KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA

KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA

By:  Enik Yuliati  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
131Chapters
14.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Luna adalah seorang istri yang dikhianati oleh suaminya. Rasa cinta yang begitu dalam, membuat dia seperti kehilangan pegangan. Hingga akhirnya dia menyadari, bahwa ada lelaki dari masa lalunya, yang ternyata begitu mencintainya. Pandangannya berubah, ketika dia mengetahui bahwa mantan kekasihnya menempati rumah sebelah.

View More
KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
MOON
mana nih lanjutannya. mau liat azab buat pezina
2024-01-20 13:26:22
0
user avatar
Isabella
Cerita kak Enik ya slalu aku tunggu di goodnovel deh karena ceritanya selalu keren
2023-07-06 03:15:50
0
131 Chapters
Part 1. Menunggu
"Bu, itu sepertinya suami Ibu, deh, Pak Aksa. Iya, Bu, tidak salah lagi. Dia berjalan keluar, bersama seorang per ...."Saat aku sedang sibuk memilih barang belanjaan, tiba-tiba saja, Risa--asistenku, menepuk punggungku dengan rusuhnya, sambil mengucapkan kalimat yang sulit diterima logika.Mana mungkin, suamiku ada di sini. Mungkin Risa salah lihat. Atau mungkin Risa melihat orang yang mirip dengan suamiku. Sehingga asistenku mengira, bahwa dia adalah suamiku.Sejak dua hari yang lalu, Mas Aksa sedang dinas ke luar kota. Dan sore nanti, pekerjaannya baru selesai. Jadi baru nanti malam, dia akan sampai di rumah.Jadi jika Risa bilang, dia baru saja melihat suamiku, kupastikan, dia pasti salah lihat."Risa, Mas Aksa itu sedang dinas di luar kota. Sudah tiga hari ini. Nanti sore, pekerjaannya baru selesai. Nanti malam, baru sampai rumah," jawabku tanpa menoleh.Aku sedang sibuk mencocokkan catatan belanjaanku dengan tulisan-tulisan yang tertempel di produk-produk yang terpajang ini. Ja
Read more
Part 2. Suami pulang dengan bau parfum perempuan.
Kutatap jarum jam yang tidak berhenti berputar. Hingga jarum pendek itu sudah menyentuh angka delapan, dengan jarum panjang yang tegak berdiri di angka dua belas.Detik demi detik pun terus berlalu, namun tak juga kudengar deru suara mobil suamiku.Kupadamkan lagi, lilin-lilin yang tadi telah terbakar. Kutinggalkan meja makan, menuju ke ruang tamu.Menyibak gorden jendela, berharap laki-laki yang kutunggu itu akan segera pulang. Namun nihil. Hanya terlihat bayangan kucing tetangga, yang lewat di depan rumah.Mungkin sebentar lagi, pikirku. Mungkin dia masih di jalan. Mungkin dia terjebak kemacetan.Ya Allah, selamatkanlah suamiku, di setiap perjalanannya. Aku tidak henti-hentinya, melantunkan doa, meski hanya di dalam hati saja.Kenapa tidak kutelpon saja? Ah, ternyata karena terlalu menunggu, membuat otakku tidak bisa berfikir jernih.Kembali lagi, aku naik ke kamarku. Kuambil benda pipih, yang biasa digunakan untuk bertukar kabar dengan suamiku itu. Siapa tahu, ternyata dia sudah me
Read more
Part 3. Aku meminta terlebih dahulu.
"Mas, kok, kamu bau parfum perempuan?" tanyaku, heran."Ah, enggak, kok. Siapa bilang? Masak iya, bau parfum perempuan? Aku lelah, Sayang, tolong kamu jangan mengada-ada. Aku bahkan dari tadi pagi tidak sempat mandi, karena saking sibuknya."Suamiku menjawab tanpa sedikit pun terlihat keraguan. Bahkan, kedua matanya itu menatapku dengan penuh keyakinan."Aku mencintaimu. Tidak ada yang lebih berarti di dunia ini, selain kamu, Sayang," ucapnya, sambil mengusap pipiku."Aku rela bekerja keras untuk kamu. Untuk tabungan kita, jika nanti kita sudah punya buah cinta. Aku melakukan semuanya untuk masa depan keluarga kecil kita, nantinya. Kamu percaya kan, sama aku?" lanjutnya.Aku mengangguk. Apa pun yang dia katakan, aku percaya. Karena aku pun juga sangat mencintainya."Mas, aku rindu ...."Kutepikan rasa gengsiku. Kulupakan harga diriku. Kukalungkan kedua tanganku, di lehernya. Aku berharap dia akan membalasku, dan mengobati rasa rinduku.Mas Aksa terlihat menelan ludah. Dia seolah begit
Read more
Part 4. Bekas lipstik di baju suamiku.
