Home / Urban / KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO / BAB 4_MENAGIH JANJI

Share

BAB 4_MENAGIH JANJI

Author: Rora Aurora
last update Last Updated: 2023-03-02 20:59:41

"Lepasin, ih!"

Dahlia menyentak tangan Aditya kasar. Aditya juga baru sadar masih mencekal pergelangan tangan gadis itu. Segera dilepaskannya begitu saja. Aditya pura-pura tak bereaksi, seolah tak merasa bersalah.

Dahlia terus melihat ke belakang meskipun mobil sudah bergerak meninggalkan rumah Belinda. Terlihat ada keragu-raguan pada sorot matanya. Aditya acuh saja. Laki-laki itu merasa baru saja mengangkat statusnya. Meski tak selamanya, tapi setidaknya untuk beberapa waktu.

"Mana sepuluh jutanya?"

Tiba-tiba suara Dahlia membuyarkan pikiran Aditya yang sedang memutar otak membuat rencana. Gadis itu sekarang menengadahkan tangannya, tepat di depan wajahnya.

"Cincin yang di tanganmu itu nilainya ratusan juta. Sekarang kamu mau minta sepuluh juta. Apa kamu sedang memerasku?!"

Aditya menarik nafas. Apa jangan-jangan dia lebih matre dari Belinda? Begitu pikir laki-laki itu.

"Ini cincinmu!"

Dahlia meraih tangan Aditya lalu meletakkan benda berkilau itu begitu saja.

"Eeeeh!" Aditya melongo, tak percaya.

"Mana janjimu? Aku tadi rela sampai dipecat demi uang sepuluh juta itu. Cepat berikan sekarang!" ujarnya dengan nada tinggi.

Aditya menggeleng. Jangan sampai gadis ini menghancurkan rencananya. Ia harus segera menikah untuk mengambil alih perusahaan Central Glory tbk. Itu adalah perusahaan ayahnya yang paling besar. Dia bahkan rela menjadi karyawan untuk mengenali semua seluk beluk perusahaannya sendiri sampai ke seluruh sisi secara langsung.

"Atmku sedang dibekukan sampai jelas aku mendapatkan pasangan. Aku tak bisa memberikanmu uang cash. Tapi aku bisa menggunakan kartu kredit tanpa batas," kekeh Aditya sedikit salah tingkah.

"Mulai banyak alasan! Gak mau. Aku mau yang sepuluh juta. Uang itu harus ada sekarang. Atau aku akan jujur sama keluarga Belinda kalau kamu memang nipu. Tukang tipu!"

Ingin rasanya Aditya menyumpal mulut gadis ini dengan kanebo kering. Enak saja menyebutnya sebagai tukang tipu.

"Eeeh dengar ya, Mbak! Kamu harusnya puasa Daud tiga bulan berturut-turut karena akan menikah dengan pewaris Central Glory. Rasa syukurmu itu harus kamu panjatkan beribu-ribu kali. Kamu tak tahu kan bagaimana megahnya perusahaan milik ayahku itu dan sebentar lagi akan menjadi milikku?"

"Bodo amat. Kamu bisa nikah sama siapapun termasuk dedemit kunti sekali pun. Aku tak peduli. Pokoknya aku mau sepuluh jutaku!" serunya lalu membuang wajah masamnya.

Aditya menggaruk kepalanya kesal. Darimana dia bisa mendapatkan uang cash sepuluh juta?

"Aku akan memberikannya setelah acara lamaran. Soalnya, atmku akan dibuka blokirannya kalau sudah positif memiliki tunangan," ujarnya mencoba menjelaskan dengan serius.

Dahlia mendecak seolah sedang mencemoohnya.

'Gadis bodoh!' umpat Aditya dalam hati.

"Atau gini saja. Kamu bisa minta barang yang senilai. Gimana? Aku bisa beliin kamu apapun tapi tidak dengan uang cash. Tolong buka sedikit otakmu itu untuk paham maksudku!"

