"Tentu saja, aku membencinya. Sama seperti saat keluarga mereka membunuh ibuku."
Alice tersenyum lebar saat Aron mengatakan kalimat yang selalu ditunggu-tunggu nya, dia mengeratkan pelukannya pada sang kakak dengan perasaan yang amat bahagia.
"Alice, kamu hampir mencekik kakakmu ini."
Alice melepaskan pelukannya dan duduk di kursi beralaskan kulit hewan itu, ada perasaan menang terpancar dari ekspresi nya yang sekarang. "Aku akan jujur pada kakak, dia membuatku sungguh tidak nyaman berada di istanaku sendiri kak. Aku sangat ingin menyingkirkan nya," sinis Alice.
"Apa dia mengganggu mu?" tanya Aron mendekati adiknya itu.
"Tidak secara langsung, tapi dia sungguh
Alice menggigit ujung kukunya, suasana hatinya di penuhi dengan rasa gelisah karena kedua pelayan yang diperintahkan untuk menghancurkan gaun Kyrena belum juga memberinya pemberitahuan apapun."Kemana sih mereka ini!? Sebentar lagi acara debutante akan dimulai, tapi mereka tak kunjung datang!?" kesal Alice dengan suaranya yang meninggi.Gadis berambut putih ini bahkan belum mengganti pakaian memanahnya, sementara langit sudah tampak malu-malu mengintip dari balik gunung untuk menyambut sang bulan.Tok~ tok~"Silahkan masuk," ucap Alice dari balik pintu. Senyuman nya seketika merekah saat mendapati kedua pelayan itu sudah ada di hadapannya."Katakan, apa kalian
Semua tamu undangan seketika diam saat pintu utama aula itu terbuka lebar, menampakkan siluet seorang pria gagah.Tampaklah Lucien dengan setelan jasnya yang berwarna hitam melangkah masuk kedalam aula.Suasana menjadi hening seketika saat mereka melihat seseorang di balik tubuh gagah Lucien. Tidak salah lagi jika itu adalah Kyrena.Jika Alice disebut-sebut sebagai bentukkan dari seorang Dewi, maka para tamu undangan sepakat untuk mengatakan bahwa Kyrena adalah titisan dari sang bulan. Bagaimana tidak, mereka terpesona dengan kecantikan Kyrena yang tampak tidak nyata, apalagi bulan menerangi Kyrena seakan memberikan berkat dan karunia pada gadis itu.Kyrena dibaluti dengan gaun berwarna hijau yang memamerkan tubuh bagian belakangnya, menampakkan kulit putih pucat yang tam
Aron melangkahkan kakinya keluar dari Aula Matahari untuk kembali ke kastilnya. Sambil menunggu kereta kudanya, Aron memulai percakapannya dengan Jason."Bagaimana pendapatmu Jason?" tanya Aron dengan wajahnya yang datar. Berbeda dengan pria yang selama ini tampak berwibawa dan bersikap lembut, jejak-jejak sifat itu tidak terpampang lagi di wajah pria tampan ini. Wajahnya dingin dan bisa menakuti siapapun, bahkan Jason yang sudah lama melayani tuannya itu masih belum terbiasa dengan sikap Aron yang menakutkan ini. Aron sama sekali tidak memiliki gangguan kesehatan ataupun kepribadian ganda, bisa di bilang ekspresi seperti ini adalah Aron yang sesungguhnya."Dari pengamatan saya, tampaknya semua berjalan sesuai rencana anda Yang Mulia. Saya yakin rencana anda akan berhasil melihat respon putri Kyrena saat menghabis
Suara pintu di banting dengan keras bergema ke udara, para prajurit yang berdinas malam hari itu berhasil membuka mata mereka lebar-lebar hingga rasanya ingin keluar. Pangeran pertama, sekaligus Putra mahkota yang tidak lain adalah Aron, mendudukkan badannya dengan gusar di kasur. Emosinya meledak-ledak setiap mengingat barisan kalimat yang di lontarkan oleh saudara seibunya, dia bahkan tidak menyangka adiknya itu sama sekali tidak berniat untuk membantunya membalaskan dendam dan malah menghadang langkahnya. "BERANINYA DIA!!!" seru Aron melemparkan seluruh barang yang ada di atas mejanya. Suara barang berjatuhan dan pecah menjadi serpihan membuat seluruh prajurit ketakutan di saat dinas mereka. "Yang Mulia, harap kontrol emosi anda," ucap jason dengan wajah yang tak kalah datar, meskipun seluruh badannya sudah menegang dan didalam hati pria itu sudah memanjatkan doa-doa agar dia tidak mati kali ini. Aron menghentikan kegiatanny
