Share

6. Pertarungan vs Naga Api

Akara yang sudah sangat lemas, ditambah dengan tekanan dari aura Naga yang begitu besar, membuat dirinya tersungkur memeluk lantai. Komo juga tidak jauh beda kondisinya, bahkan segera mengecil kembali. Akan tetapi, pemuda bernama Sin masih berdiri dengan tenang, ia tak bergeming sama sekali.

Melirik Akara yang sudah tak berdaya, ia menyeringai dan menjentikkan jarinya. Sebuah portal muncul di lantai, tepat di bawah tubuh Akara dan menelannya beserta Komo.

"Oii! blubp blubp blubp," teriakan Akara terdengar sekilas, disusul suara aneh seperti orang tenggelam.

Rani yang masih duduk di singgasana seketika mencengkram erat sandarannya dan mengulurkan tangan lainnya ke depan. Ia mencengkram udara dan berkata.

"Kembalikan Regera!"

Belenggu api di jantung Sin mulai mencengkram, namun … Crang!... Belenggu hancur, sontak membuat Rani berdiri. Naga api di atasnya seketika menyemburkan api, begitu besar bagaikan mesin roket hingga mencapai jauh di bawah gunung. Bisa dipastikan Sin tidak bisa kabur dari jangkauannya dan beberapa saat kemudian, semburan api terhenti.

Dengan asap putih tipis yang mulai memudar, kawah tercipta di ujung semburan, meletup-letup dengan kobaran api yang sesekali muncul. Akan tetapi, Sin masih tak bergeming di tempat semula, padahal altar di sekitarnya telah meleleh menjadi magma, menyisakan area melingkar di dekatnya.

"Aku hanya berniat membantu," ucap Sin, namun Rani sudah berada di belakangnya. Mata naganya merah menyala, sembari menjulurkan satu tangan ke depan.

Boomb!... Ledakan hebat tepat di depan telapak tangannya, membuat Sin terlempar puluhan meter. Seakan ada lantai transparan di udara, pemuda itu menapakkan kakinya dan tubuhnya mulai berhenti terlempar. Tiba-tiba Sin menoleh ke belakang dengan cepat, lagi-lagi Rani sudah berada di belakangnya. Wanita itu kini melayangkan tendangan ke arah dadanya, Sin terhempas sebelum tendangan mengenainya. Ada sebuah pelindung yang menyelimutinya bagaikan cangkang telur transparan.

Sebelum benar-benar berhenti di udara, Sin sudah disambut oleh Ular Naga Api. Semburan api lagi-lagi menyebar, terhalau oleh pelindung. Namun, Rani sudah berteleport kembali, menendang Sin layaknya bola dan menyumbat mulut Ular Naga raksasa. Semburan tidak terhenti, membuat api meleber ke samping dan, Krek!... Pelindung retak, bukan karena semburan api, namun karena gigitan ular naga.

Sin menyadarinya, namun seakan tidak peduli dan tetap begitu tenang. Akan tetapi, Rani sudah memasang kuda-kuda. Energi api telah berkumpul menyelimuti tulang keringnya hingga ke bawah.

Brakk Crang!... Tendangan sangat kuat dari arah samping kiri, seketika menghancurkan energi pelindung. Tepat sebelum mengenai tubuh sebelah kirinya, Sin menangkisnya dengan tangan kanan. Tubuhnya kembali terlempar jauh dan kali ini ia melambaikan punggung tangannya ke depan.

Brak!... Seakan bisa membaca masa depan, punggung tangannya tepat menahan tendangan Rani yang tiba-tiba muncul. Tubuhnya meluncur ke arah ular naga yang juga melesat ke arahnya, namun malah terkekeh. Ia memasang kuda-kuda, namun masih tergelincir di udara.

Gleng!... Dentuman kuat terjadi saat ia menghentakkan satu kakinya dan seketika tubuhnya berhenti di udara. Ia langsung melesat menjauh bagaikan sebuah kilat, namun Rani terus mengejarnya. Dentuman terus terjadi setiap kali Sin menahan tendangan sang Ratu api, disusul semburan bola api dari mulut ular naga yang pergerakannya lebih lambat dari keduanya.

Saking cepatnya, mereka terlihat bagaikan 2 kilat hijau gelap dan merah menyala, terus bergerak hingga menembus awan merah. Dentuman dari tendangan Rani menyebabkan gelombang energi yang sangat kuat, bahkan menghempaskan awan hingga berlubang. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali hingga dengan cepat menyapu lautan awan. Kini langit yang gelap dihiasi cahaya akibat ledakan pertarungan mereka. Sin hanya terus menangkis, tanpa pernah melayangkan serangan sekalipun.

