Beranda / Lainnya / KUNYIT DARI SARANJANA / BAB. 7 MINYAK BINTANG

Share

BAB. 7 MINYAK BINTANG

Penulis: Mu Ka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-28 17:34:29

Kini Lawen membawa Enon yang sudah tidak sadarkan diri ke rumah Jawo. Enon terbaring lemas di ranjang, ia sangat khawatir dengan kondisi  Umanya. Ketika di periksa suhu tubuhnya sangat panas,  kondisi Enon sekarang sangat kritis ia harus segera di obati kalau tidak nyawanya akan terancam. Tidak banyak Yang bisa di lakukan Lawen, ia hanya mondar mandir tanpa tau apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Umanya dalam kondisi kritis.

Jawo yang seakan paham dengan situasi ini membawa racikan ramuan khusus untuk meredakan panas tubuh Enon, ia segera menyuruh Lawen untuk membalur seluruh tubuh Umanya dengan obat racikannya.

“Jika Umamu tidak kunjung membaik, maka dia harus di minumkan minyak bintang.”

“Aku tidak memiliki minyak bintang Kek.!”

“Tenang saja, di sini aku banyak memiliki persedia’an.”

Ucap jawo menenangkan Keada’an, Jawo langsung keluar dari kamar karena Lawen harus melepas pakaian Umanya, guna membaluri obat racikan untuk menurunkan panas tubuh Enon.

Jawo melangkah masuk di salah satu kamar di lantai 3, di kamar ini seluruh obat tradisonal dan modrn sampai minyak mistis untuk pengoban berjejer rapi di rak memenuhi  seluruh ruangan . Ia langsung membuka laci yang menyimpan minyak bintang, minyak bintang ini adalah peninggalan leluhurnya yang sudah berumur juta’an tahun. Seluruh orang di dunia nyata, mengambil minyak bintang dari Jawo, karena hanya dia satu-satunya keturunan yang di percaya untuk menjaga warisan leluhur.

Minyak bintang merupakan minyak tradisional asli dari Suku Dayak, yang digunakan untuk berbagai pengobatan, minyak bintang dibuat lewat campuran minyak kelapa, kapas bujang, dan burung bubut.

Minyak kelapa yang digunakan untuk membuat minyak bintang adalah minyak kelapa biasa, yang berasal dari proses pres daging buah kelapa. Lalu, kapas bujang adalah tanaman kapas yang baru saja berbuah, tidak sempat jatuh ke tanah. Kemudian, bahan yang paling sulit adalah burung bubut.

Burung bubut adalah burung yang tinggal di pedalaman hutan. Untuk membuat minyak bintang, burung bubut harus dipatahkan kakinya hidup-hidup 7 kali Jum’at  hingga mati, kemudian direbus lama hingga berbentuk minyak. Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi satu. Proses ini hanya bisa dilakukan oleh orang berilmu, pada malam-malam tertentu. Pembuatan minyak bintang hanya bisa dilakukan pada malam Jumat ketika bintang bersinar terang. Hal inilah yang menjadi dasar penama’an minyak bintang. Pada pengolahan minyak bintang para sesepuh adat akan memanggil roh dari para lelur untuk menyempurnakan kesaktia’an minyak bintang.

Walaupun memiliki  kesaktian yang luar biasa, bukan berarti minyak bintang bisa di gunakan sepuasnya. Ada beberapa batasan yang tidak boleh dilakukan oleh minyak ini.  Minyak bintang, tidak dapat menolong orang lain selain pemiliknya sendiri. Selain itu, minyak ini juga tidak akan berguna apabila pemiliknya mati dalam keadaan tubuhnya, terpotong-potong lalu dikubur di tempat yang berjauhan.

“Tok...tok..tookk..!” Pintu kamar di ketuk oleh Jawo.

“Masuk aja Kek, aku sudah selesai mengolesi tubuh Uma.”

“Apa ada kemajuan dengan kondisi Umamu.?”

