Share

Pingsan dan Mual-mual

Beberapa hari telah berlalu, namun Xander masih terus mencari Alexa. Sudah berbagai upaya dilakukan, namun tetap saja ia belum bisa menemukan Keberadaannya. Setiap kali bawahannya melapor, hanya ada kata maaf lah yang selalu ia dengar

"Maaf, tuan. Kami belum bisa menemukannya" ucap bawahannya dengan pelan. Ia menundukkan kepalanya, takut melihat kilatan amarah yang dipancarkan dimata atasannya setiap kali ia kembali tanpa membawakan hasil.

Xander menggeram prustasi, matanya menatap tajam pada bawahnya yang menundukkan kepalanya. Tangannya mengetuk meja dengan ringan. Berusaha untuk menyembunyikan kekecewaannya.

"Terus cari dia sampai dapat" ucap Xander dengan dingin. Tidak peduli apakah bawahnya akan menemukannya atau tidak, yang penting ia harus terus mencari sampai bisa menemukan jejaknya.

"Baik, tuan" bawahannya menjawab dengan hormat dan meninggalkan Xander sendirian di ruangan kerjanya.

Xander menghembuskan nafasnya kasar, ia masih bingung harus mencari kemana lagi. Ia sudah mencarinya diseluruh penjuru Amerika, namun tetap belum bisa menemukannya. Apa mungkin wanita itu ke luar negeri?

Kalau seandainya memang benar wanita itu pergi ke luar negeri, apa yang harus ia lakukan? Luar negeri itu luas dan tidak mungkin untuk menelusuri seluruh negara hanya untuk mencarinya. Butuh waktu dan usaha yang keras agar berhasil menemukannya.

"Rapat sebentar lagi akan segera dimulai tuan" ucap sekretaris yang baru saja berdiri dihadapannya. Meja sekretaris tepat berada didalam satu ruangan dengannya, hanya memisahkan beberapa langkah kaki.

Lamunan Xander langsung buyar dengan kedatangan sekretarisnya. Ia menormalkan dirinya dan menatap sekretarisnya dengan datar.

"Aku akan datang" Xander menjawab informasi yang diberikan oleh sekretarisnya.

Ia berdiri dan merapikan kemejanya yang kusut. Tidak baik memberikan penampilan yang buruk didepan para kolega, bisa membuat citra dirinya dan perusahaan rusak.

Setelah selesai merapikan dirinya, Xander berjalan ke luar dari ruangannya dan menuju ruang rapat. Saat ini fokusnya hanya pada materi yang akan disampaikan dalam diskusi rapat, jangan sampai rapatnya bermasalah karena memikirkan urusan lain.

***

Alexa mengemas beberapa barang dan makanan yang akan ia bawah ke taman. Sudah beberapa hari ini ia beristirahat didalam penginapan. Jadi ia memutuskan untuk berjalan-jalan keluar. Katanya taman diujung kota merupakan tempat yang  paling cocok untuk dikunjungi.

Sehingga Alexa memutuskan untuk datang kesana, agar tidak mengeluarkan banyak uang, ia membuat sendiri bekal makanan dan minuman. Karena ia tahu harganya pasti mahal kalau membelinya langsung. Lagipula bekal yang ia buat lebih terjamin kesehatan dan kebersihannya.

Setelah selesai menyiapkan bekalnya, ia mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih sesuai. Kemudian, barulah ia pergi ke taman. Jarak taman dengan penginapannya tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu 10 menit untuk berjalan kaki.

Ia berjalan dipinggir yang disediakan khusus untuk pejalan kaki. Tangan sebelahnya menenteng barang bawaannya yang telah ia siapkan. Ia menatap area sekitar yang ia lewati, menatap bangunan-bangunan tinggi yang menjulang tinggi diatas. Untungnya hari ini tidak terlalu panas, ia bisa bebas keluar tanpa takut kepanasan.

Dipertengahan jalan, tiba-tiba ia berhenti sejenak. Tidak tahu kenapa kepalanya terasa berdenyut dan berat seperti ada beban besar yang menimpahnya. Matanya terasa kabur dan pandangannya mulai gelap. Tubuhnya sudah tidak mampu lagi menopang berat badannya dan Alexa pum terjatuh. Makanan yang ia bawah berserakan dijalan.

Hal terakhir yang ia ingat adalah teriakan dari orang-orang disekitarnya. Ia merasa orang-orang itu mengerumuninya dan melihat kondisinya, sebelum ia kehilangan kesadaran dan tertidur.

