Home / Fantasi / Kaisar Dewa Regera / 7. Naga Es dan Ular Naga Angin

Share

7. Naga Es dan Ular Naga Angin

Author: Aldho Alfina
last update Last Updated: 2023-12-02 03:27:34

Kekaisaran Gletser Abadi

Sebuah tata surya dengan 3 planet yang tidak mendapatkan cahaya sedikitpun. Jika tata surya pada umumnya mengorbit pada suatu bintang (Matahari adalah nama sebuah bintang), Gletser Abadi mengelilingi sebuah lubang hitam kecil. Sebuah titik dengan gaya magnet yang sangat luar biasa, membuat ketiga planet tetap pada jalur orbitnya.

Planet berwarna putih bersih, namun jika dilihat lebih dekat, itu bukan warna aslinya. Badai salju menyelimuti seluruh permukaan planet, dengan ketinggian ratusan meter dan dengan kecepatan angin ratusan kilometer per jam. Suhu dingin yang sangat ekstrim tanpa adanya cahaya, tidak mungkin ada kehidupan di permukaan planet. Namun jika masuk ke dalam planet yang sepenuhnya berupa gletser berwarna biru, dapat ditemukan sebuah gua raksasa.

Pemukiman penduduk berada di sana, bangunan dan seluruh tempat terbuat dari Gletser es. Sama seperti di alam roh air, gletser es di sana bercahaya, menerangi seluruh sisi. Tidak ada tanah, namun tumbuh pepohonan dan bahkan ada air yang tidak membeku, menjadi sebuah aliran sungai dan danau.

Saking tingginya langit-langit gua, bahkan ada kepulan awan putih di sana. Lapisan Gletser berwarna biru di langit-langit terlihat sama dengan langit dunia kita, hanya saja ada beberapa pilar layaknya sebuah pegunungan yang tinggi menjulang.

Para warganya beraktivitas normal, bahkan tidak memakai pakaian tebal. Mereka telah berevolusi, kulit putih pucatnya telah menyesuaikan dengan suhu udara di dunianya.

Di pusat kota, ada sebuah istana megah yang juga terbentuk dari Gletser es. Tanpa memiliki gerbang dan penjaga, seakan sebuah museum di pusat kota. Dari pintu utama, muncullah seorang gadis yang sangat cantik nan anggun. Rambut putihnya selaras dengan warna kulitnya, juga mengenakan perhiasan dari kristal es berupa anting dan hiasan rambutnya. Gaun dari sutra yang berwarna putih kebiruan, menyelimutinya dengan baik, memperlihatkan lekukan tubuhnya yang indah.

Semua mata langsung tertuju padanya, mereka segera menghentikan aktivitasnya dan memberi salam kepadanya.

"Selamat pagi Yang Mulia!" bukan hanya salam untuk menghormati, namun juga keramahan dan kegembiraan.

Senyuman langsung merekah di bibir merah mudanya, menyapa kembali dengan suaranya yang menenangkan hati. Belum sempat ia berjalan lagi, beberapa anak kecil berlari mendekatinya.

"Nona Friss! Aku bisa membuat kristal es!" Seorang bocah laki-laki berlari sembari menjulurkan tangannya, sebuah kristal es runcing melayang di atas telapak tangannya.

Jwush!... Kristal es tiba-tiba melesat ke arah Friss, namun segera hancur menjadi butiran air dan menyebar, terhalau ke samping.

"Hebat 'kan?" Bocah itu malah kegirangan, namun ada gadis kecil di sampingnya yang memukul kepalanya. Pukulan bocah, namun menciptakan bunyi cukup nyaring, membuat bocah laki-laki mengusap cepat kepalanya.

"Apa yang kau lakukan?! Sudah berbicara tidak sopan malah menyerang juga!" teriak gadis kecil sambil mengangkat kepalan tangan, namun si bocah laki-laki malah tertawa.

"Aku akan terus berlatih dan menjadi Pasukan Putih!"

Friss tersenyum tipis saat mendengarnya, namun secara tiba-tiba senyumannya pudar. Ia mendongakkan kepalanya, dengan tatapan tajam dan muncul sorot biru cerah dari mata naganya. Hembusan angin lembut menerpa gaun dan rambut putihnya, beberapa orang dengan posisi berlutut muncul di depannya.

