Share

5. DIA, SUAMIKU!

Author: Herofah
last update Last Updated: 2022-08-06 10:03:14

Atama POV

*****

Kesulitan perekonomian menjadi permasalahan kompleks bagiku meski baru menikah beberapa bulan belakangan.

Aljabar sok-sokan tak mau menerima bantuan dari orang tuanya, maupun mertuanya. Sementara dia pun belum mendapatkan pekerjaan.

Sebagai seorang istri yang baik, aku tentu berinisiatif ingin membantunya, walau pun keadaanku sedang hamil, toh aku bisa bekerja apa saja yang ringan-ringan.

Seperti lowongan pekerjaan di fotokopian dekat kontrakan kami.

Aku mencoba bicara baik-baik, tapi dia tidak pernah menanggapinya dengan baik-baik pula. Itulah Al, aku tidak tahu bagaimana harus menilainya. Yang aku tahu rasa cintaku padanya tak pernah ternilai banyaknya dan semua itu selalu saja mampu menutupi kesalahannya.

"Al, aku boleh nggak kerja? Ada lowongan pekerjaan di fotokopian Bang Yusuf. Gajinya nggak seberapa sih, cuma dari pada nggak ngapa-ngapain, kan bosen di rumah terus." Ucapku mengungkapkan keinginan.

"Nggak!" Jawabnya singkat, padat, dan jelas.

"Kan deket, Al?"

"Aku bilang nggak, ya nggak!" Aljabar menatapku sinis.

"Emang aku harus ngapain di rumah? Aktifitasku monoton. Aku agak bosan," keluhku lagi.

"Belajar masak, beresin rumah. Masa iya kamu mau makan beli mulu, mana peran kamu sebagai seorang istri? Aku tuh masih nganggur, Ta. Mikir dong! Aku malu apa-apa di fasilitasi Mama terus,"

"Ya makanya aku mau bantu kamu biar ada penghasilan. Biar nggak di fasilitasi Mama kamu terus."

"Kamu mau nyindir aku ya? Mau ngatain aku nggak kerja gitu? Pengangguran, pemalas? Emang kamu udah merasa hebat banget ya? Bisa kerja duluin aku?" Tuturnya sinis.

"Apaan sih? Kamu gitu aja ngegas, kan aku cuma minta izin, kalo nggak boleh juga nggak apa-apa kok."

"Harusnya kamu tau jawaban aku!"

"Aku berusaha jadi istri yang baik, Al."

"Dengan cara apa?"

"Ngertiin kamu."

"Ya elah... belajar masak sana! Jangan drakor mulu. Bikin kopi yang enak!"

"Kan, aku bikinin kamu kopi tiap hari."

"Nih ya, asal kamu tau aja, kopi bikinan kamu tuh rasanya ancur, cuma aku minum aja karena aku nggak ada pilihan selain ngehargain kamu. Lagian ngapain kerja, nih aku juga masih cari kerja kok. Tau entar dapetnya kerja apa. Mulung sampah kek! Apa kek, Orang nggak ada keahlian gini." Katanya sembari memetik sinar gitarnya dan berkencrang-kencring sumbang.

Aku mengusap pundaknya. "Jangan nyerah, aku tau kamu bisa."

"Kamu nggak tau gimana susahnya cari kerja, lapangan pekerjaan yang makin sempit. Belum lagi aku yang nggak ada skill. Di mana-mana nyarinya yang berpengalaman. Lah, aku pengalaman apa? Kita udah beberapa bulan nikah, masa mau dicukupin keluarga terus. Ngerasa nggak ada harga diri aku tuh."

"Masa sih? Buktinya kamu tiap hari jalan sama temen-temen kamu?" Aku mengalihkan pembicaraan agar tidak terfokus pada keluhan-keluhannya.

"Maen? Boro-boro, kan aku udah bilang aku cari kerja, karna aku bawa gitar kemana-mana makanya kamu pikir aku maen? Itu juga sambil ngamen buat beli bensin. Emangnya kamu, cuma main sosmed doang? Otak kamu tuh nggak ada satu persen pun mikir gimana perjuangan aku di luar buat nyukupin kebutuhan hidup kita, Ta!"

