Share

BAB 2_GADIS PELARIAN

Kedua bola mata Belinda seperti akan keluar dari tempatnya. Manik matanya terus mengikuti tangan Aditya yang sedang menunjuk gadis berhijab coklat muda. Seolah akalnya hilang, Belinda mencoba menerka maksud dari ucapan dan perilaku Aditya.

"Dahlia?" Suara Belinda bergetar.

'Oh rupanya, namanya Dahlia. Hemmm ... tak buruk.' Aditya membatin.

Gadis itu berhenti. Ia membalik tubuhnya lalu celingak-celinguk. Semua mata di ruangan itu sedang menatapnya serius. Ia semakin bingung.

"Saya Non?"

"Tak usah berdiri di situ! Enyah lah dari pandanganku!" perintah Belinda yang dipenuhi rasa was-was. Ia takut apa yang sedang dipikirannya itu sesuai dengan pikiran Aditya.

"Jangan pergi. Kita harus bicara sekarang, Mbak," ujar Aditya terdengar luwes dan meyakinkan.

"Kamu jangan gila, ya!" seru Bu Yuni berang pada Aditya.

Aditya tak peduli. Ia mendekati Dahlia memberikan sorot mata yang tajam. Siapa pun akan tahu, Aditya sedang tidak bermain-main. Dia serius dengan apa yang sedang direncanakannya.

"Kamu, sudah menikah?"

Dahlia makin kebingungan. Pandangannya menatap majikannya, namun Aditya segera menutupi pandangan gadis itu dengan tubuhnya. Kini, hanya wajah Aditya yang di depan Dahlia.

"Aku tak punya banyak waktu. Kamu sudah menikah?"

Aditya mengulangi pertanyaannya lebih tegas, lebih jelas dan juga lebih dekat lagi dengan wajah Dahlia. Sorot mata mereka beradu. Cukup banyak detik yang terlewatkan. Dahlia menggeleng pelan. Aditya tersenyum.

"Baiklah. Besok aku akan datang ke rumahmu. Bersiaplah menjadi pengantinku."

Merasa tidak perlu menunggu respon Dahlia, Aditya segera membelakangi gadis berhidung bangir itu. Tak peduli sepelik apa masalah yang akan muncul, ia tetap akan menjalankan rencananya.

"Tidak! Aku takkan mengizinkan kamu bersama dia, Aditya! Dia babuku! Pelayanku di sini!" sentak Belinda tak terima.

"Kamu sendiri yang menyuruhku menikahi siapapun. Jadi, aku memilih dia. Kamu tak usah memcampuri urusanku, Bel," timpal Aditya.

"Tidak akan kubiarkan kamu menikahi pembantuku, Aditya! Ini menginjak-injak harga diriku!"

Aditya acuh dan bersiap kembali. Ia memberikan kode pada dua pasangan suami istri yang menemaninya. Mereka kompak keluar dari rumah itu.

"Tunggu! Tolong jangan libatkan aku dalam permasalahan kalian. Aku hanya pembantu di sini," ucap Dahlia berani membuka mulut setelah banyak detik yang dilewatinya untuk berpikir.

"Dia menolakku. Jadi aku pilih kamu. Jangan berisik," ketus Aditya.

"Kamu gila! Kita bahkan tak pernah bertemu!" seru Dahlia pias.

"Kita bertemu sekarang," timpal Aditya santai.

Laki-laki itu ingin mengumpati Dahlia yang tak peka karena tak bisa merasakan aura kepemimpinan dan kedikjayaan dalam dirinya.

"Aku tak mau!"

"Kamu akan tetap menikah denganku."

"Eeeh! Gak bisa!" seru Dahlia menapik.

Aditya mendekatinya hingga mereka sangat dekat sekali. Aroma keringat gadis itu tercium di hidung Aditya. Laki-laki itu tahu, pastilah gadis di depannya itu memakai sabun murahan. Tapi tak masalah. Aditya butuh gadis itu untuk membungkam ego dua wanita sombong di belakangnya. Dipegangnya bahu Dahlia dengan sangat kencang.

"Dengarkan aku. Diamlah. Aku akan membayarmu hanya dengan kamu menutup mulutmu itu. Anggukan kepalamu sekarang, kuhargai sepuluh juta. Hanya satu anggukan kepala saja. Kamu tak mungkin kan melewati kesempatan ini?" bisik Aditya yang dipastikan hanya dia dan Dahlia yang tahu.

Aditya bisa melihat pergerakan rahang gadis itu. Ia sedang menelan salivanya yang mungkin terasa pahit karena kekagetannya yang luar biasa. Namun Aditya terus menatapnya tajam dan akhirnya Dahlia mengangguk meski samar.

"Oke!" seru Aditya menghentak bahu Dahlia lalu melepaskan tubuh gadis itu. "Terimakasih semuanya. Bu, Pak dan kamu Bel, aku pamit ya. Oh ya, tolong pecat dia karena mulai hari ini, dia calon istriku. Dia tak pantas menjadi pembantu. Dia adalah nyonya Central Glori tbk," lanjut Aditya santai.