“Panas tubuhnya sudah menurun, tapi  belum ada tanda-tanda bahwa Uma sadarkan diri.”

Dengan napas panjang, Lawen hanya bisa pasrah.

Sakit Enon kali ini bukan sakit alami, tapi akibat di wisa dari tenaga dalam Manaf, ia sengaja mencelakakan Enon, untuk memancing Lawen keluar. Sekarang hanya Jawo yang bisa menawar wisanya, beruntung malam ini adalah malam bulan purnama, sehingga tidak perlu lama untuk melakukan ritual penyembuhan memakai metode magic dari minyak bintang.

Tubuh Enon langsung di bawa ke dunia nyata berada di desa paminggir, di sana ada panggung/ kalang  terbengkalai bekas peternakan kerbau rawa. Di atas kalang, tubuh Enon di baringkan dan di tuangkan minyak bintang ke dalam mulutnya. Minyak bintang ini akan bekerja setelah terkena sinar bulan purnama.

Mulut Kakek Jawo kumat-kamit membaca sebuah mantra yang sangat panjang, untuk memanggil roh pemilik asli dari minyak bintang. Bulan purnama telah bersinar, suara dari tulang Enon terdengar seperti patah, terdengar ngilu, pertanda minyak bintang telah bereaksi. Sangat banyak cairan ber-warna kuning keluar dari pori-pori  kulit Enon, mata yang semula tertutup kini terbuka lebar membola. Enon langsung berteriak dengan sangat keras, menurut Jawo ini sudah biasa terjadi di karenakan penyakit yang di derita Enon sangat berat, hingga roh dari dalam minyak bintang turun tangan langsung masuk ke dalam tubuh merasuki  Enon.

Kalang untuk mereka ritual jauh dari pemukiman penduduk, letaknya di tengah-tengah rawa yang sangat luas. Sehingga tidak ada gangguan dalam ritual ini. Teriakan Enon yang kini di rasuki roh minyak bintang, melingking ke seluruh penjuru membuat suasana sangat mistis. Lawen sebagai anak asli Suku Dayak baru pertama melihat ritual penyembuhan minyak bintang, tentu sangat kaget dan takut, apalagi yang sekarang di sembuhkan adalah Umanya.

Sekitar 15 menit waktu ritual berlangsung, cukup membuat bulu kuduk berdiri, karena suasana menjadi sangat horor, kini Enon sudah sembuh total dan sudah sadarkan diri, Lawen langsung memeluk Umanya, ia sangat berterima kasih kepada Kakek Jawo sudah mau menolong mereka.

“Ada satu pantangan yang tidak boleh di langgar oleh orang yang telah di sembuhkan dari minyak bintang.” Ucap Jawo yang masih duduk bersila.

“Apa itu Kek.?”

“Jangan sekali-kali, memakan buah pisang emas, ataupun menyentuhnya, jika pantangan ini di langgar, maka di pastikan Umamu akan mati dan akan menjadi kuyang.”

“Pasti Kek, aku akan menjaga Uma, agar tidak melanggar pantangannya.”  Jawab Lawen tergagap.

Setelah semuanya selesai. Lawen langsung membuka portal kembali ke Saranjana, dalam kondisi genting Lawen mempercayakan Enon  kepada Kakek Jawo, untuk menjaganya. Dan sementara waktu Enon harus tinggal di rumah Jawo di negri gaib Saranjana.

“ Lawen, apa yang sebenarnya terjadi,? dan sekarang kamu mau kemana.?

Enon sa’at ini sangat kebingungan, melihat perubahan Lawen kembali menjadi pemuda yang lembut, tidak seperti kemaren  sangat kasar dan suka mabuk.

“Aku  harus pergi, ada tugas yang harus segera aku selesaikan, demi kebaikan Uma tinggallah bersama Kakek Jawo, dan dia akan menjelaskan apa yang terjadi sa’at ini.”