"Yang Mulia?"

Hal itu membuat gadis kecil terkejut dan cukup takut, namun sang bocah laki-laki malah berbinar-binar kagum. "Pasukan Putih?!"

Tanpa melepaskan pandangannya, Friss berkata. "Sebarkan seluruh anggota, siaga dan waspada jika sesuatu terjadi!"

"Baik!"

Friss menghilang lebih cepat dibandingkan Pasukan Putih, meninggalkan hembusan angin lembut.

"Kerennn!" Bocah laki-laki begitu senang dan dengan semangat menoleh ke segara penjuru, seakan mencari jejak kepergian mereka.

Di atas planet Gletser Abadi, tepat setelah kepulan badai kabut, sebuah pasukan berjumlah ribuan orang. Memakai jubah putih dengan aksen emas yang tajam, juga tudung kepala yang menyembunyikan matanya.

Dengan satu orang pemimpin, pria dengan pupil mata hijau cerah yang indah, mengenakan celana dan kemeja pendek dan berbahan tipis layaknya turis di pantai. Ia langsung melambaikan satu tangannya ke samping, menghentikan para bawahannya saat Friss muncul di depannya.

"Friss, sepertinya instingmu telah melemah. Aku sudah sampai sedekat ini dan kau baru menyadarinya?"

Tanpa menunjukkan ekspresi apapun, Friss berkata dengan nada datar. "Zetes apa maumu?"

"Tuanku ingin mengumpulkan kesepuluh Naga." Pria yang diketahui bernama Zetes itu sedikit menunduk, dengan bola mata bergerak ke atas dan tersenyum tipis layaknya psikopat.

"Tuan?... Aku tidak ada waktu, pergilah!"

Zetes malah tersenyum lebar, memperlihatkan seluruh giginya dan berkata. "Tenang saja, tugasku bukan untuk mengundangmu." Ia memiringkan kepalanya, menoleh ke arah dunia Gletser Abadi. "Di tempat yang ekstrim seperti ini ternyata banyak sekali manusia yang…"

Ucapannya terhenti karena menangkis serangan dari Friss, membuat gelombang energi yang mengenai ribuan pasukan di belakangnya hingga terhempas sangat jauh. Tatapan gadis itu begitu tajam dan menyala biru, dengan kedua tangannya diselimuti cakar naga dari es seperti yang Akara lakukan sebelumnya.

"Ahahaha!" Zetes mengangkat satu tangannya dan memberi isyarat kepada pasukannya untuk maju. Mereka langsung melesat ke arah planet Gletser, membuat Friss semakin melotot tajam.

"Biadab!" Friss mengayunkan cakar lainnya, cakaran sangat kuat hingga menyisakan robekan kehampaan di udara, membuat Zetes harus melompat mundur.

Friss langsung melebarkan cakarnya ke arah pasukan berjubah putih. Wush!... Layaknya sebuah mata air, badai salju mencuat keluar, keluarlah Naga bertubuh es dengan sayap tajam yang membentang lebih dari seratus meter. Ia langsung mengayunkan sayapnya ke arah pasukan berjubah putih.

Jlengg!... Dentuman kuat terjadi, membuat para pasukan terlempar menjauh. Muncullah seekor Ular Naga bersisik putih kehijauan yang menahan serangan Naga es menggunakan cakarnya. Naga es langsung memutar tubuhnya, melepaskan cengkraman Ular Naga angin pada sayapnya.

Friss menoleh dengan cepat, melihat para pasukan yang masih selamat, namun hembusan angin langsung menutupi pandangannya.

"Cepat pergi!" Zetes langsung melesat, mengejar Friss yang sudah mengayunkan cakarnya ke arah dinding angin. Ia lebih cepat, bahkan sudah berposisi menendang di samping Friss.

Tendangan yang sangat cepat, namun gadis itu sempat menahan menggunakan lengannya, membuat tubuhnya terlempar beberapa meter. Kristal es yang menyelimuti lengannya hancur, namun seketika pulih dan ia melesat lagi.

Jwush!... Ular Naga Angin menghujam ke arahnya dengan mulut terbuka, namun tiba-tiba kristal es runcing memenuhi mulutnya, bahkan menembus kepalanya hingga hancur. Seakan bukan masalah besar, Ular Naga Angin kembali pulih dan kembali mengejar lawannya.

