Home / Urban / KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO / BAB 3_PEMBALASAN AWAL

Share

BAB 3_PEMBALASAN AWAL

Author: Rora Aurora
last update Last Updated: 2023-03-02 20:03:01

Aditya langsung melingkarkan cicin berlian itu di jari manis Dahlia. Mulutnya sedikit mengerucut heran. Mengapa bisa pas seolah-olah cincin itu memang diciptakan untuknya?

"Apa perlu kami abadikan, Tuan?" tanya pelayannya.

"Boleh," jawab Aditya singkat.

Pelayan itu mengeluarkan ponselnya yang ada gambar apel yang digigit dengan tampilan edisi terbaru.

Belinda menghampiri mereka dengan wajah pucat. Jantungnya sebentar lagi akan jatuh karena silau dengan kilauan cincin itu. Dengan kasar, dia meraih tangan Dahlia.

"Ini apa Mas?! Kamu bohong kalau harganya ratusan juta!" serunya marah seperti tak percaya.

Aditya tersenyum kecut. Laki-laki itu mencebik karena Belinda seperti bunglon, bisa berubah-rubah. Baru melihat yang berkilau langsung mencoba mesra. Aditya bertekad tidak akan luluh. Ia merasa harga dirinya sudah diinjak. Ia tak akan berubah pikiran.

"Memangnya matamu rabun? Itu cincin," ketus Aditya.

"Iya! Aku juga tahu, ini cincin! Ini cicin kw apa asli?!"

Belinda memekik sembari menggoyang-goyangkan tangan Dahlia. Wanita itu menyentak lengan Dahlia dengan kasar. Dahlia hanya diam saja seperti meringis menahan sakit di tangannya.

"Mau asli, mau kw pun tak ada urusannya sama kamu, Bel!" sergah Aditya.

"Kamu tinggal jawab, ini cincin asli apa cincin palsu?!"

Belinda kembali mengguncang tangan Dahlia. Gadis berhijab itu menunduk, menggigit bibirnya. Dahlia sedang menahan rasa sakit dan serba salah. Aditya merasa tak bisa membiarkan itu. Baginya, Belinda sudah keterlaluan.

Wuush!

Aditya menarik tangan Dahlia hingga terhuyung di depan dadanya. Kedua bola mata gadis itu melebar karena kaget. Seperti detik begitu lambat meninggalkan waktu. Gadis itu sekarang sudah berada dalam pelukan Aditya. Sejenak Dahlia mendongak menatap pemuda itu. Aditya suka warna manik mata gadis itu. Warna abu bercampur hitam jelaga. Ciamik. Tiba-tiba Dahlia langsung melepaskan diri, salah tingkah. Hati Aditya merasa lucu, meski ekspresi wajahnya tetap datar.

"Kamu jangan kurang ajar ya Mas! Ini rumahku!" teriak Belinda.

"Kamu tuh, jangan jahat sama calon istriku! Kamu kira lengannya itu layangan bisa kamu kebas-kebasin begitu. Kalau kami tak bisa pergi bulan madu ke Paris karena lengannya sakit, aku tuntut ya!"

Merah padam wajah Belinda karena merasa dipermainkan.

"Aku sudah muak ya sama omonganmu yang sok bossi itu! Jangan terlalu menghayal. Bisa mati menggenaskan kamu nanti karena depresi," ketus Belinda.

Aditya hanya diam, menggerutu dalam hati.

'Kamu hanya belum tahu saja, siapa aku, Bel. Kamu akan segera menarik ucapanmu itu'

Tiba-tiba Yuni mendekat, memegang telapak tangan Dahlia. Dia memutar-mutar cincin itu di jari manis Dahlia. Memang benda itu sungguh berkilau seperti asli. Namun ia menapik apa yang didengar dan dilihatnya. Ia yakin, itu adalah cincin palsu.