Lawen melangkah memasuki portal demensi, ia teringat dengan sahabatnya Kecek sehingga harus secepatnya menemukannya, ia berharap Kecek tidak terbunuh. Kakek Jawo yang berada di tengah mereka  tersenyum penuh tanda tanya.

*****

Kecek yang kini terluka berat di bagian dada, akibat serangan Manaf. Ia terkapar tidak berdaya di samping aliran sungai. Beruntung ia bisa melarikan diri dari tangan Manaf, kalau tidak, di pastikan ia akan tewas. Beruntung Ia di temukan oleh salah satu warga yang lagi mandi, ia lalu di bawa ke rumah kepala desa untuk segera di beri pertolongan. Walaupun tidak saling kenal warga desa dengan rela merawat Kecek, dalam waktu tiga hari kecek tidak sadarkan diri. Ketika ia sudah siuman, dirinya terkejut melihat seorang wanita cantik yang lagi membersihkan tubuhnya. Dengan sepontan ia menarik diri dan membetulkan pakaiannya  yang terbuka.

“Siapa kamu,? dan aku berada di mana.?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 27 MENUJU KURIPAN II

    Setelah mesin di bongkar oleh prajurit yang kebetulan adalah teknisi, kini mesin L 300 kembali hidup. Mengaur di tengah hutan rawa dekat dengan desa Paminggir. Langit senja yang menguning, kini telah berubah menjadi gelap. Lampu yang terpasang permanen di depan kapal, membantu menerangi jalan dengan tenaga dari aki.Beberapa saat kemudian kapal menepi di salah satu pelabuhan, tampak sopir naik membawa jerigen besar, dan mengisinya di atas sana. Ia tertatih tatih turun kembali membawa jerigen penuh dengan bahan bakar, dengan sangat telaten tangan laki laki itu menuangkan solar ke tengki kapal hingga penuh. Dingin malam membuat tubuh para penumpang menjadi kedinginan, angin menerpa kapal begitu deras. Melihat cuaca yang tidak mendukung, sopir memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan, karena jalur di depan adalah sungai Barito yang memiliki luas satu kilo meter, dan memiliki kedalaman kurang lebih 15 kilo meter. Gelombang sangat besar di hasilkan oleh angin yang berhembus nanar. A

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 26 MENUJU KURIPAN

    Pagi ini dua mobil Avanza sudah siap membawa mereka menuju Amuntai dan akan berlabuh di Danau panggang, dari sana mereka menaiki kapal yang bermesin L 300 melalui jalur aliran sungai kecil, deru kapal magaum di tengah aliran sungai. Gelombang kecil melenggak lenggokan enceng gondok yang berdempet dempet ikut hanyut mengiringi laju kapal.Pohon rumbia yang berada di pinggir tebing sungai menjadi pemandangan yang menarik, sungguh membuat takjub di sini tidak terlihat adanya tanah, semua rata dengan air. Rumah rumah yang berdiri semuanya berbentuk panggung, dan sebuah jembatan di bangun seperti rel untuk pengganti jalan.Tampak Putri Lisa mengeluarkan kepala di pinggir kapal, ia saat ini sedang menikmati perjalanan. Wajahnya yang sesekali terkena cipratan air gelombang kapal menjadi sejuk, tatkala angin yang manampur wajahnya dengan lembut, hingga membuat penutup kepalanya menjadi melambai lambai.Pemandangan pohon besar di pinggiran sungai, menipu mata, seakan pohon pohon ini berdiri k

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 25 SARANJANA

    Di bawah kaki pegunungan Maratus, tepian sungai, tampak Putri Lisa sedang duduk termenung. Hati wanita itu gundah gulana. Bukan hanya kerena memikirkan sang Ayah yang terbaring sakit, tapi juga kerena kini takdir membawa langkahnya ke negri yang jauh dari istana. Seumur hidupnya tidak pernah terpikir, bahwa ia akan menjalani hari hari jauh dari dekapan sang Ayah.Namun kini ia merasa aman karena di temani oleh laki laki yang baru saja membuat hatinya terpaut cinta, tidak bisa di pungkiri, rindu kerap membuat Putri Raja itu menangis sendiri. Kini rasa takut juga menghantui, tangisnya kembali berderai seiring angin malam yang kian menusuk tulang, sementara laki laki yang gagah perkasa berdiri tegak melihatnya seorang diri, meratapi nasib entah apa yang akan ia lewati esok hari di negri yang baru baginya. Hanya sebuah senandung lagu yang bisa menenangkannya malam ini, senandung rindu yang begitu merdu, selalu ia lantunkan jika bersama sang Ayah, untuk mengenang sanak saudara yang telah j

