Share

Bab 4

Author: Pena_kinan
last update Last Updated: 2023-03-17 13:57:42

BAB 4

Duar

Seperti disambar petir di siang hari. Ucapanku baru saja lagi-lagi mampu membuat Ibu mertua tidak lagi bisa berkutik. Padahal tadi pagi wanita itu masih menyombongkan dirinya dengan embel-embel keluarga Ali Santosa.

"Mbak Melati jangan bicara seperti itu ya? Jangan sampai Mbak yang angkat kaki dari rumah ini!" Suara lantang penuh penekanan itu keluar dari mulut gadis berambut pirang. Aku hanya terkekeh lalu menatap mereka bergantian.

"Ini rumahku anak ingusan! Yang seharusnya pergi dari rumah ini kalian bukan aku!" Aku menjawab dengan santai. Nampak mimik muka orang yang ada dihadapanku tidak suka melihat sikap yang aku tunjukan saat ini.

"Paket!" Di sela-sela aku berucap terdengar seseorang dari luar berteriak. Dari caranya berucap sepertinya seorang kurir yang sedang mengantar barang.

Sari meninggalkanku dan juga Ibunya yang masih berada di dapur. Mungkin dia menyadari bahwa barang yang dibelinya sudah tiba.

"Bu …." Sari berteriak memanggil ibunya. Dengan tergopoh-gopoh wanita itu mendatangi.

"Ada apa sih kamu teriak-teriak? Berisik tahu!" Suara Ibu terdengar hingga ke dapur. Aku pun masih melanjutkan makan sate tanpa memperdulikan mereka. Akan tetapi, ibu mertua kembali menuju dapur dengan wajah yang sedikit panik.

"Melati, Ibu pinjem duit boleh? Untuk bayar paket yang sudah Sari beli," ucap Ibu tanpa beban sama sekali.

Aku melirik sekilas ke arah wanita yang tengah mengenakan daster bermotif batik itu. Tatapannya penuh pengharapan.

"Gimana ya Bu ya. Aku kan nggak beli terus ngapain aku bayar?" ucapku  sembari tangan memasukan sate ke dalam mulut. Ibu mertua terlihat bingung, mungkin benar ia tengah tidak memegang uang saat ini. Tidak mungkin membatalkan paket yang sudah terlanjur sampai di rumah. 

"Ayolah, Melati. Nanti Ibu ganti, janji!" Akhirnya dengan terpaksa aku meletakan tusuk sate yang sudah tinggal kayunya. Kemudian beranjak dari duduk. Berjalan perlahan menuju depan rumah melihat laki-laki yang berprofesi kurir itu masih menunggu. Dengan wajah polos tidak tahu malu Sari menghampiriku. Bergelayut manja di tanganku seperti biasa ketika merayuku. Jika kemarin-kemarin aku langsung mengiyakan tapi untuk saat ini aku mungkin akan memberinya pelajaran. Kuhempaskan tangan gadis itu dengan kasar. Wajah yang semula ceria berubah menjadi masam. Jika saja aku bukan tameng untuknya, dalam kondisi seperti ini mungkin saja dia sudah berucap kasar. Karena terlihat Ibu mertua mengedipkan mata pada anak gadisnya.

Memberi tanda agar dia menahan kekesalannya.

"Pak, belum dibayar ya?" Aku bertanya pada laki-laki yang menatapku, berharap aku segera membayarnya agar ia lekas menyelesaikan tugasnya yang lain, mungkin.

"Iya, Mbak. Belum dibayar, dua ratus ribu!" ucap laki-laki itu dengan bibir mengulum senyum. Aku tidak terkejut dengan nominalnya, karena sudah sering aku membayar paket dengan harga sebesar itu. 

Aku mengeluarkan dompet lalu menarik dua lembaran uang berwarna merah. Aku serahkan kepada sang kurir dengan ramah.

"Ini, Pak." 

"Terima kasih, Mbak. Saya permisi!" Laki-laki itu berlalu. Aku melirik sekilas ke arah Sari yang nampak tersenyum kala aku mau membayar barang yang  ia beli. Memperhatikan bungkusan berwarna hitam bertempelkan kertas bertulis.

Kusambar dengan cepat membuat Dari terkejut bukan kepalang. Bungkusan hitam yang tadi ada dalam dekapannya kini berpindah ke tanganku. 