Sembari terus menyerang, Rani berkata dengan penuh amarah. "Dengan aura di belakang punggungmu, sudah dipastikan ajalmu di tanganku! Dimulai darimu, akan aku pastikan seluruh kaummu binasa!"

Bwush!... Ular naga api muncul dari atas, begitu cepat menghujam ke bawah, mencengkram Sin dengan gigi-gigi tajamnya. Ia tidak bisa berkutik lagi, hanya bisa melebarkan tangannya menahan agar tubuhnya tidak terkoyak. Saat itulah ia dapat melihat aliran energi yang memenuhi langit. Energi api yang mengalir dari segala penjuru, sangat luas hingga menutupi gelapnya langit. Aliran energi yang tidak terlihat ujungnya itu berkumpul, menyelimuti kaki wanita bergaun api yang melayang di udara.

Sin yang sebelumnya tenang, kini mulai merasa risau dan berteriak. "Aku hanya ingin membantu kalian! Jika diriku terbunuh di sini, Regera juga tidak akan selamat!"

Akan tetapi Rani tidak menghiraukannya. Gelombang energi menyebar dibarengi menghilangnya aliran energi, pertanda pemadatan energi selesai. Gelombang yang bergerak di udara dapat dirasakan oleh Sin, membuatnya terbelalak dan seketika energi di tubuhnya meluap. Jutaan bintang pada aura berbentuk sebuah galaksi di belakang pundaknya jadi semakin terang.

Ia menoleh ke bawah sekilas, daratan sudah terlihat cukup dekat dan menoleh ke atas. Rani sudah meluncur sangat cepat ke arahnya.

"Naga ini perwujudan jiwamu! Jika menyerangnya, tubuhmu juga akan mendapatkan dampaknya!"

Rani tidak menggubrisnya, bahkan sudah hampir mencapai ekor ular naga. Saat itulah ia mulai mengayunkan kakinya layaknya seorang atlet sepak takraw.

Wush!... Wujud ular naga melebur di udara, energinya yang tersisa terbelah oleh tendangan Rani ke arah Sin yang tinggal beberapa meter menuju daratan. Sayangnya, portal muncul di depan Sin, sesaat sebelum ia terkena tendangan.

Glarr!... Tendangannya mengenai tanah bagaikan sebuah ledakan bom atom, tanah di sekitarnya mencuat, namun segera jatuh bahkan terbenam seperti cekungan dalam saat gelombang energi menyebar. Berkilo-kilo meter radius hancurnya, bahkan masih terus bergerak.

"Sialan!" Rani berteriak sangat kesal, dibarengi kobaran api yang meluap dari tubuhnya.

Setelah dilempar oleh Sin menuju portal, Akara muncul di kedalaman air yang berwarna biru cerah, seakan cahaya bersinar dari segala arah. Tidak tenggelam maupun kesusahan bernapas, ia bahkan tidak basah. Dengan tenang Akara segera menyapu pandangan menyalakan mata ularnya, namun tidak menemukan keberadaan apapun.

"Energi ruangmu telah kembali?" ucap Komo sembari mengamati tubuhnya yang tidak tersentuh air.

"Si sialan itu memaksa energiku keluar!" Ia mendongakkan kepalanya dan mata ularnya menyala lebih terang.

"Permukaan tidak terlihat … atau mungkin tidak ada." Ia kembali menyapu pandangan. "Seluruh sisi terlihat terang, seperti ada cahaya dari segala arah,"

"Alam air?!" Komo terbelalak, begitu ketakutan hingga gemetaran dan bersembunyi di balik tudung kepala jaket tuannya.

"Ada apa denganmu?" Akara meraih kepala Komo, namun naga tanpa sayap itu mencengkram kuat jaketnya.

"Pokoknya jangan sampai bertemu naga air!"

Aldho Alfina

Selamat mengikuti perjalanan Akara, semoga dapat terus mengikuti hingga perjalanan berakhir. Jangan sungkan untuk kritik Author, tenang saja saya bukan anti kritik. Kesalahan bukan diri sendiri yang menilai, harus ada orang lain yang menunjukkannya. Kritikan kalian membangun Author agar jadi lebih baik lagi. Kritik dengan bahasa kasar silahkan, asal jangan bawa-bawa keluarga, suku dan agama.

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status