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 24 MAWAR EMAS

    “Lapor Panglima, semua sisi istana sudah kami periksa tapi tidak menemukan penyusup.” Seorang prajurit menghadap, semua orang sudah di kerahkan untuk mencari penyusup yang menusuk Raja ke segala penjuru istana. Bahkan sampai ke luar istana di lakukan pencarian tapi tidak membuahkan hasil.Kecek mengeretek giginya, dan mengepal tangan sangat kuat hingga uratnya terlihat, sekarang ia sangat marah dengan kejadian yang meneror nya saat ini, di mulai dari Lawen kini Raja juga menjadi sasaran. Siapa gerangan yang menjadi dalang semua ini, padahal semua musuhnya dulu semuanya sudah mati. Manaf dan Jawo.Di ruangan UGD Raja di tangani oleh dokter Djata dengan sangat intensif, dan di bantu oleh semua dokter terbaik Saranjana. Putri Lisa tidak bisa menahan emosinya, deraian tangisnya tidak bisa ia hentikan hingga kelopak matanya membengkak. Kini penjagaan di istana semakin di perketat, tidak ada orang asing yang di perbolehkan masuk.“Putri” kini Lawen berusaha menenangkan Lisa dengan pelukan h

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 23 PENYUSUP

    Tiga orang bertopeng mengendap ngendap di sisi istana, para Prajurit yang berjaga tidak mengetahui keberadaan mereka. Karena mereka sangat lincah dalam geraknya, hampir tidak menimbulkan suara sedikitpun dari langkah mereka.“Hati hati jangan sampai ketahuan.” Ucap salah satu dari orang orang bertopeng yang sepertinya pemimpin mereka. Setengah meter lagi mereka akan berhasil masuk ke dalam ruang istana, para perajurit sangat ketat berjaga di setiap pintu masing masing di jaga oleh dua orang prajurit. Kreeeekkkkk Salah satu dari mereka menginjak sesuatu, yang menimbulkan kecurigaan dua orang prajurit penjaga pintu masuk utama kerajaan.“Coba periksa” salah satu prajurit menyuruh rekannya untuk melihat kondisi di balik tembok kiri pintu. “Aman, hanya seekor burung.” Teriak rekan prajurit.Tiga orang bertopeng meresa lega, karena keberadaan mereka tidak di ketahui oleh penjaga. Mereka dengan cepat melompat ke atas genteng. Di bawah cahaya bulan yang tidak terlalu terang membuat langk

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 22 HALUSINASI

    SiuuutttSebuah anak panah melesat nyaris mengenai kepala Galin, ia sangat kaget napasnya memburu naik turun. Ia melihat Kecek dengan gagah bertarung menghadang pasukan musuh yang menunggangi kuda menghambur dengan pedang nya menebas pasukan pertahanan istana.DuuaaaaaaarrrrrrLedakan yang sangat besar membuat semua orang yang berada di sekitar lokasi terpental jauh, ledakan lima kali di turunkan. Hingga membuat kepala Galin berdenyut dan telinganya sunging, tubuhnya kotor penuh debu. Kepolan asap membuat jarak pandangan, di udara entah berapa banyak anak panah berjatuhan. Panglima Kecek, masih sibuk menghalangi pasukan musuh, dengan sebilah mandau macamnya mampu membunuh musuh dengan sekali tebasan, musuh kesulitan untuk menyerang, karena pertahanan berada di dua sisi. Yang paling kuat adalah pertahanan pertama, di atas benteng tinggi, mereka menghujani dengan anak panah dari ketinggian.Pasukan mandau menghadang langsung di garis kedua. Setelah musuh yang berhasil di pukul mundur da

