Share

Bab 4 ~ Terobsesi

Penulis: Kinan Larasati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-15 22:23:25

Aurelyn kini sudah sampai di depan hotel mewah tempat Zephyr menginap. Langkahnya terasa berat, seolah setiap tapak menuju lobi itu membawanya lebih dekat pada kehancuran. Pukul delapan lewat dua puluh menit. Dia tahu, Zephyr pasti sudah menunggunya.

Awalnya, dia benar-benar tak ingin datang. Rasa takut, malu, dan marah bercampur jadi satu membuatnya hampir membatalkan niat berkali-kali. Tapi bayang-bayang pesan terakhir dari Zephyr membuat hatinya ciut. Ancaman itu terlalu nyata untuk diabaikan.

Aurelyn tak bisa membayangkan jika foto itu sampai tersebar. Bukan hanya dia yang akan hancur, tapi juga keluarganya. Walau, Aveiro sendiri berselingkuh darinya, tapi tidak ada bukti fisik. Berbeda dengannya, Skandal yang menyebut dirinya pernah tidur dengan kakak iparnya? Itu akan jadi bencana yang tak bisa ditebus.

Dengan napas bergetar, dia memasuki lift menuju lantai paling atas.

“Tenang, Jesse. Kamu harus bisa hadapi ini dan selesaikan dengan cepat,” gumamnya menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia lakukan berulang kali.

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai yang dituju, dengan langkah berat, dia membawa langkahnya keluar dari lift dan berjalan menuju kamar di mana Zephyr berada.

Sesampainya di depan pintu kamar, wanita itu kembali gugup dan ragu. Apa tindakannya ini salah atau benar.

“Yakin, Jesse. Kamu bisa!” batinnya memberi semangat. Akhirnya, dia pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu di depannya dengan ragu.

Tok! Tok! Tok!

Tak butuh waktu lama, pintu terbuka perlahan, dan Zephyr berdiri di ambang pintu, mengenakan kemeja longgar dan celana santai, senyum miring terukir di wajahnya.

"Terlambat 20 menit, Hm..?”  ucapnya sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. ”Tapi, aku maklum. Kamu pasti sibuk bergulat dengan hati nuranimu." lanjutnya dengan ekspresi mengejek.

“Apa kita akan mengobrol seperti ini?” tanya Aurelyn dengan nada sinis.

“Silakan masuk. Bukannya kemarin kamu tidak ragu untuk masuk ke kamarku?”  godanya membuat Aurelyn mendengus kesal sekaligus malu.

Zephyr menutup pintu setelah Aurelyn masuk. Wanita itu masih berdiri kaku di tempatnya dengan keadaan canggung.

“Eh?” Aurelyn terkejut saat Zephyr dengan kurang ajarnya memeluk tubuh Aurelyn dari belakang. “Apa-apaan kamu? Kamu sudah gila!” dengan cepat Aurelyn melepaskan diri dan berbalik ke arah Zephyr dengan sorot mata tajam penuh amarah.

“Aku, gila?” Zephyr malah terkekeh di sana sambil melipat kedua tangannya di dada. “Aku hanya merindukan Wanita ku.”

“Aku bukan wanitamu, ataupun milikmu!” ucapnya dengan tajam.

“Benarkah? Bukankah aku yang pertama untukmu dan kamu melarangku untuk berpaling darimu.” Zephyr berjalan mendekati Aurelyn yang penuh siaga. Menyadari Zephyr bergerak semakin dekat, Aurelyn pun bergerak mundur sampai akhirnya Zephyr menangkap lengan Aurelyn supaya wanita itu tidak terus menghindar. “Aku sudah memberi tanda pada tubuhmu. Dan kini, kamu milikku, wanita ku!” ucapnya penuh penekanan.

“Sebenarnya, apa yang kamu inginkan, Tuan Zephyr. Kejadian kemarin, jelas adalah kesalahan karena aku sedang mabuk,” ucap Aurelyn.

“Tapi, kamu mengingat semuanya, bukan? Kamu bahkan menikmatinya,” ujar Zephyr. “Kesalahan? Baiklah kalau kamu menyebut itu sebagai sebuah kesalahan. Bukankah itu adalah kesalahan terindah? Dan aku, sangat menyukainya.” Seringai terukir di bibir Zephyr yang seksi. Sorot matanya yang tajam berhasil membuat Aurelyn berdebar kencang dan sangat gugup, entar karena rasa takut atau terintimidasi, yang jelas, dia merasa sangat gugup.

Aurelyn menepis lengan Zephyr yang masih mencengkeram pergelangannya.