"Mbak Melati, apa-apaan sih kamu?!" sungut Sari penuh emosi. Membuatku mengulum senyum.

"Ini barang yang beli Mbak. Jadi ini milik Mbak!" ucapku dengan entengnya. Tangan Sari mencoba meraih bungkusan miliknya namun selalu aku tepis dan hindari. Membuatnya mencebik lantas matanya melotot.

"Mbak Melati nggak lucu ya!" Wanita yang bergelar Ibu itu hanya diam memandangiku dan anak gadisnya.  Tanpa mau membantu sedikitpun. 

"Ibu kok diem aja sih, lihat aku digituin Mbak Melati! Ibu jangan takut dong sama Mbak Melati! Dia itu siapa, tidak lebih dari orang kampung yang diperistri Mas Bima!" 

Plak

Satu tamparan kuat mendarat di pipi Sari. Membuatnya mengaduh kesakitan.

"Apa-apaan sih, Mbak?! Kenapa Ibu diem aja? Sari ditampar lho. Nggak bisa dibiarin kamu Mbak." Tangan kanan Sari spontan mengusap pipi kirinya. Gadis itu berniat mendekat ingin membalas. Akan tetapi, sebelum terjadi aku sudah menepisnya. 

Plak

Tamparan kembali mendarat di pipi Sari, namun kini sebelah kanan. Gadis itu menatapku tajam. 

"Heh, anak bau kencur! Ini yang bayar Mbak. Jadi paket ini milik Mbak. Besok-besok kalau mau beli sesuatu itu lihat isi dompet dulu. Kagak punya duit main beli-beli aja!" Aku hendak meninggalkan gadis itu yang masih memegangi kedua pipinya. Akan tetapi, langkahku terhenti. Aku memutar badan untuk menghadapnya. Sudah kudapati wanita tua itu mendekati sang putri, nampak dia juga kesal namun masih ditahan. Mungkin teringat ucapanku tadi pagi.

"Satu lagi, itu pelajaran untuk kamu Sari. Mbak Melati bukan Mbak yang dulu. Yang bisa kalian manfaatkan seenak jidatnya. Jangan lupa, kemasi barang-barang kalian. Aku nggak akan terpengaruh dengan ikan yang Ibu goreng dan juga tumis kangkung yang Ibu masak! Cukup! Sudah cukup kalian merongrong kehidupanku!" ucapku tajam penuh penekanan. Kilatan amarah menyambar-nyambar jelas terlihat dari tatapanku kepada mereka. Amarah yang selama ini aku pendam akhirnya keluar juga.

"Jangan sombong kamu, Mbak!" Aku tersenyum miring. Lantas pergi meninggalkan Sari dan juga Ibunya. Entah apa yang mereka katakan aku sudah tidak peduli lagi.

Brak

Kututup pintu kamar dengan kasar. Kurebahkan tubuh ini di atas ranjang. Bungkusan hitam yang aku bawa masih terbungkus rapi tidak berniat membukanya aku malah memejamkan mata.

Deru motor terdengar berhenti di depan rumah, namun tidak berapa lama motor itu berlalu. Aku membuka mata lalu menganti posisi menjadi duduk. Kuraih bungkusan hitam itu kemudian membawanya ke dalam lemari. Dengan langkah tertatih aku menuju kamar mandi. 

Aku mengguyur air dari kepala hingga seluruh badan. Membiarkan air itu mendinginkan hawa panas yang sudah menjalar ke seluruh tubuh ini. Setelah menyelesaikan ritual mandi, aku segera keluar. Mata ini langsung mendapati Mas Bima yang tengah duduk di sisi ranjang. Kini ia menoleh ke arahku.

Aku berjalan santai menuju meja rias sedangkan tangan mengusap rambut dengan handuk.

"Apa benar kamu menampar Sari, Mel?" tanya Mas Bima langsung pada intinya. Mungkin adiknya sudah mengadu padanya.

"Iya, Mas. Memangnya kenapa?" Aku bertanya kepada laki-laki yang detik ini masih bergelar suami. Akan tetapi, tatapanku tidak tertuju padanya. Tatapanku tertuju pada pantulan cermin yang kini ada dihadapanku.