"Aah ini pasti kw ini, Bel. Gak mungkin asli," ujar Yuni menghempaskan tangan Dahlia.

"Masak sih, Ma? Kilaunya kok beda ya," gumam Belinda kembali akan meraih tangan Dahlia.

Aditya langsung menepis lengan Belinda.

"Sudah ya. Mau kw atau asli, gak ada hubungannya sama kalian. Kan kamu juga gak mau sama aku, Bel. Udah, ngapain juga kamu kepo."

Seolah-olah abai dengan ucapannya, gadis yang masih ada di hati Aditya itu menatap tajam pada Dahlia.

"Lepas!" perintahnya.

"Ammm ... tapi Non," lirih Dahlia menggengam tangan kanannya seolah-olah menyembunyikan jarinya yang bercincin.

"Lama! Lepas cepat! Aku mau lihat langsung!" seru Belinda menarik paksa tangan Dahlia dan mencoba melepaskan cincin itu.

Aditya kembali menepis tangan Belinda yang sedang berusaha menjajah jari calon istrinya itu.

"Apaan sih kamu, Bel! Jangan coba-coba dilepas. Itu cincin pernikahanku! Ngiler ya kamu?! Kasian deh!"

"Aku mau lihat! Kasih aku lihat, Mas!" teriak Belinda memaksa.

"Gak! Aku gak izinin!"

Aditya menepis tangan Belinda, namun gadis itu tak mau kalah. Ia terus mencoba meraih telapak tangan Dahlia sedangkan Aditya berusaha menjauhkannya.

"Aku pecat kamu kalau kamu gak lepasin cincin itu!" pekik Belinda pada Dahlia.

"Anu Mbak ...," lirih Dahlia kebingungan.

"Awas ya! Kamu gak boleh lepas cincin itu tanpa seizinku!" ancam Aditya mengangkat lengan gadis itu.

Aditya tak ingin cincin mahal itu jatuh ke tangan Belinda yang matre.

"Dahlia! Lepasin!" teriak Belinda menghentakkan kakinya.

"Kamu gak ada hak ya!" lanjut Aditya terus menarik tangan Dahlia yang sedari tadi jadi rebutan.

"Dia pembantuku di sini, Aditya! Aku cuma mau lihat lebih detail cincin itu!"

"Tak ada urusannya sama kamu! Ayo kita pergi!" ujar Aditya pada Dahlia yang memucat.

Aditya yakin, pasti gadis itu takut dipecat. Pemuda itu menatapnya serius.

"Ikut aku. Kamu sudah bukan pembantu lagi di sini. Tempatmu seharusnya berada di istanaku," lirih Aditya serius pada Dahlia.

"Puihhh! Sejak kapan laki-laki kere kayak kamu punya istana. Jangan mau diperdaya laki-laki tak kamu kenal, Dahlia! Lepaskan cincin itu dan kembalilah bekerja," ujar Yuni melipat tangannya di depan dada. Begitu angkuh dan sombong.

Aditya semakin muak diremehkan begitu. Ia segera merogoh ponselnya yang sederhana. Ponsel mewahnya ada di rumah.

"Hallo, aku share lock sekarang. Jemput secepatnya. Baik. Secepatnya!"

Setelah sejenak menekan beberapa tombol, Aditya kembali menoleh pada Dahlia.

"Ayo. Ikut aku!" seru Aditya.

Dahlia masih bergeming seperti ketakutan. Bagaimana dia bisa mengikuti ucapan laki-laki yang baru dia temui? Namun mendapatkan penawaran dan tekanan, Dahlia tak memiliki pilihan.

"Kamu jangan termakan rayuan laki-laki ini! Satu langkah kamu keluar dari rumah ini, kamu kupecat!" ancam Belinda garang.

"Dan jangan harap kamu bisa dapat pesangon dan bisa kami terima lagi kerja di sini! Buat tamatan SMA kayak kamu, mau kerja apa ha?!" lanjut Yuni menambahkan.