***

"Sesuai yang telah disepakati dalam kerjasama perusahaan, menunjukkan bahwa apabila produk ini bisa diluncurkan dan mendapatkan respon yang positif dari masyarakat maka bisa meningkatkan keuntungan yang besar bagi perusahaan kita. Semakin banyak modal yang dikeluarkan maka semakin banyak pula keuntungan yang akan kita dapat" Xander menyelesaikan kalimat terakhirnya dan matanya menatap para kolega kerjanya.

"Bagus, Xander. Kemampuan mu dalam menyampaikan materi cukup bagus, seperti orangtuamu. Aku akan bersedia bekerjasama dengan mu, beberapa hari lagi sekretaris ku akan menemuimu dan memberikan kontrak kerjasama" Ucap salah satu kolega yang berada dihadapannya.

Xander mengangguk puas dengan apa yang ia katakan. Dirinya semakin puas lagi dengan sambutan dari kolega lainnya yang juga setuju untuk bekerjasama dengannya. Dengan demikian rapat hari ini ditutup dengan hasil yang memuaskan.

Ia terduduk lelah dikursi rapat, seluruh orang sudah meninggalkan rapat sejak tadi. Tangannya memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Rapat hari ini benar-benar menguras tenaga dan pikirannya. Menghadapi berbagai pertanyaan-pertanyaan terkait dengan produk yang akan ia keluarkan awalnya mendapat keraguan dimata koleganya.

Untungnya ia bisa menjelaskannya dengan baik sehingga mereka bisa mempercayainya dan mau untuk menanamkan modal padanya. Produk yang ia keluarkan merupakan produk sejenis Handphone yang difasilitasi layaknya komputer. Ia telah merancangnya sebelumnya dan hasilnya lumayan bagus.

Bahkan orangtuanya bangga dengan hasil penemuannya. Jika ia mendapatkan banyak keuntungan dari produk yang ia keluarkan maka bisa berimbas pada perusahaan juga. Perusahaan akan bisa semakin lebih maju dan berkembang dengan maksimal.

Xander mengecek jam dipergelangan tangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Waktu jam istirahat telah selesai, tapi ia tidak memiliki pekerjaan lain setelah rapat. Terlalu membosankan menunggu jam pulang kerja.

Jadi ia memutuskan untuk kembali kerumahnya dengan mobil yang ia kendarai sendiri. Memakai sopir membuatnya tidak nyaman, ia lebih suka menyetir sendiri setiap kali akan pergi ke perusahaan.

Setelah sampai ia disambut oleh orangtuanya yang sedang menikmati waktu berdua didepan di ruang makan. Sepertinya, mereka menunggu kepulangannya agar bisa makan siang bersama.

Xander mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai. Berjalan ditangga dan menghampiri orangtuanya di meja makan.

"Duduk, nak. Hari ini mama memasak makanan kesukaan kamu" ucap mamanya dengan senyum hangat.

Xander menatap masakan kesukaannya yang telah dimasak oleh mamanya. Mamanya mengambil piring dan meletakkannya di hadapannya. Ia mengambil sendok dan memasukan makanan kedalam mulutnya.

"Huekkk...." perutnya tiba-tiba terasa mual dan rasanya seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari perutnya.

Xander bangkit meninggalkan orangtuanya dengan ekspresi terkejut. Ia berjalan ke kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutnya. Tapi hanya ada cairan bening putih yang keluar.

Tubuhnya melorot kebawah, matanya memerah. Rasa mual masih terasa di ujung tenggorokannya. Ia memikirkan dirinya yang tiba-tiba merasakan hal aneh. Padahal ia tidak memakan apapun sebelumnya, tidak mungkin ia keracunan makanan.

Di meja makan, orangtuanya menatap heran kepergian putranya. Mereka yang memperhatikan Xander tiba-tiba mual hanya menatapnya khawatir, takut putranya memiliki riwayat penyakit akut.

"Kenapa Xander muntah, Pah? Mama masak makanannya seperti biasa, tidak ditambahkan bahan lain" ucap mamanya dengan khawatir saat melihat putranya muntah-muntah saat akan memakan masakannya.

"Tidak mungkin, Ma. Mungkin Xander masuk angin. Cepat panggil dokter biar Xander segera diperiksa" ucap papanya dengan tenang, berusaha untuk menghilangkan kekhawatiran diwajah istrinya.

Ana mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan suaminya, ia lalu memanggil dokter yang khusus menangani keluarganya.

~Nex

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status