Prang!!!Dengan rasa kesal, kubanting piring yang ada di tanganku. Masih kurang puas, lilin-lilin itu pun kuambil, dan kubanting ke lantai begitu saja.Kutinggalkan balkon, masuk ke kamarku. Dan ternyata, Mas Aksa sudah tertidur pulas di ranjang. Bahkan dengkurannya terdengar lebih keras dari biasanya. Dia tertidur, seolah tanpa beban.Kembali, aku menangis. Jika tadi adalah makanan buatanku yang diabaikan, kini justru rasa rinduku, yang tidak terbalaskan.Ada apa, dengan suamiku? Biasanya, begitu dia pulang dari luar kota, dia pasti tidak akan mengabaikan aku seperti ini. Tapi kali ini ....Akhirnya aku berfikir untuk memeriksa ponselnya. Siapa tahu, di situ aku bisa menemukan sesuatu.Kuambil ponsel yang tergeletak di atas meja itu. Kubuka, aplikasi hijau itu. Semua normal, semua sama. Tidak ada yang mencurigakan.Aku pun membuka aplikasi yang lainnya lagi. Namun lagi-lagi aku tidak menemukan sesuatu.Karena lelah dan mengantuk, akhirnya aku pun tertidur di sampingnya.Lagi-lagi, ak
Read more
Part 5. Meminta penjelasan.
Bekas bibir siapa, yang menempel di baju suamiku ini?Dengan dada yang bergemuruh hebat, kukembalikan lagi, baju-baju suamiku yang tadinya sudah kumasukkan ke plastik.Aku merasa jijik. Aku jijik dengan baju-baju itu. Dan tiba-tiba aku juga merasa jijik, mengingat peristiwa penyatuan kami yang tadi pagi.Dengan tangan gemetar, aku hanya memilih baju-bajuku saja, untuk kubawa ke laundry. Aku tidak sudi, membawa pakaian lelaki itu."Bu .... Bu Luna ...."Suara teriakan Risa, mengagetkan lamunanku.Lekas kuseka air mata yang ternyata sudah mengalir deras di pipiku. Jangan sampai, asisten pribadiku itu, melihat tangisanku.Aku pun gegas berlalu, keluar dari kamarku.Menuruni tangga dengan setengah berlari, sambil menaruh tas selempang di pundakku, dan membawa kantong plastik berisi pakaian kotor di tangan kananku."Kok, lama, Bu?" tanya Risa begitu mendapati aku keluar dari pintu."Maaf, tadi harus mengambil pakaian kotor, mau aku bawa ke tempat laundry sekalian," jawabku."Bu Luna, menan
Read more
Part 6. Salah menyebut nama.
"Mas, aku butuh penjelasan kamu. Kenapa kaos yang kamu pakai, ada noda lipstiknya?" ucapku sambil menahan sesak.Mas Aksa menampilkan ekspresi terkejut, mendengar kalimat yang kuucapkan. Tidak lama kemudian, mengambil kaos yang terpuruk di lantai itu, kemudian membolak-balik, memeriksanya.Dan saat matanya mendapati noda lipstik itu, dia seolah-seolah seperti sedang berfikir.Kemudian dia bergumam dengan lirih, namun telingaku masih bisa menangkap suara itu."Apa mungkin pas di lift itu, ya?" gumamnya."Maaf, Sayang, kemarin kan di lift itu, berdesakan, terus ada perempuan yang tubuhnya terdorong sampai wajahnya sempat menempel ke pundak aku," ucapnya."Aku berani sumpah. Aku nggak pernah macem-macem. Masak iya sih, aku mau menukar berlian yang ada di rumah, sama batu kerikil di jalanan. Aku nggak sebodoh itu, Sayang ...." ucap suamiku dengan begitu yakin.Bahkan dia berani menatap mataku. Tidak sedikit pun, terlihat menyimpan kebohongan."Sayang, aku punya kejutan buat kamu. Sebenta
Read more
Part 7. Hendak loncat dari kamar hotel.