Emosi Aditya mulai tak terkendali. Sekarang dia tahu, lembut dan manis wajah gadis itu, tak melambangkan perangainya.

"Tetap tak mau. Aku mau uang cash!"

Aditya mengulum bibirnya, berpikir. Hidupnya kini langsung runyam seperti benang yang sulit diurai. Wanita memang selalu membawa kesulitan untuknya. Pandangannya tertuju pada kotak jam tangan yang beberapa hari yang lalu dikirimkan ayahnya dari luar negeri. Aditya sudah mengambil keputusan.

"Baiklah. Ini adalah cara terbaiknya," gumamnya sendirian.

"Pak Man! Kita ke toko jam tangan yang di persimpangan kota ya."

"Baik, Tuan," jawab Suparman.

Tak butuh waktu lama, jam elit itu bisa menjadi uang puluhan juta. Jam itu keluaran terbaru dan limited editon plus dia belum memakainya sama sekali. Aditya menjualnya jauh dari harga aslinya. Gara-gara gadis berhijab yang keras kepala itu, ia mengalami kerugian. Hatinya semakin panas.

"Ini, uang lima belas juta. Lima juta untuk menyumpal mulutmu itu!"

Dahlia meraih gepokan uang itu dengan sumringah. Aditya mengambil kesimpulan, ternyata perempuan di seluruh jagad raya ini sama. Matre, mata duitan.

"Sekarang urusan kita selesai," ujar Dahlia santai.

"Eeeh enak aja. Gak bisa! Kamu sudah terikat janji denganku."

"Janji apaan?!"

"Janji buat jadi pengantinku!"

Tiba-tiba gadis itu tertawa seolah sedang mengejeknya. Tangan lentiknya menutupi wajah yang berbinar karena merasa lucu.

"Jangan tertawa! Aku gak lagi main-main. Pokoknya aku gak mau tahu ya, kamu harus jadi istriku. Kita sudah terlanjur basah. Mau berapa lama, mau kayak gimana nantinya, aku gak peduli. Selain untuk membalas penghinaan keluarga Belinda, aku harus segera mendapatkan perusahaan ayahku!" seru Aditya padanya dengan ekspresi serius.

Sejenak hanya suara lalu lalang kendaraan yang terdengar di antara kami.

"Terus?!" tanyanya singkat.

"Aku akan membayarmu untuk itu."

Mereka saling bertatapan mencari keseriusan satu sama lain. Entah apa dalam pikiran gadis itu, tiba-tiba saja dia mengembus napasnya kasar.

"Baiklah. Besok kita bicarakan lagi, " tanggapnya datar.

"Apa itu artinya kamu benar-benar setuju?" tanya Aditya ingin memperjelas.

"Tergantung nilai harga," ucapnya begitu terdengar meyakinkan.

"Ck! Jangan remehkan calon pemimpin tertinggi di Central Glori," desis Aditya bergaya.

"Aku anggap ini semua masih belum sepakat. Sekarang antar aku pulang!" titah Dahlia.

"Pulang aja sendiri," ketus Aditya yang masih merasa sangat enggan meninggalkan toko jam elit itu.

"Ya sudah," ujarnya melenggang pergi.

Aditya terkesiap. 'Dasar gadis nekat!' umpat hati Aditya. Dahlia membawa sejumlah uang yang tidak sedikit. Otak memintanya mengabaikannya, tapi hatinya tidak.

"Aaargh! Lagi-lagi aku yang kalah!" gerutu Aditya meremas rambutnya.

"Heeeh! Berhenti!" teriak Aditya sedikit mengejar Dahlia yang sudah cukup jauh.

"Apa lagi?!"

"Aku antar pulang! Aku tak ingin jadi saksi TKP perampokan gadis culun keras kepala yang memakan korban jiwa," cerocosnya melambaikan tangan.

Tampak Suparman sedang menghampiri mereka.

"Biar aku begini, kamu yang katanya calon pemimpin apa tadi, terolli klori ...."

"Central Glori!"

