Share

Bab 6

Author: Pena_kinan
last update Last Updated: 2023-03-17 14:01:09

BAB 6

Semilir angin terasa begitu sejuk di siang ini. Kicauan burung seakan sahut menyahut bergantian. Aku yang tengah duduk di kursi meja makan memandang jauh keluar. Berharap semuanya hanya mimpi. Mimpi buruk jika aku terbangun semua akan berubah menjadi baik-baik saja.

Akan tetapi semua harapan dan mimpi itu nyata adanya. Perpisahan akan segera aku hadapi sendirian. Tidak terasa bulir-bulir air mata itu kembali mengalir.

'Maafkan Melati, Pak, Bu. Melati gagal mempertahankan rumah tangga ini. Melati tidak bisa lagi menjalani sesuatu yang Melati anggap melebihi batas," gumamku dalam hati. Aku menekan dada ini kuat-kuat, terasa begitu sesak seakan ada batu besar yang tengah menghimpit. 

Tidak ada sandaran, tidak ada tangan yang mengusap air mata.

Tidak aku pungkiri hatiku masih ada ruang untuk laki-laki yang bernama Bima, laki-laki yang  pernah mengisi hari dan juga kekosongan ini. Memberikan warna dengan jutaan tawa. Akan tetapi, akhir dari semua hanya air mata.

Tuling

Satu pesan masuk, membuat aku segera menghapus jejak air mata. Nama Mas Bima tertera jelas di sana. 

[Melati, bisa kita bicara? Tapi tidak di rumah. Kita bisa ketemu di rumah makan yang biasa dulu kita kunjungi. Ada hal penting yang harus kita selesaikan.] 

Hanya aku baca, tidak ada niatan untuk membalasnya. Tidak berapa lama Mas Bima menghubungiku. Berkali-kali nada dering itu menjerit-jerit ingin segera diangkat. Namun, tidak aku indahkan. Justru aku menyalakan televisi yang ada di dapur. 

Tok … tok.

Terdengar ketukan pintu dari luar. Membuat aku segera mematikan televisi. Beranjak dari duduk kemudian berjalan menuju pintu utama.

Gorden jendela kusibak, melihat siapa gerangan yang bertamu. Alangkah terkejutnya aku, ketika wanita tua yang kemarin masih tinggal satu atap denganku datang.

"Ada apa lagi ini?" gumamku pelan. Suara pintu itu kembali di gedor. Membuatku segera membukanya.

Ceklek

"Lama banget sih buka pintunya, dasar wanita mandul!" ucap Ibu penuh penekanan. 

Deg

Kata-kata Ibu mertua benar-benar menggores hati. Lidahnya yang tajam bak belati, bisa menikam siapa saja dan kapanpun.

Gelar mandul kini ia sempatkan kepadaku, calon mantan menantu. Padahal usia pernikahan kami baru menginjak satu tahun. Secepat itukah memberi cap mandul kepadaku? Benar-benar keterlaluan.

"Ada perlu apa Ibu kemari?" tanyaku dengan mati-matian menahan amarah. Aku masih waras. Masih memiliki tata krama. Tidak akan mungkin aku melawan beliau yang statusnya sebagai orang tua. 

"Ibu kesini cuma mau ngasih tahu kamu ya, Melati. Jangan pernah kamu minta Bima datang lagi ke rumah ini! Ingat itu, Bima sudah memiliki calon istri yang lain. Wanita yang tidak sombong dengan harta yang tidak seberapa. Yang pasti wanita itu tidak mandul sepertimu!" Ibu mertuaku mencebik, tangannya ia lipat di depan dada. 

Ada yang tercubit di hati. Calon istri? Secepat itu? Pengajuan gugatan cerai saja belum aku layangkan dan kini Mas Bima sudah memiliki calon istri. Ya Tuhan, pernikahan macam apa ini.

"Kita lihat Melati, siapa yang akan bahagia setelah perpisahan ini. Kamu atau Bima. Dan Ibu pastikan kamu akan menderita selama-lamanya." 

"Ibu Rosita … sebaiknya Ibu itu memperbaiki diri. Bukan malah menghujat sana-sini! Ingat umur, Bu!" ucapku dengan sikap setenang mungkin. Menghadapi manusia Seperti ibu harus bersikap pintar.

