Share

BAB. 7 MINYAK BINTANG

Kini Lawen membawa Enon yang sudah tidak sadarkan diri ke rumah Jawo. Enon terbaring lemas di ranjang, ia sangat khawatir dengan kondisi  Umanya. Ketika di periksa suhu tubuhnya sangat panas,  kondisi Enon sekarang sangat kritis ia harus segera di obati kalau tidak nyawanya akan terancam. Tidak banyak Yang bisa di lakukan Lawen, ia hanya mondar mandir tanpa tau apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Umanya dalam kondisi kritis.

Jawo yang seakan paham dengan situasi ini membawa racikan ramuan khusus untuk meredakan panas tubuh Enon, ia segera menyuruh Lawen untuk membalur seluruh tubuh Umanya dengan obat racikannya.

“Jika Umamu tidak kunjung membaik, maka dia harus di minumkan minyak bintang.”

“Aku tidak memiliki minyak bintang Kek.!”

“Tenang saja, di sini aku banyak memiliki persedia’an.”

Ucap jawo menenangkan Keada’an, Jawo langsung keluar dari kamar karena Lawen harus melepas pakaian Umanya, guna membaluri obat racikan untuk menurunkan panas tubuh Enon.

Jawo melangkah masuk di salah satu kamar di lantai 3, di kamar ini seluruh obat tradisonal dan modrn sampai minyak mistis untuk pengoban berjejer rapi di rak memenuhi  seluruh ruangan . Ia langsung membuka laci yang menyimpan minyak bintang, minyak bintang ini adalah peninggalan leluhurnya yang sudah berumur juta’an tahun. Seluruh orang di dunia nyata, mengambil minyak bintang dari Jawo, karena hanya dia satu-satunya keturunan yang di percaya untuk menjaga warisan leluhur.

Minyak bintang merupakan minyak tradisional asli dari Suku Dayak, yang digunakan untuk berbagai pengobatan, minyak bintang dibuat lewat campuran minyak kelapa, kapas bujang, dan burung bubut.

Minyak kelapa yang digunakan untuk membuat minyak bintang adalah minyak kelapa biasa, yang berasal dari proses pres daging buah kelapa. Lalu, kapas bujang adalah tanaman kapas yang baru saja berbuah, tidak sempat jatuh ke tanah. Kemudian, bahan yang paling sulit adalah burung bubut.

Burung bubut adalah burung yang tinggal di pedalaman hutan. Untuk membuat minyak bintang, burung bubut harus dipatahkan kakinya hidup-hidup 7 kali Jum’at  hingga mati, kemudian direbus lama hingga berbentuk minyak. Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi satu. Proses ini hanya bisa dilakukan oleh orang berilmu, pada malam-malam tertentu. Pembuatan minyak bintang hanya bisa dilakukan pada malam Jumat ketika bintang bersinar terang. Hal inilah yang menjadi dasar penama’an minyak bintang. Pada pengolahan minyak bintang para sesepuh adat akan memanggil roh dari para lelur untuk menyempurnakan kesaktia’an minyak bintang.

Walaupun memiliki  kesaktian yang luar biasa, bukan berarti minyak bintang bisa di gunakan sepuasnya. Ada beberapa batasan yang tidak boleh dilakukan oleh minyak ini.  Minyak bintang, tidak dapat menolong orang lain selain pemiliknya sendiri. Selain itu, minyak ini juga tidak akan berguna apabila pemiliknya mati dalam keadaan tubuhnya, terpotong-potong lalu dikubur di tempat yang berjauhan.

“Tok...tok..tookk..!” Pintu kamar di ketuk oleh Jawo.

“Masuk aja Kek, aku sudah selesai mengolesi tubuh Uma.”

“Apa ada kemajuan dengan kondisi Umamu.?”

“Panas tubuhnya sudah menurun, tapi  belum ada tanda-tanda bahwa Uma sadarkan diri.”

Dengan napas panjang, Lawen hanya bisa pasrah.

Sakit Enon kali ini bukan sakit alami, tapi akibat di wisa dari tenaga dalam Manaf, ia sengaja mencelakakan Enon, untuk memancing Lawen keluar. Sekarang hanya Jawo yang bisa menawar wisanya, beruntung malam ini adalah malam bulan purnama, sehingga tidak perlu lama untuk melakukan ritual penyembuhan memakai metode magic dari minyak bintang.