"Kamu keterlaluan! Jangan kamu libatkan adikku dalam masalah kita ya! Cuma karena dia membeli barang dengan harga mahal kamu langsung menamparnya, dua kali!" Tatapan Mas Bima nyalang kepadaku. Yang biasanya aku langsung meminta maaf dan berjanji tidak mengulangi tapi tidak untuk saat ini. Aku menghentikan aktivitasku lalu memutar badan ke arahnya.

"Keterlaluan kamu bilang, Mas? Dia itu beli barang-barang mahal lalu minta aku yang bayar? Adik kamu itu yang nggak tahu malu! Udah numpang, nggak mau bayar! Dasar benalu!"

"Cukup Melati! Jaga ucapan kamu!"

"Cukup Mas! Ajari adikmu itu cara bersikap! Dan satu lagi! Angkat kaki dari rumahku sekarang!" Mataku melotot. Urat-urat yang ada di leher menegang. Membuat rahang ini terlihat mengeras. Mas Bima menyugar rambutnya dengan kasar.

"Agrh …." Mas Bima terlihat frustasi. Aku lalu membuka lemari pakaian kemudian melempar baju ke arahnya. Sontak membuatnya terkejut.

"Kamu jangan seperti ini, Melati! Kita bisa bicarakan baik-baik tidak harus seperti ini!" Tangan Mas Bima mencoba menenangkanku namun segera aku tepis.

"Cukup, Mas! Kita bertemu di pengadilan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 32

    Bab 25Melati duduk di karpet yang berada di lantai. Sedangkan Dinda dan juga Lina sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hingga konsentrasi mereka buyar ketika seseorang mengucap salam."Assalamualaikum." "Waalaikumsalam," jawab ketiga wanita itu bersamaan. Netra mereka sama-sama melihat ke arah sumber suara. Dimana sosok laki-laki berdiri tegak di ambang pintu. Bibirnya melengkungkan senyuman sedangkan tatapannya yang tajam langsung bisa menembus hati para wanita. Semua orang tanpa berkedip menatap laki-laki tampan tersebut. Kecuali Dinda yang nampak berdiri menyambut kehadirannya."Eh, Tomi. Kamu kok sudah datang?" Dinda menghampiri. "Iya, kata kamu datang pagi jauh lebih baik.""Oh iya, lupa. Ini kenalkan itu Mbak melati dan juga Mbak Lina." Laki-laki bernama Tomi itu tersenyum kemudian mengulurkan tangannya pada Melati dan juga Lina. Bukannya merespon Lina dan juga Melati justru diam terpesona melihat ketampanannya."Mbak!" Tangan Dinda bergerak-gerak berharap Lina dan juga M

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 31

    Bab 31Melati tidak main-main dengan ucapannya. Ia memilih mobil di salah satu showroom yang ada di kotanya. Beberapa kali wanita itu dan juga para karyawanya melihat kendaraan roda empat tersebut. Hingga pilihan Melati tertuju pada mobil berwarna hitam. "Kita lihat bagaimana reaksi mereka ketika pulang bawa mobil beneran." Lina sudah tidak sabar lagi melihat bagaimana paniknya Rosita dan juga Sonya melihat mereka nantinya."Kita makan dulu yuk!" ajak Melati pada kedua karyawannya."Lagian hari ini kita kerjanya santai. Sekali-kali makan di luar kenapa enggak." Melati sumringah. Bibirnya tidak berhenti mengulas senyum. Kendaraan yang saat ini mereka beli adalah impiannya sedari dulu. Berharap dengan kendaraan ini Melati tidak khawatir jika sewaktu-waktu ia sakit atau salah satu keluarganya. Bukan berharap terjadi, namun saat ini kendaraan roda empat memang begitu dibutuhkan disaat genting. Melati juga berharap bisa memberikan banyak manfaat untuk para tetangga dengan adanya kendaraan

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 30

    "Kenapa kamu melihat Ibu seperti itu, Bim? Ada yang salah? Kamu mau menuduh ibu yang tidak-tidak?" Sebelum Rosita disalahkan, ia lebih dulu membela dirinya. "Terus kalau Sonya nggak ngaku ibu juga enggak siapa dong yang merusak usaha Melati? Masa iya aku? Mana mungkin! Buat apa coba?" Bima juga membela dirinya sendiri. Semua orang diam, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Di sisi lain, Melati berjalan dengan langkah lebar. Tangannya masih menggenggam erat ponsel kemudian ia menjatuhkan bobot tubuhnya pada sofa. Netra wanita itu menatap langit-langit rumah kemudian ia membuang napasnya dengan kasar. Benda pipih itu pun ia letakan asal. Sedangkan kedua tangannya lantas menangkup pada wajah. Entah mengapa bayangan wajah keluarga mantan bergulir mengusik pikirannya. Melati pun membenarkan posisi duduknya menjadi tegap, pakaian yang ada di depan matanya masih terlihat sama, berantakan dan berbau kotoran ayam. Ya Tuhan, manusia seperti apa yang sudah berani melakukan hal itu? Mel

