BAB 29KEDATANGAN AIRIN“Mas, aku ke toilet dulu, ya!” pamit Kienan.“Iya, Sayang! Perlu aku antar?” tanya Ardhan.“Gak perlu, kamu temui saja teman-teman kamu!”“Oke, jangan lama-lama, ya!” sahut Ardhan.Kienan melangkah tergesa menuju toilet.Bruk. Tanpa sengaja, dia bertabrakan dengan seseorang. Gaun biru muda yang dipakainya, tampak penuh dengan noda.“Ups, maaf, gak sengaja!” ujar wanita yang bertabrakan dengan Kienan. Tanpa merasa bersalah, dia melenggang begitu saja. Kienan hanya bisa melongo melihat pakaiannya yang sudah berubah warna. Kienan bergegas ke toilet. Usai menunaikan hajatnya, dia berusaha membersihkan noda di pakaiannya. Namun sayang, noda itu hanya sedikit memudar. Kienan tampak kebingungan. Cukup lama dia berdiam diri di toilet untuk mencari solusi. Dia tidak mungkin kembali ke pesta dengan pakaian seperti itu.Tok tok tok ....“Kienan, kamu masih di dalam?” Kienan langsung sumringah mendengar suara dari arah luar. “Mas!” ujar Kienan lega setelah membuka pintu
BAB 30PERTEMUAN PERTAMA"Nah, tuh sama si Alex! Dia pasti siap ngantar kamu keliling kemanapun!" sahut Ardhan."Gak mau! Aku maunya sama kamu!" rengek Airin. "Sori, aku gak bisa!" "Kenapa sih, cuma ngantar bentar doang!" rajuk Airin."Airin, sekarang aku sudah menikah. Aku tidak mau ada kesalahpahaman. Lebih baik kamu pergi sama Alex saja!" ujar Ardhan.Alex tersenyum sambil menaik turunkan alisnya."Ogah. Lebih baik aku pergi sendiri!" sahut Airin, lalu melangkah meninggalkan ruangan Ardhan sambil menghentakkan kaki.Alex memandang kepergian Airin hingga dia benar-benar menghilang. "Kedip, woy!" teriak Ardhan.Alex menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum."Makin cantik aja tuh cewek!" ujar Alex."Makanya, buruan lamar! Keburu diambil orang!" sahut Ardhan.Alex mencebik."Gimana mau nglamar? Dia aja lihat aku kayak lihat kuman!" ujar Alex.Ardhan terbahak mendengar ucapan sahabatnya itu."Malah ketawa lagi! Bantuin kek!" ujar Alex sewot.Ardhan masih terus terbahak dan tak
BAB 31KESALAHAN AIRIN (21+)Sejak saat itu, mereka mulai dekat. Ardhan sering mengantar sang Mama mengunjungi butik Anita. Tante Halimah, Mama Ardhan pun menyukai pribadi Anita yang sederhana.Di kantor, Airin berusaha menunjukkan perhatian lebih kepada Ardhan. Sayang, Ardhan tak mengindahkannya. Dia lebih tertarik pada kesederhanaan Anita. Satu tahun usai perkenalan, Ardhan melamar Anita. Tak lama kemudian, mereka menikah. Ardhan memboyong Anita untuk tinggal di Bali. Sementara Airin, diminta mengelola butik peninggalan keluarganya.Satu tahun usai pernikahan, Anita melahirkan seorang putri yang cantik. Sayang, tak lama kemudian dia meninggal dunia. Airin tak melewatkan kesempatan itu. Dengan alasan mengunjungi sang keponakan, Airin sering bertandang ke kediaman mereka. Bahkan, tak jarang, dia sering menginap. Suatu hari, setelah Ardhan pulang kerja, Airin masuk ke dalam kamar Ardhan. Saat itu, Ardhan Baru saja selesai keluar dari kamar mandi. "Airin, apa yang kamu lakukan? Harus
BAB 32SEPERTI MELIHAT MAMA“Papa!” sapa Bulan saat melihat keduanya turun dari tangga.“Halo, Sayang! Sudah belajar belum?” tanya Ardhan.“Sudah, tadi diajarin Mama. Iya kan, Ma?” ujar bulan.“Iya, Sayang!” sahut Kienan.“Tadi belajar apa sama Mama?” tanya Ardhan sambil membawa Bulan kedalam gendongannya.Bulan tertawa riang digendong sang Papa.“Tadi Mama ngajarin aku ngerjakan tugas matematika.”“Bulan bisa?” “Bisa dong! Bulan kan anak yang pintar!” sahut Bulan bangga.“Pa, Bulan boleh tanya sesuatu gak?” “Tanya apa?” Ardhan mengernyit heran. “Boleh gak, sekali-kali aku menginap di rumah Tante Airin?” tanya Bulan.“Memangnya kenapa Bulan mau menginap disana?” tanya Ardhan.“Tante Airin yang ngajakin. Kata Tante Airin, dia kangen sama Bulan, lagipula ....” Bulan menghentikan ucapannya.“Lagipula apa?”“Em ... lagipula ....”“Mau ngomong apa sih? Kok ragu gitu?” tanya Ardhan penasaran.“Lagipula, Tante Airin wajahnya mirip sekali dengan Mama,” ujar Bulan lirih.Ardhan menghembuska