"Maksud kamu apa, Melati? Kamu nyumpahin Ibu mati? Ha?" Urat leher Ibu terlihat menegang. Itu artinya wanita itu tengah menahan amarah.

"Melati tidak pernah berucap demikian."

"Lalu apa itu namanya? Benar-benar menantu tidak tahu diri!" Tangan Ibu terangkat ke atas. Hendak melayangkan tamparan kepadaku. Akan tetapi, dengan cepat tangan ini menepisnya. 

"Assalamualaikum, Ibu Rosita," salam disampaikan dari seorang wanita yang sudah berdiri di belakang Ibu mertua. Entah kapan wanita itu datang.

Wanita yang berstatus sebagai RT itu menatapku sekilas lalu menunduk memberi senyum.

Ibu mertua lantas menarik tangannya dengan kasar. Lalu memutar badannya ke arah Ibu RT.

"A-ada apa ya Bu RT?" tanya Ibu dengan terbata.

"Maaf Ibu Rosita, kedatangan saya kesini mau minta uang arisan. Ibu sudah menunggak tiga bulan. Saya dengar dari warga kalau Ibu sudah tidak tinggal di rumah Mbak Melati. Kebetulan Ibu ada di sini makanya saya datang kemari!" Senyum Ibu RT itu membuatku turut tersenyum.  Ibu mertua menoleh ke sana kemari. Dan mata itu akhirnya tertuju padaku. Netra kami sempat bertemu. Akan tetapi, aku langsung melempar pandangan ke sembarang arah.

"Bagaimana Ibu, mau dibayar sekarang? Totalnya  tiga ratus ribu," sahut Ibu RT kembali. 

"Sa-saya tidak bawa yang itu, Bu." Ibu mertuaku beralasan.

"Atau pinjam dulu sama Mbak Melati. Nanti Ibu tinggal ganti sama Mbak Melati seperti biasanya." Senyum Ibu mertuaku merekah. Lalu wanita itu hendak mendekat. Jika dulu aku langsung mengiyakan. Dan uang yang digunakan Ibu mertuaku itu tidak pernah kembali tapi tidak untuk saat ini. Aku tidak mau lagi keluar uang sepeserpun untuknya.

"Maaf, Bu. Saya mau pergi, saya tidak ada urusan lagi sama Ibu Rosita. Jadi soal lainnya Ibu bisa langsung berurusan dengan beliau!" Langsung aku menutup pintu kemudian menguncinya rapat-rapat. Helm yang berada diatas motor segera aku kenakan. Menstarter motor dan berniat meninggalkan kedua wanita itu.

Belum juga motor ini melaju, ibu mertua memanggilku.

"Mau kemana kamu Melati?" tanya Ibu dengan mimik muka pucat pasi. 

"Mau jalan-jalan, Bu. Kan habis gajian. Assalamualaikum Bu RT." Aku terkekeh kemudian  berpamitan dengan  Bu RT tidak lupa aku melambaikan tangan. Ibu terlihat melotot, dia tidak percaya aku akan meninggalkannya sendiri menghadapi tagihan arisan yang tidaklah sedikit.

.

Motor matic itu meluncur menuju rumah Lina, sahabatku. Beruntung dia ada dirumah. Karena kedatanganku begitu mendadak, tidak sempat memberitahu terlebih dahulu. Entah apa yang terjadi dengan mertuaku di rumah. Mungkin tengah pusing.

"Kamu kok nggak bilang-bilang mau ke sini?" tanya Lina sembari menjatuhkan bokongnya di kursi.

"Suntuk di rumah sendirian!" jawabku apa adanya.

"Eh kamu serius mengusir mereka?" tanya Lina. Jiwa keponya meronta-ronta. Karena semalam aku sempat berbalas pesan dengan janda beranak satu itu soal pengusiran keluarga Mas Bima dari rumah.

"Seriuslah, malah sebelum ke sini Ibu mertuaku datang. Dia mewanti-wanti aku jangan sampai meminta anaknya untuk kembali." Aku meletakan benda pipih di atas meja. 

"Terus kamu bilang apa?" tanya Lina dengan raut wajah serius.

"Ya enggak lah, kembali sama Mas Bima? Enak aja!" Luka hatiku sembuh begitu saja setelah mendengar pernyataan mertuaku tadi. Berarti keputusanku berpisah, sudah tepat adanya.