"Aku tidak datang ke sini untuk mendengarkan ocehanmu," katanya tajam. "Aku datang karena aku tidak ingin kamu menghancurkan hidupku... atau hidup adikmu."

Zephyr mendongak, ekspresinya berubah menjadi sedikit serius. Namun, senyuman itu tetap tak hilang sepenuhnya.

"Aku tidak berniat menghancurkan apa pun," katanya tenang. "Aku hanya... ingin memastikan bahwa kamu tidak pura-pura lupa pada malam yang luar biasa itu. Karena bagiku, itu lebih dari sekadar 'kesalahan akibat mabuk'."

Aurelyn memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan dirinya. Hatinya seperti diperas. Dia merasa jijik pada dirinya sendiri karena ada bagian dari dirinya yang masih mengingat dengan sangat jelas bagaimana rasanya malam itu—dan betapa dia tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa tubuhnya memang merespons sentuhan Zephyr. Tapi itu bukan cinta. Itu bukan keinginan. Itu jebakan. Jerat yang kini mencekik lehernya perlahan.

"Zephyr..." Aurelyn membuka mata, menatap pria itu lurus-lurus. "Aku tidak mencintaimu. Aku akan menikah dengan Aveiro. Hubungan kita… apapun yang kamu pikir pernah ada, tidak nyata!"

"Ah, tapi sayangnya..." Zephyr menyentuh dadanya, pura-pura terluka, "bagiku, itu sangat nyata. Dan kamu tahu apa yang lebih menyakitkan? Kamu bisa menghapus semuanya dengan satu kata tidak nyata, sementara aku... masih mencium aroma rambutmu dari bantalku pagi ini."

Aurelyn menahan napas, tubuhnya menegang.

"Kamu gila!" gumamnya.

Zephyr tersenyum kecil, lalu melangkah ke meja kecil di samping ranjang dan mengambil ponselnya. Ia mengangkat layar, memutar layar ke arah Aurelyn, memperlihatkan file yang ia simpan dengan nama: Aurelyn - Malam Itu.

“Tidak!” Aurelyn langsung maju dan berusaha merebut ponsel itu, tapi Zephyr lebih cepat mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Aku tidak akan mengirimnya… kalau kamu tetap jadi milikku."

Aurelyn terdiam. Dadanya naik-turun, napasnya tidak teratur.

“Kamu… kamu mau menyanderaku seumur hidup?” tanyanya dengan suara bergetar.

"Kalau itu satu-satunya cara agar kamu tetap bersamaku, maka iya." Zephyr menatapnya lurus. "Kamu bisa membenciku. Kamu bisa memukulku, menamparku, memaki aku setiap hari. Tapi kamu akan tetap jadi milikku, Aurelyn. Aku tidak akan melepaskanmu."

Aurelyn memundurkan diri pelan-pelan. Tangannya mengepal di sisi tubuh. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa seperti boneka yang dikendalikan oleh tali-tali tak terlihat, oleh rasa bersalah, rasa takut… dan ancaman.

“Dan kenapa kamu sangat takut? Bukankah Aveiro juga mengkhianatimu? Bahkan di pesta yang ada tunangannya sendiri, dia berani mencium wanita lain. Kenapa kamu tidak melakukan hal yang sama? Menjadikanku sebagai selingkuhanmu. Aku tidak keberatan untuk jadi yang kedua,” ucap Zephyr dengan santai sambil membelai rambut Aurelyn dengan lembut. “Asalkan, hanya aku yang boleh mencium dan tidur denganmu. Aku melarang keras, pria lain menyentuhmu!” ucapnya penuh penekanan dan sorot mata tajam yang mengintimidasi.

Aurelyn menepis tangan Zephyr yang menyentuh rambutnya, kali ini dengan lebih keras.

“Kamu benar-benar sakit jiwa,” desisnya dengan nada rendah namun penuh amarah. “Kalau kamu berpikir aku akan menjadikanmu selingkuhanku, kamu salah besar. Aku bukan milik siapa pun—termasuk kamu!”

Zephyr mendekat, tapi Aurelyn tidak lagi mundur. Dia berdiri tegak, meskipun lututnya terasa lemas dan jantungnya berdegup kencang.

“Aku mungkin sudah melakukan kesalahan besar saat itu, tapi bukan berarti aku akan membiarkan kamu mengendalikanku seumur hidup,” lanjut Aurelyn, matanya menatap tajam. “Aku menyesal, bukan karena malam itu terjadi, tapi karena aku mempercayaimu. Aku kira kamu masih punya sisi manusia, ternyata kamu cuma predator!”