Belinda melempari Aditya dengan kotak tisu di depannya. Untung saja benda itu ringan, terbuat dari sejenis kain flanel. Kemarahannya pada Aditya benar-benar sampai ke ubun-ubunnya. Panas sekujur tubuhnya.

"Kamu jangan banyak gaya, banyak bicara! Perbuatanmu ini bisa aku laporkan pada atasan karena secara tidak langsung, kamu sudah menghina perusahaan!"

"Detik dimana aku bicara begitu, detik itu juga aku sudah bukan admin lagi di sana, Bel! Mulai besok, kamu harus minta tanda tanganku untuk segala urusan proyek perusahaan."

Bu Yuni menarik tangan putrinya agar duduk kembali ke sofa. Nampak nafas Belinda memburu.

"Mama gak bisa bayangin kalau seandainya, kamu beneran menikah dengan dia, Bel! Baru ditolak sama kamu, dia sudah langsung gila. Hahahahaha! Lucu!"

Mulut Bu Yuni begitu lebar saat menertawakan Aditya. Suaminya juga terlihat menundukkan wajah, berusaha menyembunyikan tawanya.

"Awas saja kalau kamu kemakan rayuannya. Besok kamu harus tetap kerja. Mau makan apa kamu sama orang tuamu yang miskin kalau gak kerja di saya?!" lanjut Bu Yuni pada Dahlia. Wanita itu menatap sinis pada pembantunya.

Di dalam hati, Aditya bertekad akan menyulap gadis berkulit kusam itu menjadi lebih cantik dari Belinda. Dengan begitu, ia akan melihat air mata penyesalan dari Belinda yang baru saja menolak sekaligus menghinanya.

"Mari, Tuan Muda, kita pulang!" seru salah satu pelayan Aditya yang menemaninya.

Bu Yuni langsung tersedak. Ia terbatuk-batuk mendengar seorang laki-laki yang kulitnya agak hitam karena sering terkena sinar matahari itu bicara.

"Bel! Bahkan orang tuanya aja langsung gak waras. Tuan muda? Ampun deh," ejek Yuni.

"Dia memang Tuan Muda kami, Bu. Anak ...."

Aditya mengangkat tangannya sedikit pada pelayan itu. Tak perlu mengatakan siapa dia, biar mereka melihat langsung nanti. Terlihat Belinda hanya menggeleng, menutup mulutnya yang sedang tertawa.

"Please deh, Aditya! Kamu kalau mau sirkus ngelawak janganlah di sini. Dah kamu cepat saja nikahi dia. Pastilah lima puluh juta bisa langsung yess sama keluarganya yang miskin! Lima juta juga pasti oke. Mereka itu cocok sama kamu. Sama-sama melarat."

"Kamu kenapa sejahat ini menghina aku, Bel? Selama enam bulan ini, sikapmu tak seperti ini."

Jauh dalam lubuh hatinya, Aditya merasa sangat sedih sekali. Biar bagaimana pun, rasa cintanya pada Belinda sangat tulus. Apakah memang cinta sejati itu hanya dongeng?

"Ya sejujurnya aku hanya suka wajah tampanmu. Tapi makin ke sini, tampan tapi miskin, itu buatku sadar kalau selama ini aku sudah menghabiskan banyak waktuku."

"Masih banyak yang nikah hanya dengan mahar seperangkat alat solat, Bel! Semua uang itu murni hasil keringatku sendiri!" seru Aditya menimpali.

"Tidak untukku, Adit. Kita beda level, beda kasta. Kamu silahkan keluar dari rumah ini."

Ucapan Belinda menambah rasa sakit hati Aditya. Rupanya kata-kata cintanya kemarin pada laki-laki itu hanya permainan belaka.

Aditya merogoh sebuah kotak dari kantung celananya. Benda itu berlapiskan beludru lembut. Ia hampiri Dahlia yang masih mematung menyaksikan perdebatan mereka. Gadis itu mundur. Aditya melototkan matanya. Dahlia semakin mundur namun langkah kakinya terhenti karena terhalang dinding ruang tamu itu.

"Berikan tanganmu!" perintah Aditya dingin.

Dahlia menggeleng. Mata Aditya semakin melotot dan semakin menyeramkan. Setelah mendapatkan tekanan dari pemuda itu, Dahlia mengulurkan tangannya dengan perlahan dan nampak gemetar. Aditya menyeringai puas.

Kleeek!

Aditya membuka kotak kecil di tangannya. Ia memastikan, kilau cincin berlian ini adalah permulaan pembalasan atas hinaan keluarga ini padanya.

"Aku membeli cincin ini seharga ratusan juta. Ini akan terpasang pada jemari tanganmu sebagai calon istriku," ujar Aditya dengan suara berat.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Daneva Faris
hadeeeh udah donload2 udah baca pke kuota masih di kunci juga emang paling enak tuh ya baca di fizo
goodnovel comment avatar
Shoplo Thepred
baca novel kayak sinitron emakĀ² ajj , bisa baca klo udah dapet bonus,, kita jga bayar dengan kuota, masih suruh beli lagi koin untuk bsa masuk,,, terlalu,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status