Share

Bab 6

Penulis: Qiandra
Setelah itu, aku bahkan tidak tahu di mana keberadaan mayatku.

Tempat itu sangat gelap. Sebagai roh yang tidak punya tempat tinggal, aku pun tidak berani pergi ke sana.

Seandainya Nenek masih hidup, apakah dia akan memelukku seperti kemarin?

Kemudian, dia menangis sambil memberitahuku bahwa nenekmu ada di sebelahmu.

Tidak! Aku tidak bisa membiarkannya melihat hidupku yang terpuruk seperti ini.

Nenek cukup melihat sekali saja, bagaimana aku bisa membiarkannya melihat untuk kedua kalinya?

Nenek berharap bahwa aku bisa hidup ceria, tetapi aku selalu terjebak dalam kegelapan.

Bahkan saat mati pun aku masih terjebak dalam kegelapan.

Aku hanya tahu bahwa tidak ada lagi orang di dunia ini yang akan memihakku dengan sepenuh hati.

Kini, aku pun menjadi anak yang tidak akan pernah dicintai.

Aku memegang dada untuk menenangkan diri.

"Bu, aku benci kalian."

"Bukan kalian yang meninggalkanku, tapi akulah yang tidak ingin lagi hidup bersama kalian."

"Terlahir sebagai anak kalian adalah malapetaka terbesar dalam hidupku."

Setelah panggilan diakhiri, Vando terus mengumpat.

Sofia sontak merasa bersalah, dia mulai menenangkan Ayah dan Ibu.

"Ellen sudah bukan anak kecil lagi, tapi masih bercanda seperti itu."

"Sial sekali kalau bicara seperti itu di hari ulang tahun kami."

Ayahku sangat marah hingga mendengus. "Baguslah kalau dia benar-benar mati."

"Anak durhaka ini hanya akan membawa nasib buruk."

Sejak aku dibesarkan oleh Nenek, bisnis Ayah berkembang pesat dan pesanan melonjak. Sebab itu, kekayaannya bertambah berkali-kali lipat.

Dia menganggap bahwa semua keberuntungan itu berasal dari kelahiran Sofia.

Istrinya keluar dari rumah sakit dan anaknya sangat sehat, bahkan uang di rumah pun bertambah lebih banyak dari sebelumnya.

Sebab Ayah membenciku, sehingga dia merasa bahwa aku sangat sial.

Aku tidak akan melupakan tatapan jijiknya saat melihatku.

Dia memberi tahu ibuku bahwa aku cukup dipanggil dengan sebutan 'Ellen' di masa depan. Terkait akta kependudukan, itu sama sekali tidak perlu diurus agar tidak mencemari reputasi Keluarga Kistanti.

Aku sebenarnya memiliki keluarga, tetapi rasanya seolah tidak pernah punya.

Dia bisa menghabiskan banyak uang untuk mengirim Sofia dan Vando ke sekolah yang baik, agar mereka bisa mendapatkan pendidikan terbaik.

Sementara, aku hanya pantas menjadi murid pinjaman. Itu pun sudah harus bersyukur karena bisa sekolah.

Aku bahkan pernah bekerja keras untuk mendapatkan uang saku.

Saat ini, aku sudah mati. Ayah, bisakah kamu tidak memarahiku lagi?

Kamu memang tidak akan merasa sedih, tetapi hatiku akan terasa sakit.

Aku sudah tidak ingin lagi menjadi anakmu. Sungguh melelahkan!

Di hari-hari berikutnya, aku hanya bisa terus hidup bersama mereka.

Ya sudah kalau aku tidak dihargai saat hidup, tetapi aku yang sudah meninggal malah harus dimarahi lagi dan tidak bisa pergi dengan tenang.

Bahkan sudah menjadi hantu pun aku masih tidak bisa membebaskan diri dari kehidupan mereka.

Ibuku akan menyiapkan sarapan yang lezat setiap hari, kemudian dengan lembut memanggil mereka untuk makan.

Bahkan juga akan membujuk mereka untuk makan lebih banyak.

Sofia sangat pandai bersikap manja. Dia bisa membuat semua orang tertawa dan senang, kecuali aku.

Rupanya, dia bukanlah orang yang acuh tak acuh dan juga bisa tersenyum. Namun, itu tidak berlaku saat berhadapan denganku.

Bahkan tetangga di sebelah pun memujinya sebagai anak yang baik dan beruntung.