Aditya menarik pergelangan tangan Dahlia. Gadis itu menggeleng, mencoba melepaskan tangan darinya.

"Jangan pedulikan ucapan mereka!" seru Aditya.

Dahlia masih bergeming, makin kebingungan.

Tiiiit!

Itu suara klason mobil Aditya. Laki-laki itu mencekal pergelangan tangan Dahlia dengan erat. Gadis itu tak bisa mengelak lagi. Aditya menyeretnya dengan langkah cepat. Tampak mobil mewah sudah terparkir tepat di halaman rumah itu. Supir pribadinya sudah turun dan membukakan mereka pintu. Aditya merasa tak perlu menoleh ke belakang. Sudah bisa dibayangkan bagaimana ekspresi ibu dan putrinya yang mantre itu.

"Lihat saja, ini baru permulaan. Kalian akan membayar mahal untuk hari ini," gumam Aditya hampir tak terdengar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ryan Seid Physique
BAB 4 mana nie kelanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   ENDING

    Yuni pias luar biasa. Dingin dan gemetar tangannya saat mencoba menghubungi nomor Belinda."Bu! Apaan sih?! Dari tadi ribut terus!" bentak salah seorang gadis yang merasa kesal karena Yuni menghalangi jalannya."Ma-maaf," ucap Yuni bahkan tak menatap lawan bicaranya. Biasanya ia takkan pernah terima dibentak begitu, apalagi oleh bocah ingusan di matanya. Namun kali ini, rasa takutnya melebihi egonya."Jangan bilang kamu kabur dan memilih melahirkan anak itu, Bel," lirih Yuni berlari kecil menuju parkiran.Ia langsung melesat pulang, berharap anaknya sudah di rumah. Namun nihil, Belinda tak ditemukan. Yuni menghubungi suaminya untuk pulang dari kantor. Sayang, bukan rangkulan penenang yang dia dapatkan tapi kemurkaan suaminya."Kalau sampai Belinda tak pulang, kamu ha

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 148_HUKUM ALAM

    "Tidak, Dahlia! Janin itu harus digugurkan!" seru Yuni memberang."Kita tidak tahu masa depan seseorang, Bu Yuni. Siapa yang tahu, janin itu kelak akan menjadi laki-laki atau perempuan yang berguna?!""Omong kosong! Aku tetap tak akan mau memiliki cucu haram, Dahlia! Jangan mentang-mentang kamu sekarang punya kekuasan, kamu mempengaruhi anakku!"Dahlia masih berdiri. Ia sama sekali tak diminta duduk apalagi disuguhkan apa pun meskipun dia datang sebagai tamu. Sepulang dari rumah sakit, Dahlia memutuskan ikut dengan mobil Belinda sedangkan Aditya memilih kembali le kantor. Sepanjang jalan laki-laki itu menggerutu karena keputusan istrinya yang di luar logikanya."Aku hanya tak rela, ada janin yang dibunuh, Bu. Bahkan saat ini, detak jantungnya begitu terdengar luar biasa," ucap Dahlia mencoba meyakinkan."T*i kucing!" umpat Yuni makin meradang dan menuju kamar an

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 147_KEPUTUSAN YANG SULIT

    Seolah abai, Dahlia meraih tas selempangnya dan sudah siap dengan tampilannya. Ia memilih tak ingin menanggapi ucapan suaminya. Ia memiliki rencana untuk sedikit menggoyahkan hati seorang ibu."Mari, Bel! Kita ke dokter kandungan bersama. Ikut mobil kami!" seru Dahlia membuka pintu yang ia sendiri kunci."Menyesal aku ke sini," ketus Belinda mengikuti langkahnya.Tak punya pilihan, Aditya menyetir dengan membawa dua wanita hamil. Satu istrinya, satu mantannya. Bahkan ketika mereka sampai di poli kandungan, Aditya begitu amat canggung karena kedua wanita itu mendapatkan buku pink secara bersamaan dan semua mata memandangnya aneh.'Sial, pasti mereka mengira aku memiliki dua istri' rutuk hati Aditya.Nama Dahlia lebih dulu dipanggil untuk masuk. Aditya mengikuti istrinya ke dalam dan bertemu dokter kandungan."Selamat ya, kandungan