Cahaya merah menyala menerangi kegelapan saat aura naga menyala di atas kepala Friss, seketika kristal es yang tak terhitung jumlahnya memenuhi langit di sekitarnya. Semua kristal melesat ke arah pasukan berjubah putih yang telah hilang memasuki badai, dibarengi Naga Es yang menghujam Ular Naga Angin dari sisi samping.

Akan tetapi, Zetes menghadang Friss dengan aura Naga yang juga menyala. Dentuman hebat terjadi saat keduanya saling menghantam, dibarengi sebuah tornado raksasa yang menghadang seluruh kristal es. Pusaran angin itu membelah badai, namun juga membuat badai semakin kencang.

Para pasukan berjubah putih kalang kabut dibuatnya, beberapa dari mereka bahkan terhisap oleh badai.

"Sial! Kebiasaan tuan Zetes tidak memperdulikan keselamatan kami!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kaisar Dewa Regera   133. Aliansi baru

    Tempat yang abstrak, berlatar belakang cahaya berbagai warna dari awan panas Nebula di kegelapan angkasa, Dewa Penempa membungkukkan badannya di hadapan tiga gumpalan bercahaya. Dengan sopan dan waspada, ia menjelaskan tentang pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi yang memojokkannya. "Jadi, apa maumu?" tanya salah satu leluhur. Sambil sedikit menunduk, Dewa Penempa menjawab dengan lembut. "Mohon maaf, Fraksi Cahaya Ilahi di mata warga sudah bisa dikatakan hancur, bahkan banyak masalah yang terus terjadi. Mungkin sudah seharusnya kepemimpinan Fraksi diganti.""Kondisikan klan Vasto, kami akan segera memanggilmu kembali!" ujar salah satu leluhur, dan Dewa Penempa segera melebur, digantikan dengan seorang pria bermahkota sayap emas. "Ronas memberi salam kepada leluhur!" Ia sedikit menunduk seperti yang dilakukan Dewa Penempa sebelumnya. "Ronas, tiga lentera jiwa tetua Fraksi telah padam, apa yang terjadi?!" Ronas menjawab dengan tenang.

  • Kaisar Dewa Regera   132. Semua siasat

    "Regera, kau telah mengalahkanku!" Luce kembali terkekeh, tapi ia segera tersedak saat bilah pedang kayu mengganjal mulutnya. Sebutir pil melesat begitu saja memasuki tenggorokannya. "Tidak perlu kau sembuhkan lukaku!" seru Luce saat ganjalan di mulutnya terlepas. Namun, ia segera menyadari bahwa itu bukanlah pil penyembuhan. Segel belenggu langsung menyala di jantungnya. Melihat Luce tidak menunjukkan tanda-tanda melawan, sepasang pedang kayu segera melebur di udara. Ia lalu berteleport menuju para Dewa lainnya berada, disusul oleh kilatan cahaya emas yang membawa Luce. Ternyata kegaduhan terjadi. Pria bertanduk ranting menyandera Luwang, padahal tubuhnya telah babak belur penuh luka bakar. Cakar tajam telah melingkar di leher pemuda Sheva bertanduk emas, untung ditahan oleh bilah cakar di lengannya. Tangan lain juga menahan lengan Dilvo satunya. Dewa lain nampak ragu untuk bertindak, dan kedatangan Akara menjadi harapan untuk mereka. Namun,

  • Kaisar Dewa Regera   131. Kekalahan Luce?

    Cukup lama awan panas Nebula memenuhi domain, hingga akhirnya, luapan energi berhenti, bahkan malah kembali ke titik ledakan. Para Dewa hanya bisa menyapu pandangan penuh kebingungan, dan dalam hitungan detik, mereka dapat melihat kegelapan lagi. Awan panas Nebula telah sepenuhnya terhisap. Seketika para Dewa tertegun melihat apa yang menghisap semua itu. Sebuah lubang hitam raksasa, yang terlihat cahaya di pinggirnya dan menggaris, membelahnya. Itu cahaya energi yang terhisap dari kesepuluh esensi surgawi. Daya hisap yang luar biasa yang dapat menelan cahaya, tidak heran jika kesepuluh esensi mulai bergerak. Mereka terhisap, membuat Akara segera melempar dua butir pil ke mulutnya dan menyalakan seluruh auranya. Aura Naga sejati, ranah Jiwa Suci dan aura Alkemis tingkat delapan. Ia langsung melakukan segel tangan. Energi pelindung segera terbentuk di sekitar Esensi surgawi, menjadi sepuluh pilar yang puncaknya mengurung Esensi surgawi. Kesepuluh pilar juga segera saling terhubung d