BAB 33KEHAMILAN KIENANTok tok tok ....“Sayang, kenapa lama sekali?” tanya Ardhan dari luar.“Sebentar, Mas!” sahut Kienan.Setelah memantapkan hatinya, Kienan memberanikan diri untuk mencoba tespek itu. Tak lama kemudian, dia keluar dan menyerahkannya kepada Ardhan.“Bagaiamana hasilnya?” tanya Ardhan penasaran.“Gak tahu, kamu saja yang lihat,” sahut kienan.Ardhan tampak memperhatikan tespek itu dengan seksama. Tampak sebuah garis merah disana. Namun, perlahan, samar tampak garis merah kedua. Ardhan tersenyum sumringah. Tanpa aba-aba, dia segera memeluk istrinya dari belakang. Kienan yang sedang emlangkah menuju tempat tidur, merasa sangat terkejut.“Mas, kamu ngagetin saja!” ujar Kienan.“He ... maaf, Sayang! Habisnya, aku seneng banget!” ujar Ardhan seraya membalik posisi Kienan agar menghadapnya.“Selamat ya, Sayang! Kita akan punya anak lagi!” ujar Ardhan sambil tersenyum sumringah.“Mas serius?” tanya Kienan tak percaya.“Iya, Sayang! Selamat, ya!” ujar Ardhan sembari memelu
BAB 34PENTAS SENI“Papa, ayo cepetan! Nanti kita terlambat!” teriak Bulan.“Iya, sayang! Sabar, ya!” sahut Ardhan. Bulan mengerucutkan bibirnya sambil menunggu Papanya bersiap.“Anak Mama sudah cantik banget! Siapa yang dandanin tadi?” tanya Kienan sambil berusaha bangkit dari tidurnya.“Tante Airin!” sahut Bulan.“Tante Airin? Memangnya dia ada disini?” tanya Kienan heran. Kini dia sudah duduk sambil bersandar di kepala tempat tidur.“Iya, aku yang nyuruh karena Mama lagi sakit, jadi gak bisa dandanin aku!” sahut Bulan polos. Kienan memandang tak suka ke arah Ardhan.“Iya, tadi pagi-pagi dia sudah sampai sini. Aku gak bisa menolak saat Bulan merengek minta diteleponin Airin,” ujar Ardhan memberi penjelasan. Tapi tetap saja, rasanya masih ada yang mengganjal di hatinya.“Sekarang Tante Airinnya mana? Sudah pulang?” tanya Kienan lagi.“Belum. Aku mau ajak Tante Airin lihat penampilan aku,” sahut Bulan. Kienan kembali menatap ke Arah Ardhan. Ardhan yang sedang dipandang, memilih pura-p
BAB 35PENDARAHANKring .... tiba-tiba, ponsel Ardhan berbunyi. Dia meninggalkan ponselnya di meja tempat mereka makan. Airin melirik nama pemanggilnya. My sweet heart. Airin berdecih kesal. Dibiarkannya ponsel itu hingga mati sendiri. Tak lama kemudian, ponsel Ardhan kembali berdering. Dengan kesal, Airin menolak panggilan itu dan menonaktifkan ponsel Ardhan.“Biar tahu rasa kamu!” ujar Airin kesal.***********************Seharian ini, mood Kienan hancur. Hari ini adalah acara pentas seni di sekolah Bulan. Sayang, karena kondisinya yang mengharuskannya bedrest, dia tidak bisa menghadiri acara tersebut. Yang membuatnya semakin sakit hati, ternyata Airin datang menggantikan posisinya. Meskipun dia hadir atas permintaan Bulan, rasanya Kienan tidak rela. Dia tidak suka melihat sang suami dekat dengan mantan adik iparnya itu. Apapun alasannya, Kienan sangat faham jika wanita itu menaruh hati kepada suaminya. Pengalaman kegagalan pernikahannya sebelumnya, membuatnya merasa trauma. Dia tak
BAB 36KEGUGURANArdhan mendengarkan cerita Bi Asih dengan seksama. Kienan sudah mengalami masa-masa yang sulit sebelum bertemu dengannya. Dia berjanji dalam hatinya, tidak akan menyakiti wanita yang dicintainya itu.Tiba-tiba, ruang perawatan terbuka. Seorang dokter tampak keluar, Ardhan dan Bi Asih menghampirinya.“Dokter, bagaimana keadaan istri saya?” tanya Ardhan panik.“Anda suami Ibu Kienan?” tanya dokter tersebut.“Benar, Dok, saya suaminya!”“Kita bicara di ruangan saya saja!” ujar dokter tersebut, lalu segera melangkah menuju ruangannya. Ardhan mengikuti langkah dokter tersebut dengan pikiran berkecamuk.“Silahkan duduk, Pak!” ujar dokter tersebut.“Terima kasih, dok! Bagaimana keadaan istri saya, dok?” tanya Ardhan tak sabar.“Begini, Pak! Sebelumnya saya ingin bertanya dulu! Apakah Bapak tahu kalau Ibu mengonsumsi obat peluruh kandungan?” tanya dokter tersebut.“Apa, dok? Tidak, dok. Itu tidak mungkin. Pasti ada kesalahan,” ujar Ardhan tak percaya.“Berdasarkan hasil pemer