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 21 KAPAL YANG HILANG

    Matahari sudah menyinari alam kalimantan yang sangat masih asri, semua binatang telah berkeliaran mencari makan. Di dalam rumah betang Marna terbangun dengan ke adaan yang bingung, ia lupa apa yang sebenarnya terjadi otaknya tidak mampu mengingat kejadian semalam. Setelah membuka rumah ia terkejut melihat mobil hilux putih terparkir, plat mobil yang bertulis KH.xxxx.Bm ia sangat mengenal pemiliknya. Namun yang membuat ia bingung sejak kapan mobil ini terparkir di pekarangan rumahnya dan kemana pemiliknya.“Ini milik Galin,” ia mengilingi mobil dan mencoba membuka pintu mobil guna mencari petunjuk. Sebuah telpon genggam Marna temukan di dalam tas kecil.Sementara di Saranjana.Raja memanggil Galin ke ruangan khusus, karena ada seseorang yang hendak bertemu pada Galin. “Siapa namu anak muda.?” Ucap Raja dalam suatu ruangan khusus kedap suara, hanya ada mereka berdua di dalamnya.“Galin Paduka,” suara Galin sedikit bergetar karena baru pertama di introgasi oleh seorang Raja.“Kamu tau

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 20 BERTEMU GALIN

    Deru mobil hilux mengaum di udara, lampu sorotnya menerangi pekarang rumah betang. Tampak gagah pria yang mengendarai mobil hilux ini seorang diri, dengan gayanya yang khas kacamata hitam dan topi koboy di kepala dan tidak lupa masker hitam sebagai penutup wajah. Marna mendengar mobil masuk ke dalam pekarangan rumahnya, segera menutup pintu. Ia trauma jikalau terjadi penyekapan kepada dirinya seperti enam bulan yang lalu. Sebilah mandau ia keluarkan dari kumpangnya, bersiap untuk menyerang, jikalau di luar sana adalah orang jahat yang akan mencelakainya.Tap tap tapDekap langkah kaki seorang yang manaiki anak tangga menuju pelataran rumah, ia mengetok dengan santai seperti sangat tau bahwa Marna ada di dalam rumah. Marna melangkah pelan merangkak menuju celah dinding sebesar jari kelingking, ia sipitkan sebelah mata untuk melihat ke arah luar, dengan pencahayaan bulan yang terbatas ia melihat sosok laki laki dengan jaket kulit hitam membalut tubuhnya. “Marna” panggil lelaki di lua

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 19 RUSA

    Kegiatan yang paling menyenangkan adalah berburu di hutan, sebagai penghuni hutan yang menjadi paru paru dunia. Tentunya kegiatan berburu memang sudah sangat Lawen kuasai. Hari ini ia dan Marna rencana akan berburu ke desa atas, karena di desa atas hutannya masih asri dan tidak terjamah oleh manusia sehinnga hewan masih banyak yang berkeliaran.Pagi ini mereka membawa peralatan berburu seperti sumpit, panah, tombak, dan lanjung untuk membawa hasil buruan nanti. Untuk menuju ke desa atas perlu waktu satu jam berjalan kaki, karena di samping jalan yang memang asri hanya ada jalan setapak, di sana juga kondisi jalannya terjal harus merangkak naik berpegangan dengan akar pohon.“Anak itu tidak ubahnya seperti masih kecil dulu.” Marna menggelengkan kepala melihat Lawen naik seperti monyet, bergelantungan menyusuri jalan tebing.“Ayo Bue, jangan kaya siput,” teriak Lawen nyaring dari atas hingga menggema di dalam hutan.“Tunggu dulu, Bue sebentar lagi sampai.”Jawab Marna di bawah sana.Te

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status