Aku terdiam, menghela napas berat.

"Coba siniin Hp kamu!" pintanya kemudian.

Tanpa ragu-ragu kuberikan ponselku ke tangannya. Aku sedikit heran apa yang sedang dia lakukan, setelah sibuk dengan ponselku, lalu dia mengembalikannya.

"Aku udah hapus aplikasi sosmed kamu. Aku juga hapus akun nggak penting kamu, awas kamu bikin lagi!"

"Kok gitu, sih?" protesku sambil mengerucutkan bibir.

"Aku nggak suka kamu upload foto-foto kamu di sosmed. Aku nggak suka kamu interaksi ama temen-temen dunia maya kamu. Ngapain sih, ganjen banget! Udah laku juga! Alay tau nggak."

"Kan kamu pakai sosial media juga?" Balasku tidak terima.

Aljabar menunjukkan ponselnya, menghapus beberapa akun sosal medianya dan menunjukkannya padaku.

"Nih, satu sama kan? Udah aku mau ke rumah Mama. Nggak usah ikut, aku cuma sebentar. Jangan kemana-mana, denger?"

Aku hanya mengangguk paham.

"Keluar rumah diam-diam, aku injak-injak tuh perut biar keluar semua isinya," tekannya sambil mengenakan jaket jeans-nya dan berlalu.

Lelah, sebulan ini aku merasa seperti hidup di dalam sangkar, tidak boleh kemana-mana dan aturan terakhirnya tidak boleh bersosial media?

Ya Tuhan, ini bukan jaman batu!

Namun, entah kenapa aku malah tersenyum saat melihat punggung Aljabar menjauh.

Dia mencintaiku, entah itu kenyataannya, atau mungkin hanya utopia yang kubangun sendiri. Buktinya dia ingin aku tetap di rumah. Dia posesif, pasti karena takut kehilanganku. Itu yang aku pikirkan sekarang.

Rona di wajah ini kutanggalkan. Saat mengingat hal gila yang paling membuatku semakin pusing adalah sikapnya.

Ya, SIKAPNYA!

Apakah dia tidak pernah belajar bagaimana caranya bersikap?

Aku hampir gila dibuatnya.

Ke mana pun langkahku pergi, dia selalu mengikutiku. Ke mana pun aku selalu di antar. Dan suatu hari, ketika aku bertemu dengan seorang pemuda sebaya dan kami saling menyapa, hal sekecil itu saja mampu membuatnya marah. Dia mudah sekali marah. Entahlah, sebentar dia manis, sebentar dia marah. Aku tak mengerti jalan pikirannya.

"Apa, Mas liat-liat? Istri saya, nih!" Dia menggenggam tanganku erat-erat sampai tanganku terasa sakit. Memperlakukanku begitu posesif.

Laki-laki yang baru saja ditegur Aljabar hanya tersenyum menggeleng samar, lalu pergi. Pasti dia berpikir sikap Aljabar berlebihan.

"Siapa dia? Kenapa kamu senyumin dia?" Tanya Aljabar padaku dengan ekspresi sangat datar. Dan aku sadar satu hal, semakin hari, dia semakin galak. Semakin posesif, semakin otoriter.

"Itu tetangga, Al. Rumah dia jaraknya nggak jauh dari rumah Mama. Memangnya kamu nggak kenal? Masa aku nggak boleh sapa, entar dikira sombong."

"Pilih dikira sombong apa gampangan?" serangnya.

"Aku cuma senyum dan sapa, kok."

"Tebar pesona kamu!" Matanya menatapku tajam dan seperti biasa itu mampu membuatku tak berkutik.

"Ya ampun, Al. Kamu kayak anak kecil banget sih! Lagian kan aku sekarang lagi sama kamu."

"Sama aku aja kamu kayak gitu, apalagi kalau nggak? Murahan banget sih!"

"Dia tetangga, Al. Lagian kita jalan bareng ini." Aku tetap bersikeras. Tak mau disalahkan.

