Share

Kecurigaan Gala

Bab 05

Genta tetap dengan keputusannya, memilih mata kuliah kedokteran seperti keinginan Gala. Walau Gala sudah membolehkan Genta untuk mengambil mata kuliah yang dia mau. Hari ini, hari pertamanya menjadi seorang mahasiswa.

"Kak, bisa kakak mengantarkanku hari ini? Motorku sedang di bengkel dan aku kesiangan, bisa tidak, Kak?" Genta mencoba membangunkan Gala yang sedang tidur.

"Bawa saja mobil kakak. Kakak mengantuk sekali," ucap Gala, matanya masih terpejam. Dia memang baru pulang dini hari tadi dan baru tidur beberapa jam saat Genta membangunkannya.

"Ya sudah, aku menggunakan bus saja untuk berangkat, tapi nanti setelah Kakak bangun. Ambilkan motorku, tinggal mengambilnya saja. Ya, kak?"

"Hmmm …," gumam Gala yang masih mengantuk.

Setelahnya Genta segera berangkat ke kampus, dia tidak ingin di hari pertamanya masuk kuliah, dia terlambat. Sebenarnya bisa saja Genta meminta bantuan Kavin untuk menjemputnya tapi dia tidak ingin terus menyusahkan Kavin.

Genta lebih memilih untuk menggunakan bus, walaupun Gala melarangnya untuk pergi menggunakan bus. Mungkin karena Gala terlalu lelah, membuat Gala mengiyakan apa yang Genta katakan. Dia juga menyembunyikan luka yang dia dapat kemarin saat dia terkena pukulan dari lawannya. Gala selalu pulang dengan luka baru, Genta akan sangat marah saat tahu kalau Gala mendapatkan luka baru di tubuhnya. Walaupun begitu, Genta tetap membantu mengobatinya.

"Kau berangkat sendiri?" tanya Kavin.

"Ya, kenapa?" jawab Genta.

"Tidak biasanya," ejek Kavin. "Pangeran satu ini pasti akan diantarkan Kakaknya saat tidak membawa motor kesayangannya," sindir Kavin.

"Sudah tutup mulutmu itu, ayo kita masuk," ucap Genta. Mereka kemudian berjalan masuk ke kampus mereka yang baru.

Kavin menghentikan langkahnya saat di ingat sesuatu. "Oh ya, ini ada surat untuk mu. Sepertinya tentang pendaftaran mu waktu itu," ucap Kavin.

"Kau sudah membukanya?" tanya Genta. Dan mendapatkan gelengan dari Kavin.

Kavin dan Genta memang berteman sejak mereka sekolah menengah pertama. Dia orang pertama yang mengajak Genta berteman.

Mereka contoh sahabat sesungguhnya, Kavin selalu ada untuk Genta begitu juga Genta. Kavin juga orang yang dipercaya Gala untuk berteman dengan Genta.

Tentang surat yang diberikan oleh Kavin, entah apa isi surat itu. Kenapa Genta tidak mengalamatkan surat itu ke apartemen Gala? Setelah membuka dan membaca hasilnya, Genta merasa senang saat di sana tertulis kalau dirinya lolos.

***

Gala baru membuka mata saat ponselnya terus berbunyi, saat akan di jawab ponselnya mati karena habis daya. Membuat Gala yang niatnya ingin menikmati waktu tidurnya sekarang harus bangun. Dia teringat dengan yang dikatakan adiknya untuk mengambilkan motornya di bengkel. Gala segera beranjak dari tempat tidurnya setelah meletakkan ponselnya untuk isi daya.

Setelah membersihkan dirinya, Gala berjalan ke dapur untuk mencari makan. Ada beberapa bekas luka di kening hingga sudut bibirnya, tapi hal itu biasa Gala dapatkan.

Semalam, Gala menyelamatkan seorang wanita yang entah apa rencana Hardana kepada wanita tersebut, sampai dia ingin menyekapnya. Padahal menurut Gala, dia itu bisa dipercaya untuk menjadi mata-mata tapi Hardana percaya saja dengan orang kepercayaannya, membuat Hardana gelap mata dan menghajarnya. Gala menerima setiap pukulan dari Ayahnya tanpa perlawanan. Hal kotor yang selalu Ayahnya lakukan adalah melampiaskan emosi dengan menghajar ataupun mencelakai bawahannya, tidak peduli itu seorang wanita.