"Betul, kamu harus tegas! Terus sekarang kamu mau kemana?"

"Nah, itu dia."

"Gimana kalau kita jalan-jalan. Kita seneng-seneng." Kedua alis Lina terangkat bersamaan dengan senyumnya merekah.

"Boleh. Kita belanja, kita seneng-seneng, makan-makan!" jawabku antusias.

"Aku bawa anak nggak papa kan?" tanya Lina, wanita itu beranjak dari duduknya lalu menatapku dengan seksama.

"Nggak papa lah!" 

"Oke let's go …."

Aku bersama Lina pergi ke salah satu mall terbesar di kota. Membeli pakaian dan juga beberapa kebutuhan rumah. Entah mengapa, pikiranku soal perceraian yang tadi terasa berat kini berubah menjadi hal biasa saja. 

Berharap proses itu segera selesai. 

Kedua tanganku penuh dengan kantong belanjaan. Membuatku sedikit kewalahan.

Bruk

Aku menabrak seseorang membuat kantong belanjaan itu jatuh ke lantai. 

"Hati-hati dong, kalau jalan itu pakai mata!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
rosita milutnya comberan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   BAB 34

    KUHEMPASKAN KELUARGA BENALUBAB 33Setelah menerima pesan misterius itu, membuat Melati tidak bisa tidur dengan nyenyak. Mungkin sekitar jam tiga pagi janda tanpa anak itu bisa tidur dengan lelapnya. Hingga membuat Melati telat bangun dari biasanya. Sampai-sampai sudah ada Dinda dan Lina di depan rumahnya. Tangannya menggedor-gedor pintu rumah temannya itu cukup keras. Sampai-sampai beberapa tetangga merasa terganggu. Seperti halnya keluarga Bima. “Haist, siapa sih pagi-pagi begini sudah bikin ribut! Ganggu orang aja,” cicit Bima yang justru hanya mengganti posisi tidurnya. Padahal pagi ini dia harus berangkat bekerja seperti biasa. Begitu juga dengan Sonya. Di kamar Rosita, wanita itu juga terganggu akan panggilan dari rumah sebelah. “Haist, siapa sih pagi-pagi begini sudah bikin ribut,” ucapnya sembari membuka mata. Ingin sekali kembali tidur, tetapi sayangnya matanya sudah tidak bisa terpejam. Rosita mendengus sebal, dia lekas memberingsut dengan bibir terus komat-kamit.“Mela

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   BAB 33

    KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU BAB 33 Mobil yang dikendarai Bima melewati rumah mantan istri, yang membuat pemandangan rumah Melati itu tampak berbeda karena adanya sebuah mobil yang terparkir di garasi. Ternyata tidak hanya Bima yang menyadari akan hal itu, melainkan sang istri juga. Bertetangga dengan mantan istri membuat Bima selalu tahu ada hal yang baru di kehidupannya setelah berpisah. Ada kalanya ikut senang, ada kalanya justru terbesit rasa cemburu dan ada titik penyesalan karena telah berpisah. Wanita yang tengah hamil itu memperhatikan rumah Melati dengan seksama. “Mas, itu mobil siapa?” tanyanya tiba-tiba. Bima pura-pura baru melihatnya. Meski kenyataannya sudah sejak tadi dia memantau. “Nggak tahu, saudaranya kali,” jawab Bima asal. Yang dia tahu saudara Melati tidak ada yang memiliki mobil seperti itu. Terlebih kendaraan itu terlihat seperti baru. Sonya percaya begitu saja, dia manggut-manggut meski pandangan tidak lepas dari sana. Bima perlahan memasuka

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 32

    Bab 25Melati duduk di karpet yang berada di lantai. Sedangkan Dinda dan juga Lina sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hingga konsentrasi mereka buyar ketika seseorang mengucap salam."Assalamualaikum." "Waalaikumsalam," jawab ketiga wanita itu bersamaan. Netra mereka sama-sama melihat ke arah sumber suara. Dimana sosok laki-laki berdiri tegak di ambang pintu. Bibirnya melengkungkan senyuman sedangkan tatapannya yang tajam langsung bisa menembus hati para wanita. Semua orang tanpa berkedip menatap laki-laki tampan tersebut. Kecuali Dinda yang nampak berdiri menyambut kehadirannya."Eh, Tomi. Kamu kok sudah datang?" Dinda menghampiri. "Iya, kata kamu datang pagi jauh lebih baik.""Oh iya, lupa. Ini kenalkan itu Mbak melati dan juga Mbak Lina." Laki-laki bernama Tomi itu tersenyum kemudian mengulurkan tangannya pada Melati dan juga Lina. Bukannya merespon Lina dan juga Melati justru diam terpesona melihat ketampanannya."Mbak!" Tangan Dinda bergerak-gerak berharap Lina dan juga M