Tubuh Enon langsung di bawa ke dunia nyata berada di desa paminggir, di sana ada panggung/ kalang  terbengkalai bekas peternakan kerbau rawa. Di atas kalang, tubuh Enon di baringkan dan di tuangkan minyak bintang ke dalam mulutnya. Minyak bintang ini akan bekerja setelah terkena sinar bulan purnama.

Mulut Kakek Jawo kumat-kamit membaca sebuah mantra yang sangat panjang, untuk memanggil roh pemilik asli dari minyak bintang. Bulan purnama telah bersinar, suara dari tulang Enon terdengar seperti patah, terdengar ngilu, pertanda minyak bintang telah bereaksi. Sangat banyak cairan ber-warna kuning keluar dari pori-pori  kulit Enon, mata yang semula tertutup kini terbuka lebar membola. Enon langsung berteriak dengan sangat keras, menurut Jawo ini sudah biasa terjadi di karenakan penyakit yang di derita Enon sangat berat, hingga roh dari dalam minyak bintang turun tangan langsung masuk ke dalam tubuh merasuki  Enon.

Kalang untuk mereka ritual jauh dari pemukiman penduduk, letaknya di tengah-tengah rawa yang sangat luas. Sehingga tidak ada gangguan dalam ritual ini. Teriakan Enon yang kini di rasuki roh minyak bintang, melingking ke seluruh penjuru membuat suasana sangat mistis. Lawen sebagai anak asli Suku Dayak baru pertama melihat ritual penyembuhan minyak bintang, tentu sangat kaget dan takut, apalagi yang sekarang di sembuhkan adalah Umanya.

Sekitar 15 menit waktu ritual berlangsung, cukup membuat bulu kuduk berdiri, karena suasana menjadi sangat horor, kini Enon sudah sembuh total dan sudah sadarkan diri, Lawen langsung memeluk Umanya, ia sangat berterima kasih kepada Kakek Jawo sudah mau menolong mereka.

“Ada satu pantangan yang tidak boleh di langgar oleh orang yang telah di sembuhkan dari minyak bintang.” Ucap Jawo yang masih duduk bersila.

“Apa itu Kek.?”

“Jangan sekali-kali, memakan buah pisang emas, ataupun menyentuhnya, jika pantangan ini di langgar, maka di pastikan Umamu akan mati dan akan menjadi kuyang.”

“Pasti Kek, aku akan menjaga Uma, agar tidak melanggar pantangannya.”  Jawab Lawen tergagap.

Setelah semuanya selesai. Lawen langsung membuka portal kembali ke Saranjana, dalam kondisi genting Lawen mempercayakan Enon  kepada Kakek Jawo, untuk menjaganya. Dan sementara waktu Enon harus tinggal di rumah Jawo di negri gaib Saranjana.

“ Lawen, apa yang sebenarnya terjadi,? dan sekarang kamu mau kemana.?

Enon sa’at ini sangat kebingungan, melihat perubahan Lawen kembali menjadi pemuda yang lembut, tidak seperti kemaren  sangat kasar dan suka mabuk.

“Aku  harus pergi, ada tugas yang harus segera aku selesaikan, demi kebaikan Uma tinggallah bersama Kakek Jawo, dan dia akan menjelaskan apa yang terjadi sa’at ini.”

Lawen melangkah memasuki portal demensi, ia teringat dengan sahabatnya Kecek sehingga harus secepatnya menemukannya, ia berharap Kecek tidak terbunuh. Kakek Jawo yang berada di tengah mereka  tersenyum penuh tanda tanya.

*****

Kecek yang kini terluka berat di bagian dada, akibat serangan Manaf. Ia terkapar tidak berdaya di samping aliran sungai. Beruntung ia bisa melarikan diri dari tangan Manaf, kalau tidak, di pastikan ia akan tewas. Beruntung Ia di temukan oleh salah satu warga yang lagi mandi, ia lalu di bawa ke rumah kepala desa untuk segera di beri pertolongan. Walaupun tidak saling kenal warga desa dengan rela merawat Kecek, dalam waktu tiga hari kecek tidak sadarkan diri. Ketika ia sudah siuman, dirinya terkejut melihat seorang wanita cantik yang lagi membersihkan tubuhnya. Dengan sepontan ia menarik diri dan membetulkan pakaiannya  yang terbuka.

“Siapa kamu,? dan aku berada di mana.?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status