Home / Rumah Tangga / KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA / Part 7. Hendak loncat dari kamar hotel.

Share

Part 7. Hendak loncat dari kamar hotel.

Author: Enik Yuliati
last update Last Updated: 2023-06-08 19:34:52

POV. Aksa

Setelah menghabiskan waktu bersenang-senang bersama Bunga dan mengantarnya pulang, aku pun berniat hendak pulang ke rumahku.

Kulajukan mobilku menuju rumah, dan mendapati istriku yang merajuk gara-gara mendapati noda lipstik di kaosku. Ya, itu adalah noda lipstiknya Bunga. Aku yakin, itu. Untunglah aku bisa berkilah, dan bisa meyakinkan Luna.

Apalagi aku punya senjata ampuh pemberian Mama, yaitu voucher menginap di hotel bintang lima. Luna pun tampak berbinar bahagia, begitu menyaksikan pemandangan dari dalam hotel itu.

Dan akhirnya, kuberikan lagi nafkah batin itu. apalagi Luna memang sangatlah cantik dan menggoda, tatkala memakai baju tidur yang kubawakan tadi.

Namun ternyata dalam memberikan nafkah batin itu, aku justru melakukan kesalahan besar yang sama sekali tidak kusengaja.

Aku justru teringat dengan tubuh Bunga yang sedang dilulur oleh pegawai salon itu. Hingga saat aku merasa melayang, aku justru menyebut nama Bunga.

Mendengar ucapanku yang memang tidak semestinya, mata Luna yang tadinya masih terpejam pun, mendadak membulat dengan sempurna. Dia bahkan langsung mendorongku hingga aku terjengkang.

Dia melepaskan dirinya begitu saja, sambil menangis. Tangisnya terdengar begitu pilu.

"Sekarang sudah tidak ada lagi yang perlu kamu sembunyikan, Mas. Siapa Bunga yang kamu maksud? Katakan!"

Luna berteriak bercampur tangis, sambil memakai pakaiannya. Wajahnya terlihat begitu kacau.

Namun bukan Aksa, namanya, jika hanya bisa mematung duduk di ranjang. Beberapa bulan ini, aku sudah terlatih untuk berbohong, demi menjaga perasaan dua orang perempuan sekaligus.

Aku segera turun, memakai celana pendek, dan meraih tubuh istriku yang tengah tidak tenang itu.

"Bunga itu kamu, Sayang. Aku menyebutmu Bunga. Karena kamu memang cantik mewangi seperti bunga. Kamu juga menjadi bunga dalam setiap tidur malamku," ucapku berusaha menenangkan.

Namun bukannya tenang. Luna justru semakin mengamuk. Dia memukulku dan mencakar dadaku berkali-kali.

Bahkan dia juga mengambil bajuku yang tergeletak di lantai itu, dan menyabetkan ke arah tubuhku berkali-kali. Dia sepertinya benar-benar marah.

"Siapa itu, Bunga? Katakan. Tak perlu lagi, kamu tutupi. Jika memang kamu mencintainya, nikahi dia. Tapi sebelumnya, ceraikan dulu, aku!"

Ucapan Luna terdengar begitu menggelegar. Belum pernah dia berbicara sekeras itu. Meskipun Luna terkesan mandiri, namun dia selalu bersikap lembut terhadapku. Dan aku tahu, bahwa dia sangat mencintaiku. Dia nyaris sempurna, sebagai seorang istri.

"Cepat katakan! Jangan diam saja! Aku tidak sudi, diselingkuhi!" teriaknya lagi.

Untung saja, kamar ini kedap suara. Jadi orang yang ada di luaran, tidak bisa mendengar keributan ini.

Aku masih berusaha memeluk tubuhnya. Tak kupedulikan rasa perih di dadaku, karena cakaran kuku-kukunya yang panjang itu.

"Sayang, aku nggak bohong. Yakin, aku hanya mencintaimu. Jika pun kamu menyuruhku untuk bersumpah, aku pasti akan melakukannya. Aku tidak takut, karena memang aku tidak pernah berselingkuh. Aku hanya mencintaimu saja. Tidak ada yang lainnya. Aku berani sumpah, demi apapun."

Tanpa latihan, aku pun semakin lihai dalam meracik kebohongan. Kututup kebohongan yang satu, dengan kebohongan yang lain, demi untuk tidak menyakiti istriku yang seputih kapas itu.