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 31

    Bab 31Melati tidak main-main dengan ucapannya. Ia memilih mobil di salah satu showroom yang ada di kotanya. Beberapa kali wanita itu dan juga para karyawanya melihat kendaraan roda empat tersebut. Hingga pilihan Melati tertuju pada mobil berwarna hitam. "Kita lihat bagaimana reaksi mereka ketika pulang bawa mobil beneran." Lina sudah tidak sabar lagi melihat bagaimana paniknya Rosita dan juga Sonya melihat mereka nantinya."Kita makan dulu yuk!" ajak Melati pada kedua karyawannya."Lagian hari ini kita kerjanya santai. Sekali-kali makan di luar kenapa enggak." Melati sumringah. Bibirnya tidak berhenti mengulas senyum. Kendaraan yang saat ini mereka beli adalah impiannya sedari dulu. Berharap dengan kendaraan ini Melati tidak khawatir jika sewaktu-waktu ia sakit atau salah satu keluarganya. Bukan berharap terjadi, namun saat ini kendaraan roda empat memang begitu dibutuhkan disaat genting. Melati juga berharap bisa memberikan banyak manfaat untuk para tetangga dengan adanya kendaraan

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 30

    "Kenapa kamu melihat Ibu seperti itu, Bim? Ada yang salah? Kamu mau menuduh ibu yang tidak-tidak?" Sebelum Rosita disalahkan, ia lebih dulu membela dirinya. "Terus kalau Sonya nggak ngaku ibu juga enggak siapa dong yang merusak usaha Melati? Masa iya aku? Mana mungkin! Buat apa coba?" Bima juga membela dirinya sendiri. Semua orang diam, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Di sisi lain, Melati berjalan dengan langkah lebar. Tangannya masih menggenggam erat ponsel kemudian ia menjatuhkan bobot tubuhnya pada sofa. Netra wanita itu menatap langit-langit rumah kemudian ia membuang napasnya dengan kasar. Benda pipih itu pun ia letakan asal. Sedangkan kedua tangannya lantas menangkup pada wajah. Entah mengapa bayangan wajah keluarga mantan bergulir mengusik pikirannya. Melati pun membenarkan posisi duduknya menjadi tegap, pakaian yang ada di depan matanya masih terlihat sama, berantakan dan berbau kotoran ayam. Ya Tuhan, manusia seperti apa yang sudah berani melakukan hal itu? Mel

  • KUHEMPASKAN KELUARGA BENALU   Bab 29

    Bima yang berada di dalam kamar mandi pun menghentikan aktivitasnya. Menajamkan Indra pendengarannya sembari memastikan namanya yang di sebut-sebut. Benar saja, berulang kali laki-laki itu dipanggil membuat Bima khawatir, entah apa yang terjadi di depan sana membuat Bima segera menyelesaikan ritual mandinya."Ada apa ini? Melati, kamu benar-benar kurang ajar! Apa-apaan ini! Lepaskan Sonya!" teriak Rosita yang baru saja keluar dari rumah. Ia melihat melihat sang menantu tengah di Jambak oleh Melati. Tanpa menjawab maupun menanggapi Rosita, wanita yang saat ini tengah diselimuti amarah itu masih saja menarik rambut Sonya. Sedangkan wanita itu masih saja berteriak kesakitan."Ibu tolongin Sonya!" Sonya bersuara, ia meminta tolong pada sang mertua. Rosita yang mendengar namanya disebut dengan kekuatan penuh mencoba melerai kedua wanita itu. Namun, usia mereka yang jauh berbeda cukup membuat Rosita kewalahan. "Ada apa ini?" Bima yang sudah berada di luar langsung menghampiri. Dengan sigap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status