Aditya berseru di telinganya supaya dia tahu, perusahaan ekspor impor aneka snack ternama di negara ini adalah perusahaan milik ayahnya.

"Yah itu. Kok masih mau nikah sama aku? Kadang aku ngerasa lagi mau diprank. Tapi tak apalah, yang penting sudah jelas hasilnya gini. Aku ikut saja alurmu."

"Ccchh ... matre," ketus Aditya tak peduli dia bisa mendengarnya dengan jelas.

"Di jalan Anggrek, lingkungan perkampungan belakang komplek Royal Apel ya, Pak!" seru Dahlia tak menggubris ucapan Aditya.

"Masih jauh rumahmu?" Aditya bertanya setelah melewati komplek perumahan Belianda.

"Ini sudah sampai. Rumah berpagar bambu, yang ada pohon buah naganya, Pak!"

Dahlia turun tanpa menoleh pada pemuda itu. Terlihat dari dalam rumah tua itu muncul seorang wanita paruh baya yang menggendong bayi. Aditya terkejut. Jantungnya berdegub-degub kencang seperti baru saja mengetahui sesuatu yang begitu mengejutkan.

"Jadi, ini tujuanmu meminta uang cash sepuluh juta itu?" gumam Aditya terenyuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
ferry guanto
seru juga ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   ENDING

    Yuni pias luar biasa. Dingin dan gemetar tangannya saat mencoba menghubungi nomor Belinda."Bu! Apaan sih?! Dari tadi ribut terus!" bentak salah seorang gadis yang merasa kesal karena Yuni menghalangi jalannya."Ma-maaf," ucap Yuni bahkan tak menatap lawan bicaranya. Biasanya ia takkan pernah terima dibentak begitu, apalagi oleh bocah ingusan di matanya. Namun kali ini, rasa takutnya melebihi egonya."Jangan bilang kamu kabur dan memilih melahirkan anak itu, Bel," lirih Yuni berlari kecil menuju parkiran.Ia langsung melesat pulang, berharap anaknya sudah di rumah. Namun nihil, Belinda tak ditemukan. Yuni menghubungi suaminya untuk pulang dari kantor. Sayang, bukan rangkulan penenang yang dia dapatkan tapi kemurkaan suaminya."Kalau sampai Belinda tak pulang, kamu ha

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 148_HUKUM ALAM

    "Tidak, Dahlia! Janin itu harus digugurkan!" seru Yuni memberang."Kita tidak tahu masa depan seseorang, Bu Yuni. Siapa yang tahu, janin itu kelak akan menjadi laki-laki atau perempuan yang berguna?!""Omong kosong! Aku tetap tak akan mau memiliki cucu haram, Dahlia! Jangan mentang-mentang kamu sekarang punya kekuasan, kamu mempengaruhi anakku!"Dahlia masih berdiri. Ia sama sekali tak diminta duduk apalagi disuguhkan apa pun meskipun dia datang sebagai tamu. Sepulang dari rumah sakit, Dahlia memutuskan ikut dengan mobil Belinda sedangkan Aditya memilih kembali le kantor. Sepanjang jalan laki-laki itu menggerutu karena keputusan istrinya yang di luar logikanya."Aku hanya tak rela, ada janin yang dibunuh, Bu. Bahkan saat ini, detak jantungnya begitu terdengar luar biasa," ucap Dahlia mencoba meyakinkan."T*i kucing!" umpat Yuni makin meradang dan menuju kamar an

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 147_KEPUTUSAN YANG SULIT

    Seolah abai, Dahlia meraih tas selempangnya dan sudah siap dengan tampilannya. Ia memilih tak ingin menanggapi ucapan suaminya. Ia memiliki rencana untuk sedikit menggoyahkan hati seorang ibu."Mari, Bel! Kita ke dokter kandungan bersama. Ikut mobil kami!" seru Dahlia membuka pintu yang ia sendiri kunci."Menyesal aku ke sini," ketus Belinda mengikuti langkahnya.Tak punya pilihan, Aditya menyetir dengan membawa dua wanita hamil. Satu istrinya, satu mantannya. Bahkan ketika mereka sampai di poli kandungan, Aditya begitu amat canggung karena kedua wanita itu mendapatkan buku pink secara bersamaan dan semua mata memandangnya aneh.'Sial, pasti mereka mengira aku memiliki dua istri' rutuk hati Aditya.Nama Dahlia lebih dulu dipanggil untuk masuk. Aditya mengikuti istrinya ke dalam dan bertemu dokter kandungan."Selamat ya, kandungan