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 146_BELAS KASIHAN

    "Ke-kenapa kamu harus gugurkan?!" Dahlia seolah kehilangan akal. Sebagai seorang wanita yang pernah kehilangan janinnya, setidaknya ia merasa, tindakan Belinda itu akan menjadi sangat kejam. "Ya karena dia bukan anak dari laki-laki yang kumau. Dia anak dari kakek-kakek tua bangka, seorang napi!" Dahlia langsung mendekati Belinda. Ia meraih lengan wanita itu dengan tatapan tajam. "Janin itu tak berdosa, Bel!" "Aku tak peduli." "Umurnya pasti sudah dua bulan bahkan lebih!" sambut Dahlia nanar. "Ya. Ayahku mencegahku, tapi ibuku mendukungku. Aku sudah muak." Belinda melepaskan tangannya dari genggaman Dahlia. "Lepas. Aku datang bukan untuk meminta persetujuanmu, Dahlia. Kamu ... ada saat kejadian itu, jadi aku merasa, kamu harus tahu." Dahlia menggeleng keras. Ia tak mungkin membiarkan seorang janin diaborsi. "Kalau kamu benar-benar sudah berubah menjadi pribadi yang baik, please, jangan tambah dosamu lagi!" "Kamu enak ngomong dosa, kamu kira sejak kejadian itu, aku bisa

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 145_KABAR

    "Maafkan kami, Pak Hadi. Maafkan kami. Kami sangat menyesal," ucap Imron dengan suara bergetar.Sedari awal ia tak memiliki masalah dengan Aditya, Yuni lah yang memiliki kriteria khusus. Namun sebagai suami, Imron pasang badan untuk melindungi istrinya."Tak masalah. Aku justru berterima kasih karena sudah memperkerjakan Dahlia di rumah kalian sehingga anakku bisa bertemu dengannya."Imron dan Yuni kompak dia kehabisan kata. Rasa malu seperti sedang membenamkan mereka ke dasar bumi."Untuk apa kalian ke sini?""Kami, kami ingin mengucapkan te-terimakasih, Pak. Berkat dukungan pengacara-pengacara hebat dari Bapak, Mandala mendapatkan hukuman yang setimpal meski kehormatan anak kami tak bisa kembali," jawab Imron terbata karena gugup."Aku tidak melakukan apa pun untuk anak kalian. Aku melakukan semua itu karena menantuku."

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 144_TAK INGIN BASA BASI

    Masih di rumah sakit. Aditya menarik tangan Dareen agar menjauh dari ayah mereka yang sekarang duduk di dekat Dahlia yang masih dipasangi infus. Wanita itu masih perlu infus nutrisi agar kondisi tubuhnya kembali stabil."Kenapa kamu mesti bawa Papa ke sini? Paling nanti sore Dahlia dikasih pulang," ujar Aditya mencubit lengan adiknya."Apa sih, Bang! Masih sakit badanku ini! Harusnya aku juga dirawat di sini!"Aditya menciut setelah dihardik balik oleh adiknya. Ia melipat alisnya seolah meminta penjelasan."Papa yang maksa mau ke sini. Lagi pula, dia seperti kesurupan gatot kaca karena menjadi benar-benar pulih saat mendengar menantunya dirawat di sini," cerita Dareen dengan nada menggerutu."Papa benar-benar menyayangi Dahlia. Aku tak menyangka, semua ini berjalan sangat cepat. Kasih sayang tulus Dahlia telah meruntuhkan batu karang ego seorang Hadi Prata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status