POV. AksaSetelah menghabiskan waktu bersenang-senang bersama Bunga dan mengantarnya pulang, aku pun berniat hendak pulang ke rumahku.Kulajukan mobilku menuju rumah, dan mendapati istriku yang merajuk gara-gara mendapati noda lipstik di kaosku. Ya, itu adalah noda lipstiknya Bunga. Aku yakin, itu. Untunglah aku bisa berkilah, dan bisa meyakinkan Luna.Apalagi aku punya senjata ampuh pemberian Mama, yaitu voucher menginap di hotel bintang lima. Luna pun tampak berbinar bahagia, begitu menyaksikan pemandangan dari dalam hotel itu.Dan akhirnya, kuberikan lagi nafkah batin itu. apalagi Luna memang sangatlah cantik dan menggoda, tatkala memakai baju tidur yang kubawakan tadi.Namun ternyata dalam memberikan nafkah batin itu, aku justru melakukan kesalahan besar yang sama sekali tidak kusengaja.Aku justru teringat dengan tubuh Bunga yang sedang dilulur oleh pegawai salon itu. Hingga saat aku merasa melayang, aku justru menyebut nama Bunga.Mendengar ucapanku yang memang tidak semestinya,
Read more
Part 8. Dia yang hanya terdiam.
"I love you, Bunga ...."Aku yang semula masih terpejam pun langsung membuka mataku karena terkejut. Spontan, kudorong tubuhnya dengan sekuat tenaga, hingga dia terjengkang.Hati istri mana yang tidak remuk, jika mendapati kenyataan seperti itu.Suami yang begitu kucinta sepanjang waktu, ternyata justru memanggil nama perempuan lain, saat memberikan nafkah batin.Aku kecewa, aku marah, aku sakit. Kini aku semakin yakin, bahwa suamiku memanglah telah berselingkuh. Aku terluka, mendapati kenyataan bahwa dia telah mendua.Aku menjadi teringat dengan beberapa kejanggalan yang telah terjadi terhadapnya. Dan sekarang aku sudah mengantongi sebuah nama, yaitu Bunga. Akan kucari perempuan itu. Akan kupastikan, dia akan menuai balas, atas ulahnya yang berani bermain api dengan suamiku itu.Saat ini bahkan aku gagal mengendalikan diriku sendiri. Kamar hotel yang sejatinya menjadi tempat kami untuk bersenang-senang dengan memadu cinta, mendadak menjadi tempat pertengkaran yang hebat. Bukan perten
Read more
Part 9. Memeriksa ponselnya.
Kuusap wajah tampannya, kubersihkan pasir pantai yang menempel di bawah lubang hidungnya, juga di bibirnya. Bibir yang selalu mengucapkan kata-kata yang menenangkan. Bibir yang selalu memanggilku dengan panggilan Sayang. Bibir yang selalu mengucapkan kata-kata yang membuat hatiku begitu berbunga. Bibir yang sudah memberiku berjuta bahagia.Dan hanya satu kali saja, bibir itu salah berucap. Semuanya menjadi begitu fatal. Ibarat nila setitik yang merusak susu sebelanga. Kenapa aku begitu keras kepala?"Untung saja, tempat ini tidak begitu keras, karena memang hanya ada pasir pantai. Coba, jika dia jatuh di sebelah sana. Pasti sudah mati," ucap salah satu orang yang ada di sini."Anda, istrinya? Pihak hotel sedang menelpon rumah sakit," ucap orang yang lainnya."Pak, tolong angkatkan suami saya ke mobil. Biar saya sendiri yang membawanya ke rumah sakit!"Aku berbicara dengan panik, bercampur tangis yang begitu keras. Seandainya aku tahu akan seperti ini jadinya. Tentu tadi aku tidak akan
Read more
Part 10. Datang bersama polisi.
Namun tidak ada yang mencurigakan. Tidak ada riwayat chat dengan perempuan. Daftar nama yang sering dihubungi pun adalah daftar namaku. Daftar nama yang terakhir dihubungi, juga adalah aku.Wallpaper ponsel itu juga masih sama. Foto kami berdua.Semua terlihat normal. Tidak ada tanda-tanda dia sedang berselingkuh. Apakah mungkin, dia bermain dengan terlalu pintar, dan hati-hati? Tanpa melibatkan ponsel sama sekali?Kucoba tuk memejamkan mataku. Berusaha melupakan semuanya. Hingga akhirnya aku benar-benar lupa. Entah berapa lama aku tertidur.Aku terbangun, saat ada seorang yang memanggilku."Bu Luna, bangun, Bu." Begitulah yang kudengar.Kubuka mataku dengan pelan, sambil berusaha mengumpulkan kesadaranku. Kuputar tubuhku ke kanan dan ke kiri, untuk menggerakkan tulang-tulangku yang terasa begitu kaku."Bu Luna, suami Ibu, sudah sadar. Beliau sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Beliau menanyakan Ibu."Seseorang berpakaian serba putih, dengan kerudung di kepalanya. Dia berbicara den
Read more
DMCA.com Protection Status