Share

KYRENA : Putri Kegelapan
KYRENA : Putri Kegelapan
Penulis: Piipo

1 | Drystan

Suara serigala melolong terdengar di seluruh penghujung negeri, burung hantu bertengger di ranting-ranting pohon dengan mata menyala, suara bising dari kelelawar membuat Drystan tampak seram dan tidak ramah untuk dihuni manusia, sebuah kerajaan magis yang hidup berdampingan dengan para monster.

"Yang Mulia, anda mendapatkan surat undangan dari kerajaan Alvah." Erzulie, ratu dari negeri ini menghela nafas panjang saat menerima surat dan telah selesai membacanya.

Drystan adalah kerajaan hitam yang selalu membuat bulu kuduk orang-orang merinding dan tekanan darah mereka meningkat dengan pesat karena adrenalin. Hitam, kata ini mengartikan kejahatan, sisi gelap dari sebuah dunia yang tidak terjamah oleh cahaya. Bila Drystan adalah kerajaan yang gelap, maka kerajaan yang dipenuhi dengan berkat dan anugerah serta cahaya yang bersinar dari pencipta adalah kerajaan Alvah. Dari sana lah di kirimkan undangan tersebut kepada kerajaan Drystan.

"Iyan, kau mau tahu sesuatu?" senyum lembut tampak di wajah Erzulie sembari memandang bulan sabit yang ada di langit hitam.

"Bila Yang Mulia berkenan," kepala prajurit sekaligus tangan kanan raja itu menjawab dengan menunduk.

"Beribu-ribu tahun yang lalu, kerajaan kita hidup makmur. Ada siang dan malam, lalu suatu saat pertempuran besar terjadi membelah menjadi dua. Dewa dan Dewi membuang bangsa kita ke daerah ini, kita dipaksa untuk hidup di bagian tergelap dunia, hidup berdampingan dengan monster-monster yang mengintai tiap hari. Peperangan terjadi dimana-mana, disetiap tempat kamu bahkan bisa mencium bau darah, anak-anak yang tidak bersalah menangis, semuanya menderita. Melihat hal tersebut dua kerajaan mencoba menjalin hubungan baik, tapi bahkan kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Bukankah itu sedikit tidak adil?" Iyan menaikkan kepalanya perlahan-lahan dan memandang punggung sang ratu yang tampak sayu.

"Saya mengerti perasaan anda, Yang Mulia. Tetapi tanpa bantuan Dewa dan Dewi, kita bahkan mampu membuat bangsa kita makmur dan hidup dengan baik." Erzulie membalikkan badannya, menatap manik mata Iyan masih dengan senyum tipis, "Kau benar," sautnya.

"Kalau begitu aku akan menghadiri acara tersebut."

"Yang dikirim oleh Yang Mulia raja pergi ke kerajaan Alvah adalah putri Kyrena, Yang Mulia."

***

"Hai kakak! Bagaimana kalau perwakilan dari Drystan adalah Hob-goblin?" ucap Alice sambil berpura-pura memeluk badannya sendiri seolah-olah dia ketakutan dengan ucapannya sendiri.

"Kalau dari yang aku baca di buku, Hob-goblin adalah monster mengerikan yang mencuri wanita-wanita untuk dipermainkan lalu dibunuh. Bagaimana kalau mereka mengirim itu, untuk menyerang kerajaan kita kak? Lalu monster itu mencuri aku? Lalu...,"

"Alice, kamu terlalu banyak berbicara. Satu persatu," potong Aron.

"Kamu tidak perlu takut oleh apapun itu, ayah bahkan sudah membuat pelindung sihir berlapis-lapis untukmu. Tidak sampai 100 meter, musuh yang ingin membunuhmu pun sudah pasti akan mati." Aron mengelus surai putih milik adik perempuannya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Alice dengan senang berbaring di kaki Aron yang sibuk membaca buku tapi dia sama sekali tidak merasa terganggu, jika itu Alice.

"Akupun pasti akan menjaga putri Alice dengan seluruh nafasku. Itu adalah janjiku padamu." Alice menggeleng di tidurnya, ia menolak Aron yang akan melindungi nya.

"Tidak boleh, karena kakak akan menjadi Raja. Kan ada tuan Jason yang akan menjagaku kak."

Mendengar hal tersebut, Jason yang berdiri di pinggir daun pintu menyahut "Tentu saja tuan putri, saya akan menjaga Yang mulia dengan jiwa saya. Yang mulia Aron tidak perlu khawatir oleh keselamatan Tuan putri." Aron hanya menaikkan alisnya sambil menatap Jason, meremehkan ucapan pria itu.

Tangan Aron masih mengelus rambut panjang Alice dengan lembut, membuat putri itu perlahan-lahan terlelap masuk kedalam dunia mimpi. Aron melihat wajah cantik Alice, memutuskan untuk menyudahi kegiatannya. Perlahan, ia membenarkan posisi Alice agar nyaman dan meninggalkan kamar tidur Alice bersamaan dengan Jason di belakangnya.

Di setiap lorong yang Aron lewati bersinar terang bahkan disaat hari itu sudah malam. Kerajaan yang bersinar bahkan di malam hari, kerajaan Alvah.