Siang ini Kyrena duduk bersama Alice menikmati teh berwarna putih di bawah pohon apel yang rindang, di atas meja mereka sudah tersedia berbagai warna kue macaron dan makanan lainnya. Alice tampak anggun memegang gagang teh seraya menikmati aroma teh tersebut, tidak ada percakapan diantara keduanya sejak mereka duduk. Kyrena menyesap teh tersebut dan seketika terkesima dengan rasa segar yang menyeruak masuk kedalam tenggorokan, gulanya pun pas di lidah gadis bersurai hitam itu."Bagaimana putri? Apakah anda menikmatinya?" pertanyaan itu keluar dari Alice."Ini sangat nikmat, putri Alice." Kyrena kembali menyesap tehnya dengan anggun.Alice tersenyum tipis, "Maaafkan saya karena mengganggu waktu anda, Putri." Gadis bersurai hitam menggeleng menolak kalimat Alice, j
Kyrena berbaring di rerumputan, kira -kira sudah berapa lama sejak saat Aron mengucapkan kalimat itu ya?Hari itu setelah Aron mengucapkan kalimat tersebut membuat harapan Kyrena semakin besar pada pria itu. Seakan Aron memberikannya lampu hijau untuk bisa memiliki hubungan spesial diantara keduanya.Gadis malang ini hanya tidak tahu kalau Aron sungguh ingin mengorok leher nya sambil membantai seluruh keluarga kerajaan Drystan. Aron mengamati gadis tersebut dari lantai atas salah satu menara kerajaan Alvah, dengan mata biru seperti laut yang tenang sebelum datangnya badai."Tampaknya kita benar-benar telah mengecoh putri Kyrena, Yang Mulia."Aron sama sekali tidak menanggapi kalimat Jason, mata dan pikiran dia hanya terpatri pada gadis bersurai hitam di bawah sana.
Tentu saja melarikan diri dari kerajaan tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi dengan cara terus terang dan menerobos barisan prajurit seperti yang mereka lakukan.Adegan para prajurit dan pelayan yang mengejar mereka berdua pun terjadi, tapi pria berambut pirang ini bahkan dengan santai bisa tertawa lebar padahal Kyrena sudah kesulitan mengimbangi langkah kaki Asteria. Tenaganya pun perlahan-lahan habis dan Kyrena sudah tidak sanggup untuk berlari lagi, dia lebih memilih untuk melepaskan genggaman tangannya dari Asteria dan dengan rakus mengambil oksigen di sekeliling nya."Hah... Aku sudah tidak kuat," jujur nya dengan nafas tersegal-segal.Asteria melirik ke arah kastil dan masih ada beberapa prajurit yang mengejar mereka berdua, tampaknya mereka tidak ingin menyerah.
Rafael menggaruk sebelah telinga dengan gusar, entah sudah berapa lama dia mendengar ocehan pria yang diikatkan di batang pohon ini. Kalau saja Asteria tidak melarangnya, dia pasti sudah memberikan sedikit arsenik pada pria berambut merah tersebut agar tertidur pulas."Katakan padaku bangsat! Kemana dia membawa putri Kyrena!?" cecar Lucien yang mencoba melonggarkan ikatan talinya. Rafael masih tidak memperdulikan ocehan pemuda itu, dia sibuk dengan belati yang sedang diasah. Rafael sudah seperti algojo yang menyiapkan pedangnya agar lebih tajam, mengerikan namun Lucien sama sekali tidak takut."Hei! Apa kau tuli, katakan padaku!?" peringat Lucien sekali lagi.Rafael mulai memanas, dia sungguh terusik dengan suara cempreng milik pria berambut merah ini. Dia mulai bertanya