Share

KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU
KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU
Penulis: Vira Noviyanti

MENAMPAR KESOMBONGANMU

KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 1

"Ibu bilang kalian nggak usah datang ke sini! Bikin malu aja. Lihat, semua orang memandang kalian dengan hina!" tukasnya pada Mas Raka.

"Tapi kami cuma menuruti permintaan Mbak Rani, Bu. Kenapa sih Ibu sama yang lainnya nggak suka sama aku dan Devina? Aku anakmu, Bu. Devina dan Shaka menantu juga cucumu," ujar Mas Raka dengan raut wajah sedih.

Saat Ibu memarahi kami karena datang ke acara ulang tahun anaknya Mbak Rani. Dari kejauhan Mbak Rani berjalan pelan ke arah kami sambil tersenyum manis. Di keluarga suamiku, hanya Mbak Rani lah yang baik padaku, Shaka dan Mas Raka.

"Alhamdulillah akhirnya kalian datang juga, ayo masuk. Hampir semua keluarga kita dan tamu lainnya sudah berkumpul," ajak Mbak Rani ramah.

Aku tahu jika akhirnya akan seperti ini, setiap berkumpul keluarga kami selalu dipermalukan. Padahal jelas-jelas Mas Raka adalah keluarganya sendiri. Tak punya hati, hanya karena Mas Raka dipecat dari kantornya karena adanya pengurangan karyawan dan sekarang Mas Raka hanya bekerja menjadi ojek online.

"Ayo, Mas, masuk disuruh Mbak Rani. Nggak dengarkan mulut sumbang dari yang lainnya!" ketusku tanpa menoleh pada Ibu.

"Kurang ajar kamu menantu miskin!" geram Ibu.

Aku tak mempedulikannya, biarkan saja Ibu kebakaran sendiri dengan amarahnya. Aku menarik tangan Mas Raka ke dalam. Di sana sudah banyak tamu dan keluarga Mas Raka yang sudah berkumpul, mereka sedang menikmati acara sambil memakan makanan yang sudah terhidang di atas meja.

Acara ulang tahun anaknya Mbak Rani cukup meriah, kebanyakan dari mereka datang dengan mengendarai mobil. Kecuali aku dan Mas Raka, datang hanya dengan motor matic saja.

Para tamu yang hadir menatap kami dengan pandangan merendahkan. Kami datang memang bukan dengan baju yang mewah, tapi menurutku baju yang kami gunakan cukup bagus dan rapih. Tak berlebihan seperti keluarga suamiku.

"Kakakku sial banget nikah sama kamu, hidupnya jadi menderita!" ucap Bunga menghinaku di depan banyak orang.

"Bajumu juga kelihatan sangat murah sekali hahaha, cocoklah dengan dirimu. Orang kaya kamu emang nggak perlu pakai baju bagus atau barang-barang mewah." Masih dengan mengejekku.

Puas-puaslah kalian menghinaku, nanti akan kutampar kesombonganmu itu.

"Bunga! Jangan kurang ajar ngomong sama kakak iparmu!" tegas Mas Raka.

"Lah, emang benar kok apa yang aku omongin. Cuiihh!" Bunga meludah di depanku.

Ingin rasanya kutamp*r mulut berbisanya itu, namun aku harus mengendalikan emosiku sekaligus menghargai Mbak Rani yang aku hormati.

"Sudahlah, Mas. Nggak penting ladenin orang gila. Buang-buang waktu aja." Kembali kutarik lengan Mas Raka menjauhi Bunga.

Wajah Bunga memerah mendengar perkataanku. Ia berteriak seperti orang kesetanan.

"Lihat tuh datang nggak bawa kado, susah emang orang miskin mah." Hinaan demi Hinaan masih kudengar jelas.

Mbak Rani mengusap punggungku dan menggenggam tanganku, seolah memberikanku kekuatan atas hinaan dari keluarga Mas Raka.

"Udah biasa kok, Mbak," ujarku tersenyum.

Ponselku berdering, ternyata dari kurir toko mainan yang kupesan sudah sampai di sini. Aku membeli hadiah ulang tahun untuk anaknya Mbak Rani.

"Masuk ke dalam aja, Mas. Bilang aja pesanan punya Devina," ucapku di sambungan telepon.

"Baik, Mbak," sahutnya dan langsung mematikan telepon.

Tak berapa lama datanglah tiga pria membawa barang pesananku. Mereka menggotongnya. Sesuai pesananku, kado itu dibungkus dengan warna gold agar kelihatan elegen.

"Taruh sini aja, Mas. Makasih ya. Oiya ini tips buat kalian." Aku mengambil beberapa uang lembaran berwarna merah dari dalam tasku, dan memberikannya pada kurir itu.

Semua keluarga Mas Raka dan tamu yang hadir menatapku. Mereka mulai berbisik membicarakanku.

"Makasih banyak, Mbak," ujarnya senang.

Aku mengangguk tersenyum. Setelah kepergian kurir itu aku langsung menyuruh Mbak Rani membuka kado itu untuk anaknya.

"Kado apa ini, Dev, kok besar banget?" tanya Mbak Rani keheranan.

"Buka aja, Mbak. Ayo, Sayang ikutan buka," ucapku pada Mbak Rani dan anaknya.

Mbak Rani pun mulai membuka pita dan bungkusan kado tersebut.

Saat hadiah itu sudah nampak, mulut keluarga suamiku menganga lebar. Mbak Rani pun terkejut dengan hadiah pemberianku.

"Ini 'kan mobil mainan kaya anaknya Raffi Ahmad. Harganya bisa 5 juta lebih, apa nggak berlebihan kamu ngasih kado ini, Dev?" tanya Mbak Rani.

"Nggak, Mbak. Mbak juga udah baik banget sama aku. Diterima ya, Mbak."

Mbak Rani memelukku dan mengucapkan terima kasih.

"Bunga! Uang yang kamu pinjam sama Mas Raka minggu lalu itu uangku. Besok tolong dikembalikan. Kembalikan dengan jumlah yang utuh, sepuluh juta. Jangan berkurang!" tegasku dan sengaja aku keraskan suaraku agar yang lainnya mendengar.

Lagi-lagi mulut mereka menganga lebar mendengar ucapanku.

"Iya, itu uang Devina yang kamu pinjam. Uang hasil menulisnya," ucap Mas Raka.

"Selamat ya, Dev, kamu masuk top ten dan berada di nomor satu sebagai penulis favorite. Dengan penghasilan delapan puluh juta. Nggak nyangka cerita yang sering Mbak baca itu ternyata tulisanmu."

Perkataan Mbak Rani membuat mata Ibu mertuaku melotot takjub.

Bersambung ....

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
kerennnn....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status