Share

5. Insecure

KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 5. 

**

PoV Ratna

**

Aku selesai membacakan buku cerita untuk anakku. Mereka sudah tertidur. Ku selimuti kedua anakku. Mereka tidur di dua tempat tidur terpisah. Lala di atas dan Lily di bawah. 

Setelah mereka tertidur. Aku menyelesaikan tulisanku. Butuh beberapa waktu untuk menyelesaikan tulisan ku. Aku membuat cerita tentang suami yang menjatah-i istrinya belanja. Sangat mirip dengan kisah yang aku tulis. 

Walaupun belum banyak pembaca tetapi aku bersyukur selalu sama Allah karena dengan menulis aku mendapatkan pemasukan yang cukup untuk membantu ekonomi keluargaku. 

Entah, kedepannya akan seperti apa. Aku berharap akan baik kehidupanku dan anak-anak. Allah memberikan rezeki yang baik setiap harinya. 

Setelah selesai menulis. Aku iseng membaca postingan teman grup kepenulisan. Aku juga bergabung di beberapa grup menulis untuk mendapat informasi tentang kepenulisan dan berbagai informasi lainnya. 

Yang mereka bahas biasanya seputar kepenulisan dan informasi lainnya. Tetapi, malam ini mereka justru membahas tentang uang menulis. 

[Uang menulis biasanya di gunakan untuk apa, Kakak semua di grup ini. Sharing dong.]

Banyak yang menanggapi. 

[Aku buat tabungan aja Kak Admin soalnya kebutuhan rumah tangga Alhamdulillah, sudah tercukupi dari suami.] 

[Kalau aku kemarin beli HP baru sama Laptop baru. Bahagianya bisa beli ini itu dari menulis.] 

[Aku perbaiki pintu rumah sama masang genteng baru, Kak.] 

[Aku di suruh suami tabung aja dulu buat berangkat haji. Baik banget deh suamiku.] 

Masih banyak lagi komentar-komentar dari berbagai author yang tergabung dalam grup itu. 

Aku menghela napas. Di grup itu aku hanya menjadi silent readers karena merasa gak percaya diri buat ikutan nimbrung. Bagaimana tidak, mereka sepertinya orang-orang berada. Sedangkan aku. Aku hanya mendesah. Suami bekerja kantoran tetapi nasibku gini amat ya. 

Bagaimana juga bila mereka tahu kalau kisah yang ku tulis masih ada hubungannya dengan kehidupanku. Miris benar memang. Ah, sudahlah. Aku berkata kalau bersyukur maka Allah akan menambah rezeki kita. 

Aku mencium kedua anakku. Setelah itu aku menghidupkan lampu yang lebih remang untuk mereka tidur. Aku lalu keluar kamar anakku. Aku mengambil wuddhu lalu sholat. Setelah sholat, aku kembali pada gawaiku. Mulai memikirkan alur cerita selanjutnya. 

"Rat, kamu lagi apa?" Bang Hadi bertanya, dia tidak memakai kaos nya. 

"Sedang cari peluang!" Aku meliriknya sebentar. Sepertinya Bang Hadi juga tak menanggapi ucapanku. 

Bang Hadi hanya tersenyum manis padaku. Dari gelagatnya sepertinya aku tahu arah dan tujuan nya. 

"Kenapa kamu gak pakai baju?" 

"Kenapa harus di pakai kalau nanti bakal di buka lagi. Anak-anak udah tidur, 'kan?" tanya nya. Aku mengerucutkan bibirku. Sebenarnya aku tak berselera. Pikiran tentang alur cerita serta masih marah dengan sikap pelitnya itu padaku. 

"Udah!" kataku datar. 

"Malam ini dingin loh, gimana lalu kita …" Dia sepertinya sengaja menggantung ucapannya.

"Apa?!" kataku justru ketus. 

"Masa kamu gak paham sih, Rat. Kamu kayak anak kecil aja." 

Aku teringat kalau malam ini belum mengkonsumsi pil KB. Bang Hadi sepertinya mulai melancarkan aksinya. 

"Sebentar, Bang." Aku meninggalkannya. 

"Heh, mau kemana? Buang akir kecil sama minum obat," ucapku. 

Aku berlalu. Bang Hadi masih menggaruk kepalanya yang tak gatal. 

Selesai dari kamar mandi. Aku mengambil air dan pil KB itu. Lalu ku minum, Bang Hadi yang sudah tak sabar mengikuti aku ke belakang. 

"Kamu minum obat apa, Rat?" 

"Pil KB." 

"Hah, kamu KB? Pantas gak pernah berhasil!"

"Apa maksudnya gak pernah berhasil?" tanya ku. Dia duduk mendekat. 

"Sejak kapan kamu minum pil KB, Rat?"

"Kurang lebih enam bulan. Biasanya aku suntik KB setelah Lily berusia setahun lebih. Tapi aku merasa gak cocok karena datang bulanku gak teratur. Makanya setelah datang bulan aku pindah minum pil KB dulu untuk percobaan." 

"Apa!" Bang Hadi terkejut. Aku merasa aneh. Dia sebenarnya gak tahu aku ber-KB. 

"Kenapa sih?"

"Rat, kamu gak boleh KB lagi. Ingat kita itu gak punya anak lelaki. Jadi aku mau kamu hamil lagi untuk dapat anak lelaki!" kata Bang Hadi protes. Dia memang dari dulu ingin sekali punya anak laki-laki. Ada rasa kecewa besar saat anak kami Lily lahir karena perempuan juga. 

"Kamu kira punya anak lagi gampang. Enggak, Bang. Aku yang lelah. Ngurus dua anak aja aku susah. Bersyukur ini mereka sudah pada besar. Kalau bayi cuma aku yang repot!" 

"Wajarlah, kamu kan emak mereka. Gimana sih. Tugas perempuan melahirkan. Lelaki mencari nafkah!" 

Aku mencibir perkataannya. Cari nafkah? Kalau gak aku bantu dia gak makan. 

"Sadar aja, Bang. Nafkah kamu kurang buat kita berempat. Mau nambah anak lagi. Gak mau. Lagian aku juga operasi Caesar. Butuh waktu buat hamil lagi. Ingat Ibu kamu marah-marah karena katanya aku gak becus karena lahiran Caesar. Padahal anak kamu gak bakal selamat kalau gak lahiran kayak gitu. Terus yang kedua hamil juga cepat karena aku gak ber-KB. Aku gak mau kecolongan lagi, Bang." 

"Kamu pokoknya gak boleh KB, Rat. Aku mau punya anak laki-laki. Titik!" 

"Kamu pikirkan aja Ibu yang mau datang. Atau kamu kasih gaji yang aku minta sekalian bonus kamu barulah aku mau hamil lagi." 

Aku menadahkan tangan. Bang Hadi mengeraskan rahangnya. 

"Dasar. Nyebelin kamu memang." Dia berlalu masuk kamar. Dia sepertinya tak berminat lagi. Baguslah aku juga gak berselera, lebih bagus mikirin alur cerita. 

Bersambung. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Suami model gitu mendingan disuruh. belanja semua keperluan rumah tangga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status