Tidak ada jalan lain. Aku sudah terlanjur melakukan perselingkuhan itu. Aku harus berbohong untuk tetap bisa mempertahankan rumah tanggaku. Apalagi aku memang sangat mencintai istriku. Bunga, saat ini hanya kujadikan sebagai mainan saja. Bunga hanya kujadikan sebagai hiburan belaka.

"Atau kamu mau, aku loncat dari jendela ini? Jika memang itu mau kamu, aku rela melakukannya, asal kamu percaya, bahwa cintaku hanyalah untukmu."

Kali ini Luna terdiam. Dia menatapku dengan gamang.

Aku semakin maju ke depan, ke arah jendela. Aku yakin, Luna pasti akan memanggilku. Tidak mungkin, dia akan membiarkan aku loncat dari kamar setinggi ini.

Aku mulai menghitung langkahku. Luna masih diam, tidak melarangku.

Bahkan saat aku menoleh ke belakang, Luna sama sekali tidak bergeming.

Dia seolah justru sedang menguji perkataanku. Bagaimana ini?

Apakah aku harus berjalan maju, dan melakukan hal konyol, loncat dari kamar hotel, yang menjorok ke pantai ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dimas Adrian
loncat saja,pasti tidak berani,bajingan tukang selingkuh
goodnovel comment avatar
Bundanya Dirham Muhamad Darusallam
senang dan tertarik untuk melnjutkn membaca ny
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA    Part 131. Digrebek tetangga.

    POV. Aksa"Aku sudah tidak peduli. Kamu mau menikahi dia, kamu mau menceraikan dia. Bukan urusanku. Justru sekarang juga, aku yang akan meminta cerai. Ceraikan aku sekarang juga! Aku tidak mau lagi bersuamikan laki-laki yang kelakuannya bahkan melebihi kelakuan binatang!"Lagi-lagi, Luna berbicara dengan sangat lantang. Perempuan itu. Sudah kuperlakukan dengan baik, tetap saja bersikap angkuh. Lama-lama, aku pun kesal juga. Apalagi, semenjak dia mengetahui perselingkuhanku dengan Bunga, akhir-akhir ini, dia entah sudah berapa kali mengataiku sebagai binatang. Aku juga heran. Dia yang notebenya sebagai bisnis woman, sebagai seorang putri pejabat, namun mulutnya tidak bisa terkontrol. Tingkahnya juga cenderung arogan. "Luna! Kamu dengar tidak. Nyalakan airnya sekarang juga. Kamu jadi perempuan terlalu angkuh. Selalu ingin menjadi yang paling dominan, di setiap keadaan. Laki-laki mana pun, tidak akan tahan, hidup bersama dengan perempuan sepertimu. Kamu itu sudah berani kurang ajar.

  • KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA    Part 130. Untung tidak gila.

    POV. AksaBunga pun tampak berbinar. Kemudian dengan manjanya, dia meminta gendong. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Luna. Dengan senang hati, aku pun menggendongnya hingga ke kamar atas. Sayangnya, saat di kamar mandi, Bunga justru menggodaku. Hingga akhirnya, aku pun tidak kuasa untuk menolaknya. Dan terjadilah semuanya. Suara musik yang mengalun dengan merdu, membuat kami lupa. Saat aku bersama Bunga sedang sibuk memadu cinta, tiba-tiba aku dikejutkan dengan air shower yang tiba-tiba mati, tidak mengalir lagi. Dalam sekilat pandangan mata, aku melihat Luna sudah menggenggam sabun cair dalam botol. Di semprotkannya, sabun cair itu ke wajahku, hingga mengenai mataku. Aku pun tidak bisa melihat dengan jelas. Mataku terasa perih. Dan sepertinya, hal yang sama juga terjadi kepada Bunga.Kami yang memang sedang berbaring di lantai kamar mandi, dalam posisi yang tidak siap pun, kalah telak, dengan seorang yang diberikan oleh Luna. Luna juga menyemprotkan sabun cair itu ke

  • KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA    Part 129. Meminta gendong.