Saat sedang duduk di meja makan, Gala melihat selembar kertas di lantai, Dia segera melihatnya. Terlihat sebuah brosur tentang sekolah kepolisian.

Terlintas dalam pikiran Gala,  apa Genta mencoba menutupi sesuatu darinya. Bagaimana brosur itu ada di rumah, Gala saja tidak pernah memberikan brosur itu kepada Genta. Namun, Gala mencoba berpikir kalau brosur itu hanya tawaran dari sekolahnya dulu. Pelatih taekwondo Genta pernah menawari Genta untuk menjadi seorang polisi tapi Gala langsung menolak tanpa Gala berpikir kalau Genta akan menyetujuinya. Genta sangat tahu, kalau hal itu tidak akan mendapat persetujuan dari Gala.

Sesampainya di kampus, Gala segera menghubungi Genta.

"Kau dimana?"

"Kakak sudah di depan kampusmu," lanjut Gala yang sengaja menjemput Genta.

"Aku baru keluar kelas, aku akan segera ke sana."

Setelah menunggu beberapa menit, Genta segera masuk mobil Gala. Saat baru masuk mobil, hal pertama yang Genta lakukan hanya menghela nafas saat melihat luka di wajah Kakaknya.

"Setidaknya pulanglah dengan kondisi baik-baik saja, jangan pulang membawa luka.” Genta tahu kalau Gala tidak akan suka pembahasannya.

"Bisa kita pergi sekarang?" tanya Gala  dan langsung mendapatkan anggukan oleh Genta.

"Oh ya, apa kakak sudah mengambil motorku di bengkel?"

"Kita ambil berdua, setelah bangun aku langsung menjemputmu. Aku belum sempat mengambilnya.”

"Selalu saja seperti itu."

Di dalam mobil. Mereka tidak banyak bicara sampai Gala teringat tentang brosur yang ditemukan tadi.

"Kaka menemukan brosur tentang akademik kepolisian, apa itu milik mu?" tanya Gala.

"Itu …,"

"Jawab saja, aku tidak akan marah," tegas Gala.

"Itu brosur yang pelatih berikan waktu itu,” jawab Genta.

"Kau mencoba mengikuti tesnya?"

"Tidak," jawabnya.

Setelahnya tidak ada perbincangan antara mereka, hanya Genta yang menceritakan awal kuliahnya tanpa Gala menjawabnya. Dia memang seperti itu kalau moodnya sedang buruk.

Tadi sebelum berangkat, Gala dihubungi anak buahnya agar segera datang karena polisi menggagalkan transaksi yang sedang mereka jalankan. Hal ini belum terdengar ke telinga Ayahnya, sampai Ayahnya tahu, Gala pasti akan dihajar habis-habisan. Karena bisnis yang digagalkan ini sangat menguntungkan untuk Ayahnya.

"Segeralah pulang setelah ini, aku tidak mau mendengar apapun selain kau mendengarkanku," tegas Gala.

"Ibu sedang menunggumu, di ada apartemen."

"Ibu? Tidak biasanya." Genta terlihat senang mendengar kalau ibunya datang.

"Ibu ingin makan malam bersama, jadi temani Ibu dulu."

"Memangnya kakak mau kemana?"

"Aku harus menemui Ayah."

"Dan ya, aku menyuruh seseorang datang bersama Ibu jadi tidak perlu merasa risih dengan mereka," ucap Gala. Dia memerintahkan salah satu anak buahnya untuk menjaga Ibunya.

Genta hanya menganggukkan kepala, isyarat bahwa dirinya mengerti. Gala sedang tidak ingin dibantah, terlihat dari sorot matanya dia sedang memikirkan sesuatu tanpa Genta bertanya dia tahu kalau Gala sedang merasa tertekan.

Dan benar saja, belum juga mendengarkan penjelasan Gala, Ayahnya sudah melemparinya dengan gelas yang tak jauh darinya.

"Kau selalu bersikap bodoh!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status