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 29

    Bima yang berada di dalam kamar mandi pun menghentikan aktivitasnya. Menajamkan Indra pendengarannya sembari memastikan namanya yang di sebut-sebut. Benar saja, berulang kali laki-laki itu dipanggil membuat Bima khawatir, entah apa yang terjadi di depan sana membuat Bima segera menyelesaikan ritual mandinya."Ada apa ini? Melati, kamu benar-benar kurang ajar! Apa-apaan ini! Lepaskan Sonya!" teriak Rosita yang baru saja keluar dari rumah. Ia melihat melihat sang menantu tengah di Jambak oleh Melati. Tanpa menjawab maupun menanggapi Rosita, wanita yang saat ini tengah diselimuti amarah itu masih saja menarik rambut Sonya. Sedangkan wanita itu masih saja berteriak kesakitan."Ibu tolongin Sonya!" Sonya bersuara, ia meminta tolong pada sang mertua. Rosita yang mendengar namanya disebut dengan kekuatan penuh mencoba melerai kedua wanita itu. Namun, usia mereka yang jauh berbeda cukup membuat Rosita kewalahan. "Ada apa ini?" Bima yang sudah berada di luar langsung menghampiri. Dengan sigap

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 28

    2" Nggak papa, Bu. Lagi nggak ada kerjaan aja, jadi nggak ada lembur!" ucap Sonya dengan nada malas. "Ibu nggak mau tahu, Bim. Pokoknya kamu harus bisa bawa sertifikat itu bulan ini. Bagaimanapun caranya, kalau nggak bisa dengan cara halus. Sebaiknya kamu gunakan cara kasar! Melati harus diberi tahu siapa kita yang sebenarnya! Jangan sampai dia berada di atas angin karena kita tidak berbuat apa-apa!" Terdengar helaan napas panjang dari Bima. Kemudian ia melirik ke arah sang istri. Di sisi lain Melati melanjutkan aktivitasnya menyelesaikan pekerjaan demi pekerjaan. Gara-gara sang mantan suami datang banyak pekerjaan yang ia tinggalkan. "Seharusnya ini sudah selesai, gara-gara Bima sontoloyo itu jadinya kesorean!" gumam Melati seorang diri. Lina dan juga Dinda yang mendengarnya seketika menoleh ke arah sumber suara. "Sudahlah, Mel. Kamu harus hati-hati, keluarga suamimu. Opss, sorry mantan maksud aku. Bisa jadi mereka merencanakan sesuatu." Lina ikut memberikan tanggapan."Seharusn

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 27

    "Kamu ngapain sih, Mas. Ke rumah mantanmu yang nggak jelas itu? Kamu mau minta balikan ha? Atau jangan-jangan kamu minta tinggal di rumah ini gara-gara dia lagi!" ucap Sonya sembari berkacak pinggang."Ingat ya, semua tagihan kamu sama rentenir itu aku yang bayar dan juga hidupmu aku yang tanggung! Jadi, kamu harusnya sadar diri jangan jadi laki-laki nggak punya pendirian!" Bima yang mendengar penuturan sang istri sontak matanya membulat sempurna. Ia tidak tahu lagi harus berkata apa. Ya, setelah status duda ia sandang laki-laki itu lantas menikahi Sonya sebagai pengganti Melati. Meskipun mereka sudah saling mengenal ketika Bima masih sah menjadi suami Melati. Dulu wanita itu teman sekantor Bima, tetapi saat ini mereka berbeda kantor Bima dipindahkan ke anak perusahaan yang baru saja didirikan. "Pelankan suaramu itu, Sonya. Malu didengar banyak orang!" ucap Bima sembari melirik ke sembarang arah. Bima juga pastinya malu jika Melati melihat pemandangan ini. Dimana Bima tidak berani

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status