"Jalan sama aku aja banyak tingkah. Nggak ada hormatnya sama suami!"

"Aku selalu hormatin kamu, kok. Ngapain sih hal kayak gini dipermasalahin?"

"Kayak hormatin bendera? Untung aja aku cukup sabar buat nggak nonjok dia." Geramnya sambil mengetatkan rahang.

Ya Tuhan...

Apakah Aljabar adalah spesies langka di bumi ini?

Aku lupa dia makhluk jenis apa.

Aku hanya ingat, dia suamiku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   96. EPILOG

    TIGA TAHUN KEMUDIAN...Abraham POV*****"Kamu... bukan Rassi...” kataku lirih, melemah, terduduk lunglai di lantai. Bersandar pada dinding ruangan gelap itu.Kedua rahangku kembali mengeras. Menahan sesak yang kian menjadi-jadi.Aku menggigit bibir bagian bawah, sekadar berusaha menahan genangan air di kelopak mataku supaya tidak jatuh membanjiri pipi.Jelas, aku tak ingin terlihat cengeng dihadapan wanita ini. Meski aku harus mengakui kekeliruanku selama ini, kalau wanita yang kini berdiri di hadapanku ini, bukan, dia bukan Rassiku.Wanita ini bukan istriku...*****Jakarta, Sepuluh Tahun SilamAku terdiam saat berbicara. Aku terhenti saat berjalan. Seperti ketika aku melewati taman-taman surga. Walau mata ini tertutup, tapi dia tetap terlihat. Bahkan ketika mata ini terbuka, seketika senyumnya menyambut tanpa jeda, membuatku lupa bagaimana cara untuk berkedip. Tingkah manjanya membuatku merasa menjadi satu-satunya pria paling perkasa, karena aku satu-satunya pria yang bisa melindun

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   95. AKHIR SEBUAH KISAH

    Tak ada yang pernah menyangka jika Rassi Pramudita adalah anak dari salah satu pengusaha ternama di New York.Ayahanda Rassi adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di New York dan menjadi warga negara Amerika Serikat, sementara Ibunda Rassi sendiri merupakan wanita keturunan Korea Selatan.Paras cantik Rassi diturunkan dari sang Ibu yang awalnya berprofesi sebagai aktris ternama di Korea, namun dia pensiun sejak memutuskan untuk menikah dengan Ayah Rassi.Tidak mendapat persetujuan keluarga, itulah yang menjadi penyebab Ayah Rassi pergi ke luar negeri dan memulai karirnya sebagai pebisnis dari titik nol di New York.Siapa sangka, keuletan dan ketekunannya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.Sementara alasan mengapa Rassi dan Rissa bisa terpisah, itu semua karena ulah seorang lelaki bernama Mo Seo Jin yang merupakan fans garis keras Ibunda Rassi.Mo Seo Jin kecewa karena idolanya pensiun dari dunia perfilman dan memilih untuk menjadi Ibu Rumah tangga biasa sehingga lelaki i

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   94. WANITA BERNAMA RISSA

    Sesampainya Atama dan Aljabar di kediaman mereka, hal tak terduga mengejutkan keduanya saat sosok Chelsea yang tiba-tiba berlari ke arah Aljabar di pintu masuk dengan senyuman yang merekah di wajah imutnya."Papa... Elsi kangen Papa..." ucap Chelsea yang langsung berhambur memeluk Aljabar."Chelsea? Kamu..." ucap Atama bingung saat tiba-tiba Arlan dan Althair diikuti Lyra dan Rama ikutan menghampiri mereka di ambang pintu utama."Chelsea baik-baik aja, Ata! Lagian sih, lo nggak angkat telepon gue!" ucap Arlan saat itu setengah berteriak."Ini, gimana bisa?" Tanya Atama yang masih saja bingung, meski dalam hati dia sangat senang."Chelsea itu udah lama kabur dari Abraham. Dan selama itu juga dia hidup terlunta-lunta sendirian di luar sana. Untungnya ada temen gue yang nemuin Chelsea." ucap Arlan setelahnya."Alhamdulillah, syukur kalau begitu? Aku harus cepet telepon Lexi, dia pasti senang mendengar kabar ini," balas Atama yang lekas mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya."Elsi nggak m