  • Kaisar Dewa Regera   130. Supernova menelan lara Dewa

    "Sialan kau Dilvo! Berani-beraninya kau mengusik jasad ayahku!" Luwang sangat geram saat melihat tubuh Dewa bertanduk emas setengah sabit, yang tidak lain adalah leluhur Raja Sheva. Di samping leluhur, Sheva bertanduk ranting langsung terkekeh. "Majulah kalian semua!" Dewa Farz segera mendekati Luwang dan dengan tatapan masih tertuju pada lawan mereka, ia lalu berkata. "Kau lawan Dilvo, biar aku yang menahan leluhur Raja Sheva. Tidak perlu memaksakan diri, tahan saja sampai tuan Regera menjalankan rencananya!" Farz lalu menoleh ke arah dua Dewa Fraksi lainnya. "Jika dua Dewa Sheva lainnya tidak bergerak, kalian tidak perlu ikut campur!" "Baik Dewa Farz!"Ketegangan terjadi pada kedua belah pihak, bahkan belum sempat melesat, dimensi di sekitar mereka melebar, seakan ditarik dari kedua sisi. Dalam sekejap, mereka melesat dengan kecepatan cahaya. Memasuki lubang cacing dalam kekosongan. Pertarungan tidak terlihat dari luar, ta

  • Kaisar Dewa Regera   129. Akara vs Luce

    Dalam dimensi yang hampa dan hanya mendapatkan cahaya dari bintang neutron, titik berkumpulnya kesepuluh energi esensi surgawi. Pusaran energi berwarna emas telah menyala di belakang Akara dan di atasnya, ada lingkaran dengan ukuran lebih besar, memiliki pola rumit berwarna hitam. Aura ranah Jiwa Suci, ditambah aura Naga sejati yang menggelegar, memutar pelan hingga dimensi seakan tertarik energinya.Namun, itu tidak sebanding dengan apa yang ada di depannya. Ia bagaikan sebuah titik kecil dibandingkan sosok Naga raksasa yang tubuhnya berselimutkan cahaya. Keempat kaki berototnya melebar, dengan cakar tajam yang mencengkram dimensi. Sayapnya membentang tak terkira, dengan lekukan-lekukan yang tak kalah tajamnya. Lehernya meliuk, menurunkan kepalanya yang garang dengan deretan gigi dan tanduk tajam. Tepat di atas tulang hidungnya, Luce duduk jegang dan bersandar penuh keangkuhan. Melihat kesepuluh Esensi surgawi dan domain yang sangat luas, Dewa

  • Kaisar Dewa Regera   128. Inti Cahaya Primordial

    Sebelum peperangan dengan Dewa klan Sheva, Dewa berpakaian emas mendatangi sebuah tempat yang dipenuhi reruntuhan melayang. Lempengan-lempengan batu beterbangan, tapi tak pernah sekalipun bertabrakan. Di wilayah yang terisolir dari reruntuhan melayang, ada sebuah portal. Bukan pusaran yang gelap, tapi pusaran putih keemasan penuh cahaya yang indah. Begitu memasukinya, ia langsung menyipitkan mata, tersorot oleh cahaya yang lebih terang. Saat mulai bisa beradaptasi, terlihatlah sebuah titik seperti matahari, tapi dengan luapan energi yang sangat dahsyat. "Inti Cahaya Primordial?!" gumamnya cukup terkejut, tapi segera menemukan keberadaan seseorang dalam kekosongan penuh cahaya itu. Pemuda tampan yang sedang bersila, dengan pakaian minim dari cahaya hingga tubuh atletisnya yang bersih terlihat. Namun, di antara keindahan itu, berserakan mayat yang tak terhitung jumlahnya. Aliran energi dari tubuh mereka keluar, menuju ke dalam tubuh Luce. Ia menghisap ene

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status