"Iya! Sofia sangat patuh, tidak seperti Ellen yang pemarah dan tidak mau pulang ke rumah."

"Kalau punya anak seperti itu, sungguh memusingkan!"

Ibuku benar-benar sangat jago dalam memuji Sofia dan juga menghinaku.

Reputasiku yang buruk ternyata disebarkan oleh keluargaku sendiri. Bahkan tetangga hanya bisa tersenyum canggung.

Selesai berpamitan dengan tetangga, ponsel ibuku tiba-tiba berdering.

Itu adalah nomor teleponku.

Barulah itu berhasil memecahkan semua ketenangan.

"Apakah ini anggota keluarga dari pemilik ponsel? Kami telah menangkap pelaku dari sebuah kasus pembunuhan brutal."

"Kemudian, kami menemukan ponsel ini dari tubuh pelaku."

"Pelaku telah memberikan keterangan mengenai lokasi di mana jenazah dikuburkan. Bolehkah Anda dan anggota keluarga lainnya datang untuk mengidentifikasi mayat?"

Akhirnya jenazahku sudah ditemukan

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kamu pantas mati krn otak yg kau miliki pun g berguna. sudah tau g disukai dan dibenci, masih aja bertahan disana.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kakak Beradik    Bab 11

    Teriakan itu juga membangunkan Vando dan Sofia."Kak, Ellen benar-benar pembawa sial di rumah ini.""Bahkan Ibu sudah menjadi gila. Sekarang kita harus mengandalkan Ayah untuk memberi saran," gumam Sofia dengan suara kecil.Tatapan Vando tampak serius. Dia tidak berbicara dan juga membantah.Seperti itulah keluargaku. Mereka bisa membuangku setelah melahirkanku, bahkan juga bisa menggali jenazahku setelah aku meninggal.Tak lama kemudian, ibuku pun sudah tenang dan tidak membuat keributan lagi.Setelah masuk ke kamarku, dia menyalakan semua lampu. Kamar memang terlihat sangat indah.Beberapa saat kemudian, dia mematikan semua lampu lagi. Saat ini, kamar memang sangat gelap."Ellen, ternyata kegelapan begitu menakutkan.""Seharusnya aku masuk ke ruang bawah tanah hari itu, mungkin saja kamu tidak akan mati.""Apa kamu membenciku?""Apa kamu ingin menyuruhku menebus kesalahan?"Langit baru saja terang, ayahku sudah terburu-buru untuk pergi ke desa.Dia tidak bisa lagi menahan keadaan sep

  • Kakak Beradik    Bab 10

    Sebab, pengorbanan untuk mendapatkan seorang ibu sangatlah besar.Setelah mendengar kata-kata itu, ibuku sontak tercengang.Akhirnya, dia mengerti kenapa aku takut gelap dan kemudian mengatakan hal yang sama di rumah sakit.Dia bahkan tidak mengobatiku dan memarahiku sebagai anak yang tidak tahu berterima kasih.Bibi Ratna bertanya pada ibuku, "Kalian bilang Ellen itu pembawa sial di rumah kalian. Lalu, siapa yang sebenarnya menderita selama bertahun-tahun ketika hidup bersama kalian?""Siapa yang dicelakainya?"Ibuku menangis sambil meminta maaf tanpa henti. Selain mengucapkan permintaan maaf, dia tidak bisa mengatakan perkataan apa pun lagi.Dia merasa bersalah padaku, bahkan merasa lebih bersalah pada Nenek.Kasih sayang yang datang terlambat ini sama sekali tidak berarti bagiku.Sesampainya di rumah, ibuku pun jatuh sakit. Dia selalu memeluk fotoku dan terbenam dalam kesedihan.Nasib Sofia juga tidak terlalu baik.Setelah tahu bahwa aku sudah meninggal, Witson pun bertanya pada Sof

  • Kakak Beradik    Bab 9

    "Dia hanya akan membenciku."Ibuku meletakkan foto itu di dadanya, akhirnya air matanya mulai mengalir keluar."Aku tidak membencimu dan tidak pernah membencimu.""Hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara menghadapimu."Aku memegang dadaku sambil menyeka air mata di sudut mataku. Rasa sakit pun mulai berkurang.Ibuku bilang dirinya tidak membenciku, tetapi aku tahu dia tidak sayang padaku.Dia menyuruh Vando untuk menyimpan semua lampu di sini.Kemudian, dia memasukkan foto itu ke dalam tasnya dengan hati-hati.Ibu, apa kamu tidak merasa sudah terlambat untuk melakukannya seperti ini?Aku tidak membutuhkan beberapa lampu itu lagi. Mereka tidak bisa menerangi hatiku, aku masih saja merasa takut.Sesampainya di rumah, hal pertama yang dilakukan ibuku adalah membongkar ruang belajar Sofia.Setelah itu, dia meletakkan semua lampu di dalam kamar."Ayah, apa yang terjadi dengan ibuku?""Betapa sialnya kalau membawa pulang barang-barang orang yang sudah meninggal."Sofia bersembunyi di depan