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   93. MEMENDAM KECEWA

    Setelah Atama memberitahu Lexi bahwa dia sendiri pun tidak mengetahui di mana kini Abraham menyekap Chelsea, lalu tak lama, wanita itu mendapati pesan masuk yang dikirim dari nomor tak dikenal, di mana nomor tersebut mengaku bahwa dia adalah Abraham.Lelaki itu mengancam Atama juga Aljabar akan membunuh Chelsea jika mereka tak datang ke lokasi di mana Abraham berada.Tak mau membuang waktu, Atama dan Aljabar pun melaporkan ancaman itu pada pihak kepolisian, selain itu, mereka juga melibatkan Lexi dalam pemecahan masalah kali ini.Hingga akhirnya, setelah mereka semua berembuk, Atama dan Aljabar pun menyanggupi permintaan Abraham.Keesokan malamnya, mereka benar-benar mendatangi lokasi yang alamatnya diberikan Abraham pada mereka.Arlan yang awalnya ingin ikut tak diizinkan oleh Nando karena kondisi kesehatan Arlan yang memang belum sepenuhnya membaik.Menahan kesal, Arlan hanya bisa menatap kepergian iring-iringan kendaraan Aljabar, Lexi dan pihak kepolisian yang meninggalkan pelatara

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   92. SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN

    Mungkin, semua manusia di dunia ini pernah mengalami sebuah kejadian yang dinamakan kebetulan.Ya, kebetulan.Kebetulan yang pada akhirnya kembali mempertemukan sepasang insan manusia yang saling jatuh cinta.Semua yang terjadi seperti mimpi bagi Aljabar saat tatapannya yang tanpa sengaja tertuju ke arah sebuah motor yang melaju perlahan di sisi kendaraannya.Saat itu, Aljabar sedang berada dalam perjalanan menuju Bandung untuk menemui Ibu Marfuah. Kepergiannya ditemani Nando dan pihak kepolisian.Sesosok wanita bergaun hijau yang duduk diboncengan motor terlihat tidak asing, sehingga Aljabar pun menajamkan penglihatannya.Dan saat itulah, dia pun tersadar bahwa wanita itu adalah Atama, istrinya yang hilang satu minggu ini.Menepuk cepat bahu Nando yang mengendarai mobil, Aljabar berteriak panik."Nan, berhenti Nan! Berhenti! Hadang motor itu, Nan! Itu Atama, Nando! Itu Atama," ucapnya dengan telunjuk yang mengarah ke motor di sisi kendaraannya.Nando pun bergerak cepat mengikuti inst

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   91. MELARIKAN DIRI

    Hari ini, Mami Keke dikejutkan dengan kabar hilangnya Ratu dari rumah sakit.Salah satu anak buahnya tersebut melarikan diri saat pengawasan rumah sakit sedang berkurang, terlebih saat Andra, yang merupakan salah satu bodyguard Mami Keke yang ditugaskan sang gremo menjaga Ratu sedang lengah.Masih dengan seragam rumah sakit yang dia kenakan, Ratu berjalan tertatih saat luka tembak di perutnya belum sepenuhnya pulih.Ratu harus lekas pulang ke kostannya untuk mengambil barang pribadinya sebelum dia pergi jauh dari kota ini.Setelah menjalani perawatan intensif pasca kejadian penembakan itu, Ratu terus berpikir bahwa dia tak ingin lagi kembali pada profesinya sebagai pelacur.Ratu ingin berhenti dari pekerjaan kotor itu dan mulai menata kehidupannya yang baru.Meski sampai detik ini, dia belum tahu kemana dia harus pergi.Dan mengenai alasan mengapa Ratu tiba-tiba berpikir seperti ini, itu semua tak lepas dari perasaan yang dia miliki terhadap Arlan sejauh ini.Ratu sadar sampai kapan p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status