"Ada apa Yang Mulia?" Ucap Jason saat Aron menghentikan langkah kakinya. Aron menatap bulan sabit dengan seksama. Wajahnya datar dan kuat, tangannya mengepal menahan emosi yang membara. "Apakah mereka menyetujui permintaan itu?" tanya Aron.

"Mereka menerima nya, Tapi saya mendengar mereka tidak mengutus Ratu Erzulie kali ini." jawab Jason. Dalam hati, Aron menguatkan tekadnya untuk menjaga seluruh keluarganya dari penjahat bengis yang selalu muncul di dalam mimpi-mimpinya, 'Aku bersumpah akan membalaskan dendam ini, Ibu' batin pria bernetra biru itu.

***

"Yang Mulia? Anda yakin dengan ini?" Kyrena menatap Ratu Erzulie dan Iyan secara bergantian, dia masih tidak percaya dengan perintah yang diberikan oleh sang ratu padanya.

"Secara tradisi, umur mu sudah 14 tahun dan sudah seharusnya kamu melakukan debutante mu," tekan Erzulie.

Kali ini Kyrena sudah tidak bisa membantah lagi. Dia tidak memiliki cukup banyak alasan pada sang ratu, tetapi ini sungguh mendadak baginya. Kyrena bukan seorang putri yang membantah setiap peraturan yang ada di dalam kerajaan, tapi dia juga bukan seorang putri yang menjalankan semua tugasnya dengan baik dan benar terkadang dia memang lalai dan sering melarikan diri dari kastil untuk menghabiskan waktu di ibukota. Dia punya dunianya sendiri, dan dia masih sangat belia sebagai perwakilan dari kerajaannya untuk menghadiri acara yang bahkan jauh dari kawasan Drystan.

"Esok hari, kamu akan berangkat bersama Lucien dan Luna untuk menghadiri acara debutante tersebut. Kamu harus menjalankan kewajibanmu sebagai seorang pewaris kerajaan tunggal." tegas Erzulie yang tidak akan menerima penolakan dari sang putri. Kyrena hanya bisa berdiri diam di tempat, menahan amarahnya yang meluap-luap. Tepat disaat Erzulie menginjakkan kakinya di daun pintu, dengan keras Kyrena berteriak,

"Yang mulia Ratu!!" membuat langkah Erzulie dan Iyan terhenti.

"Aku tidak mengerti mengapa aku harus melangsungkan debutante ku di sana? Mereka bukan bagian dari kerajaan kita, aku adalah seorang putri sekaligus pewaris tahta dari kerajaan Drystan. Lalu seperti apakah sejarah yang akan ditulis orang-orang tentangku nantinya? Tidakkah Anda mempertimbangkan ini Yang Mulia?" ketus Kyrena, kepalanya tidak mendongak tinggi seakan menantang.

Erzulie menelan ludahnya sendiri, dari ujung matanya ia bisa melihat badan Kyrena yang bergetar. Iyan yang mengerti keadaan tegang antara keduanya, memutuskan untuk keluar dari ruangan menunggu di lorong pintu karena bagaimanapun ini adalah masalah keluarga kerajaan yang tidak pantas untuk didengar oleh prajurit seperti dia.

"Putri Kyrena Yvaine,"

"Disaat kamu mengatakan hal seperti itu, apakah kamu memikirkan bagaimana kaum kita harus hidup dengan keadaan seperti ini? Beribu-ribu tahun? Baiklah, aku tidak akan memaksakan kehendakku padamu. Maka aku yang akan hadir di acara tersebut menanggung rasa malu karena putri dari kerajaan ini merasa tidak cukup pantas untuk mempertahankan harga diri Negeri ini." Erzulie meyelesaikan kalimatnya, langkah kakinya kembali terhenti saat sebuah suara kecil keluar dari mulut Kyrena.

"Ibu."

"..."

"Ibu," cicit Kyrena bergetar, matanya berlinang menahan air yang sudah penuh di pelupuk mata. Erzulie menarik nafas panjang, emosi nya meledak dan pikirannya seketika kacau. Andai saja jika dia bisa menggantikan posisi putrinya, dia akan senang hati pergi kesana dan tidak perlu membahayakan Kyrena. Bagaimanapun Erzulie adalah seorang ibu yang sayang kepada anaknya, melepaskan anaknya untuk pergi ke sarang musuh? Tidak mungkin akan dilakukan Erzulie kalau saja perintah itu bukan dari raja.

"Aku berharap kamu selalu dilindungi, Anakku."

Erzulie meninggalkan Kyrena seorang diri di ruangannya. Kyrena sudah tidak bisa lagi membendung air matanya lagi, tangisannya pecah menghancurkan suasana hening di kastilnya, isakan dan dan ratapan memberikan kesan yang horor di malam Drystan.

"Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan padaku, aku terlalu takut Ibu," ucapnya sesegukan.

Kyrena melepaskan seluruh emosinya, membuat dia terlihat menyedihkan seakan semua yang dikatakan oleh orang-orang di luar sana adalah benar. Kerajaan Drystan adalah kerajaan yang selalu membawa kesedihan dan tangisan serta penderitaan yang tidak ada habisnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status