  • Kakak Beradik    Bab 8

    "Kak, aku sangat takut."Sofia tidak tahan lagi dan bersandar di pelukan Vando.Mana mungkin Sofia tidak takut?Sofia yang mendorongku masuk ke ruang bawah tanah, sehingga aku disiksa hingga mati di sana.Ibuku mengamati Sofia dengan saksama. Setelah membuka mulut beberapa kali, dia tetap saja tidak mengucapkan sepatah kata pun.Setelah keluar dari kantor polisi, barulah Sofia berani menghela napas lega.Sesampainya di rumah, ibuku mulai membongkar semua barang. "Di mana patung dewanya?"Setelah ditanya berulang kali, Sofia terlihat menghindar. Kemudian, dia mengatakan bahwa itu sudah dibuang ke ruang bawah tanah.Ibuku tampak menyadari sesuatu, langkah kakinya yang panik mengkhianati ketenangan yang dia pertahankan.Ruang bawah tanah benar-benar sangat gelap, bahkan lampu yang biasanya menyala pun rusak.Ketika angin dingin bertiup, aku tanpa sadar gemetar.Patung kecil itu tergeletak di sudut dan pecah menjadi dua. Itu hanya beberapa langkah dari tempat aku mati.Aku merasa sangat ti

  • Kakak Beradik    Bab 7

    Aku pernah membayangkannya berkali-kali, apa yang akan terjadi kalau mereka tahu aku sudah mati?Apakah emosi mereka akan mengalami sedikit perubahan?Namun, ibuku dengan tenang menutup teleponnya. Dia buru-buru melanjutkan pekerjaannya.Hingga Vando pulang dengan panik. "Bu, aku mendapat panggilan dari pihak kepolisian. Mereka bilang Ellen sudah meninggal.""Bohong! Itu hanya cara barunya untuk menarik perhatian," bantah ibuku.Betapa buruknya diriku sampai dia tidak percaya walau aku sudah mati."Sungguh benar! Ellen benar-benar sudah meninggal."Vando memegang tangannya agar dia bisa menenangkan diri.Wajah ibuku sedikit pucat dan tangannya pun gemetar.Entah karena marah atau terkejut.Baru saja berjalan ke depan pintu, mereka bertemu dengan Sofia. Wajahnya bahkan lebih panik."Aku pergi ke ruang bawah tanah untuk mengambil sesuatu dulu."Ibuku langsung menarik tangannya yang gemetar. "Buat apa kamu pergi ke sana?"Sebelum Sofia sempat berbicara, dia sudah ditarik keluar.Beberapa

  • Kakak Beradik    Bab 6

    Setelah itu, aku bahkan tidak tahu di mana keberadaan mayatku.Tempat itu sangat gelap. Sebagai roh yang tidak punya tempat tinggal, aku pun tidak berani pergi ke sana.Seandainya Nenek masih hidup, apakah dia akan memelukku seperti kemarin?Kemudian, dia menangis sambil memberitahuku bahwa nenekmu ada di sebelahmu.Tidak! Aku tidak bisa membiarkannya melihat hidupku yang terpuruk seperti ini.Nenek cukup melihat sekali saja, bagaimana aku bisa membiarkannya melihat untuk kedua kalinya?Nenek berharap bahwa aku bisa hidup ceria, tetapi aku selalu terjebak dalam kegelapan.Bahkan saat mati pun aku masih terjebak dalam kegelapan.Aku hanya tahu bahwa tidak ada lagi orang di dunia ini yang akan memihakku dengan sepenuh hati.Kini, aku pun menjadi anak yang tidak akan pernah dicintai.Aku memegang dada untuk menenangkan diri."Bu, aku benci kalian.""Bukan kalian yang meninggalkanku, tapi akulah yang tidak ingin lagi hidup bersama kalian.""Terlahir sebagai anak kalian adalah malapetaka te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status