sejak kejadian hari itu, Ryan belum sekalipun datang, padahal biasanya tiap hari selalu ke sini. Sejarang-jarangnya seminggu tiga kali dia selalu mengajakku berbincang, meskipun hanya sepatah dua patah kata.“Sebenarnya pak Ryan ke mana sih, Bik? Kok sama sekali enggak pernah pulang?” tanyaku pada bik Wati saat kami tengah menyiapkan makan malam.“Kurang tahu, Bu. Memangnya Ibu enggak pernah dihubungi?” Aku menggeleng lemah menanggapi pertanyaan bik Wati. Jangankan menghubungi lebih dulu. Aku telepon saja selalu di reject. “Mungkin pak Ryan lagi sibuk, Bu! Jadi enggak sempat pulang,” jelasnya kemudian.“Iya, tapi setidaknya kasih kabar kek! Telepon atau kirim pesan kan bisa! Kan jadi enggak bikin

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   perasaan Ryan

    Aku tersenyum bangga karena telah berhasil membuat keluarga mantan jadi gembel. Bagiku, semua yang aku lakukan pada mereka tak sebanding dengan luka yang kuterima. Jauh di lubuk hati, aku masih ingin terus membuat hidup mereka terhina. Sejenak, kuayunkan langkah memasuki rumah ini. Pandanganku mengitari sudut demi sudut dari kamar yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan hidupku. Aku tersenyum kecut saat mengingat betapa bodohnya aku yang dulu termakan rayuan Arga, laki-laki keparat yang pernah menjadi suamiku.Tak ingin terus terbuai kenangan pahit, gegas aku beranjak keluar lalu mengunci rumah ini. Aku mengajak kedua laki-laki yang datang bersamaku untuk pulang. Tak butuh waktu lama, mobil yang kami kendarai telah berhenti di halaman rumah. Dengan santai aku turun lalu memasuki rumah. Aku terkejut saat melihat Ryan tengah duduk di ruang tamu dengan wajah kusut, tapi mencoba abai dan terus berjalan menuju kamarku. “Duduk!” perintah Ryan dengan nada suara terdengar gemetar.Sejena

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status