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 146_BELAS KASIHAN

    "Ke-kenapa kamu harus gugurkan?!" Dahlia seolah kehilangan akal. Sebagai seorang wanita yang pernah kehilangan janinnya, setidaknya ia merasa, tindakan Belinda itu akan menjadi sangat kejam. "Ya karena dia bukan anak dari laki-laki yang kumau. Dia anak dari kakek-kakek tua bangka, seorang napi!" Dahlia langsung mendekati Belinda. Ia meraih lengan wanita itu dengan tatapan tajam. "Janin itu tak berdosa, Bel!" "Aku tak peduli." "Umurnya pasti sudah dua bulan bahkan lebih!" sambut Dahlia nanar. "Ya. Ayahku mencegahku, tapi ibuku mendukungku. Aku sudah muak." Belinda melepaskan tangannya dari genggaman Dahlia. "Lepas. Aku datang bukan untuk meminta persetujuanmu, Dahlia. Kamu ... ada saat kejadian itu, jadi aku merasa, kamu harus tahu." Dahlia menggeleng keras. Ia tak mungkin membiarkan seorang janin diaborsi. "Kalau kamu benar-benar sudah berubah menjadi pribadi yang baik, please, jangan tambah dosamu lagi!" "Kamu enak ngomong dosa, kamu kira sejak kejadian itu, aku bisa

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 145_KABAR

    "Maafkan kami, Pak Hadi. Maafkan kami. Kami sangat menyesal," ucap Imron dengan suara bergetar.Sedari awal ia tak memiliki masalah dengan Aditya, Yuni lah yang memiliki kriteria khusus. Namun sebagai suami, Imron pasang badan untuk melindungi istrinya."Tak masalah. Aku justru berterima kasih karena sudah memperkerjakan Dahlia di rumah kalian sehingga anakku bisa bertemu dengannya."Imron dan Yuni kompak dia kehabisan kata. Rasa malu seperti sedang membenamkan mereka ke dasar bumi."Untuk apa kalian ke sini?""Kami, kami ingin mengucapkan te-terimakasih, Pak. Berkat dukungan pengacara-pengacara hebat dari Bapak, Mandala mendapatkan hukuman yang setimpal meski kehormatan anak kami tak bisa kembali," jawab Imron terbata karena gugup."Aku tidak melakukan apa pun untuk anak kalian. Aku melakukan semua itu karena menantuku."

  • KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO   BAB 144_TAK INGIN BASA BASI

    Masih di rumah sakit. Aditya menarik tangan Dareen agar menjauh dari ayah mereka yang sekarang duduk di dekat Dahlia yang masih dipasangi infus. Wanita itu masih perlu infus nutrisi agar kondisi tubuhnya kembali stabil."Kenapa kamu mesti bawa Papa ke sini? Paling nanti sore Dahlia dikasih pulang," ujar Aditya mencubit lengan adiknya."Apa sih, Bang! Masih sakit badanku ini! Harusnya aku juga dirawat di sini!"Aditya menciut setelah dihardik balik oleh adiknya. Ia melipat alisnya seolah meminta penjelasan."Papa yang maksa mau ke sini. Lagi pula, dia seperti kesurupan gatot kaca karena menjadi benar-benar pulih saat mendengar menantunya dirawat di sini," cerita Dareen dengan nada menggerutu."Papa benar-benar menyayangi Dahlia. Aku tak menyangka, semua ini berjalan sangat cepat. Kasih sayang tulus Dahlia telah meruntuhkan batu karang ego seorang Hadi Prata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status