    POV. Aksa"Aku nggak bisa tidur. Rasanya aku pingiiiinnn ... banget tidur di rumah kamu. Mungkinkah ini yang dinamakan ngidam?"Bunga berbicara lirih, sambil takut-takut. Kasihan sekali, dia. "Ini bukan keinginanku. Ini keinginan anak kamu. Dia pingin tidur di rumah papanya. Kalau aku sih, sudah terbiasa hidup miskin. Meskipun diajak tinggal dikolong jembatan, asal bersamamu, aku rela ...."Bunga mengusap-usap perutnya. "Kalau besok saja, bagaimana? Biar Luna, aku ungsikan dulu ke rumah orang tuaku,"Aku berusaha beralasan. Terus terang, aku merasa ragu, jika ingin membawa Bunga ke rumahku, sementara di situ ada Luna. Aku takut, Bunga yang sedang hamil, dijadikan bulan-bulanan oleh Luna. Jangan sampai, nanti calon bayiku yang menjadi korban. "Tapi anak kita maunya sekarang. Aku nggak bakalan bisa tidur, jika tidak diajak ke sana," rengek Bunga dengan sangat manja. Akhirnya, aku pun mengalah. Membawa Bunga ke rumahku. Untunglah, Luna sudah tidur. Aku bisa masuk ke dalam rumah denga

  • KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA    Part 128. Pingin.

    POV. AksaPagi ini juga, Luna langsung bilang kepada orang tuaku, bahwa dia ingin pulang saja ke rumahnya. Jika sudah Luna yang berbicara, maka Mama Papa pun akan menyetujuinya.Akhirnya, aku bisa juga lepas dari pengawasan Papa.Sepulang dari rumah orangtuaku, aku langsung menghampiri Bunga ke rumahnya."Aksa, muka kamu kenapa? Kok lebam?"Bunga menatap wajahku dengan tatapan heran."Dihajar Papa," jawabku. Bunga menatapku dengan tatapan kasihan. Kemudian dia masuk ke dalam. Tidak berselang lama, dia sudah keluar dengan mangok yang berisi air hangat, dan sapu tangan. Dikompresnya wajahku dengan air hangat itu. "Pasti istrimu mengadu yang tidak-tidak, kepada orang tuamu. Aku bahkan heran. Apa istimewanya Luna, hingga orangtuamu lebih membelanya, daripada terhadap anaknya sendiri."Bunga berbicara dengan nada yang nelangsa. "Luna sudah meminta cerai."Aku berbicara sambil menahan perih di wajahku."Bagus, dong. Ceraikan saja secepatnya! Toh kamu sudah punya aku. Punya calon anak jug

  • KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA    Part 127. Terpergok saat di dalam kamar mandi.

    POV. Luna"Siapa juga, yang mau nyium handuk kamu? Aku juga ogah, yang ada ntar aku langsung pingsan. Keringat kamu, baunya nggak ketulungan. Udah gitu, kepedean, lagi."Aku berbicara sambil mencebikkan bibirku."Cewek memang paling pinter, kalau disuruh ngeles. Kirain kamu cuma pinter nangis doang. Ternyata pinter ngeles juga. Bilangnya pingsan, kalau nyium bau keringat aku. Padahal pas pinjem selimut punya aku aja, dicium-cium, dihirup-hirup sampai matanya merem-merem. Kamu pikir, aku tidak tahu? Aku bahkan melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Masih mau ngeles juga?"Aku malu, mendengar semua kalimat yang dia ucapkan. Benarkah dia melihatnya. "Tuh, kan, pipi kamu merona. Itu artinya, iya."Kenapa pagi ini, dia mendadak genit? Benar-benar, kepribadiannya memang sulit untuk ditebak. Kadang dia bersikap cuek, kadang bersikap serius, kadang malah genitnya nggak ketulungan, seperti pagi ini. "Gimana, boleh ya, aku ngelukis wajah kamu? Sebenarnya, bakat melukis itu, sudah ada sejak

  • KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA    Part 126. Menggodaku.

    POV. Luna"Maaf juga, jika kemarin-kemarin, aku sempat membuat status yang bukan-bukan. Tapi status yang kuunggah, sudah aku atur privasinya, sehingga tidak ada orang yang melihatnya. Maaf juga, jika beberapa hari yang lalu, aku sempat meludahimu."Sebisa mungkin, aku berbicara dengan sopan. Aku ingin, saat perceraian nanti, aku sudah meminta maaf kepadanya."Sudahlah, jangan ngomong hal-hal yang nggak penting. Aku ke sini cuma mau ngomong, kalau nasi gorengnya nggak jadi. Aku mau bubur ayam saja. Kamu tolong ke depan, cari bubur ayam. Cepetan, jangan pakai lama."Aku merasa kesal dengannya. Seenaknya saja, dia mengganti perintah, saat perintah yang pertama sudah hampir kuselesaikan. "Matanya jangan melotot seperti itu. Baru juga meminta maaf, sudah mau membuat dosa. Atau kamu mau? Nanti jika sudah jadi janda, aku informasikan kepada semua orang, jika kamu itu perempuan arogan yang sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga, dan bahkan pernah meludahiku? Biar kamu jadi janda seum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status