Zephyr menghela napas pelan. Tatapannya yang awalnya tajam kini berubah gelap, hampir seperti bayangan yang menyelimuti wajahnya.

“Lalu, kamu mau apa sekarang? Pergi? Melapor ke polisi? Silakan. Tapi kamu tahu risiko kalau foto dan video itu tersebar. Kamu tahu apa yang akan terjadi dengan reputasi keluargamu, dan Aveiro...” ia tersenyum tipis, penuh jebakan, “dia akan hancur. Bukan hanya sebagai tunanganmu, tapi juga sebagai pria yang dikhianati oleh kakaknya sendiri.”

Kata-katanya seperti cambuk bagi Aurelyn. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa ingin berteriak.

Tapi, di balik ketakutannya, keberanian mulai muncul. Ia sadar, selama ini, Zephyr terus memberi ancaman karena tahu Aurelyn takut. Tapi, kalau ia terus bertahan dalam ketakutan, ia akan selamanya jadi boneka dalam permainan pria itu.

“Aku akan pergi malam ini. Tapi bukan karena aku setuju. Aku butuh waktu… untuk berpikir. Dengar, Tuan Zephyr…” Aurelyn menatapnya lurus, penuh ketegasan yang belum pernah muncul sebelumnya, “Kamu tidak bisa mengendalikan dengan ancamanmu!”

Ia berbalik, melangkah cepat menuju pintu. Zephyr tidak mengejarnya. Ia hanya diam, membiarkan pintu tertutup di belakang Aurelyn dengan dentuman pelan… dan sebuah senyum kecil yang penuh teka-teki mengembang di wajahnya.

“Ini jadi semakin menarik. Ah, sial! Aku semakin menginginkannya,” gumam Zephyr dengan seringainya.

Pria itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

“Carikan aku informasi tentang keseharian Jesslyn Edgar, semua aktivitasnya setiap hari, siapa temannya, hobinya secara detail.”

Setelah itu, dia memutuskan samb ungan telepon.

“Kamu akan jadi milikku, Aurelyn… “

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 8 ~ Rapat Direksi

    Bunyi mesin kasir berdenting pelan di antara deru suara pelanggan yang hilir-mudik memesan kopi dan dessert. Aurelyn berdiri di balik meja kasir, senyumnya tak pernah absen, walau dalam hati tubuhnya terasa lelah. Tangannya lincah mencatat pesanan dan menyapa ramah setiap pelanggan.Hari ini tampak seperti hari-hari biasanya—ramai, sibuk, dan penuh aroma manis dari oven yang baru saja memanggang lava cake cokelat yang lembut.Namun, sesuatu terasa berbeda.Aurelyn merasa seperti… diawasi.Tatapan itu begitu menusuk dari kejauhan. Ia mengangkat kepalanya secara refleks, dan matanya langsung bertemu dengan pria berpakaian jas formal rapi. Wajahnya teduh namun tanpa ekspresi. Rambutnya disisir klimis, dan kacamata berbingkai tipis bertengger di wajahnya dengan sempurna. Tapi bukan penampilannya yang membuat jantung Aurelyn berdebar tak nyaman.Melainkan sorot matanya.Tajam. Mengintai. Mengawas.Aurelyn merasa bulu kuduknya berdiri. Pria itu berdiri di dekat rak majalah kecil, seolah han

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 7 ~ Lava Api Neraka

    “Silakan, pesanan Anda. Langsung keluar dari oven,” ucap Aurelyn sembari meletakkan piring dessert cokelat molten lava yang masih mengepul di hadapan Zephyr, lengkap dengan secangkir americano yang aromanya tajam.“Wah, owner-nya langsung yang menyuguhkan,” komentar Zephyr dengan senyum tipis di bibirnya, sambil menegakkan duduknya.“Tentu saja. Aku adalah owner yang sangat ramah,” balas Aurelyn, senyum merekah tapi tatapan tetap menusuk. “Ditambah tamu hari ini yang pertama datang adalah kakak iparku sendiri. Sudah seharusnya aku melayani dengan spesial.”Zephyr mengangkat alis, bibirnya tersungging. “Agh… kamu mendadak manis. Padahal tadi seperti singa betina minta kawin.”Aurelyn langsung mencibir, menarik nafas dalam-dalam seperti sedang menghitung mundur dari sepuluh agar tidak melemparkan loyang ke kepala pria di depannya.“Kalau bukan karena kamu kakaknya Aveiro, udah kubakar nih kemeja putih kamu,” desisnya sambil berkacak pinggang.Zephyr tertawa pelan, menikmati sekali reaks

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 6 ~ Penguntit

    Udara pagi membawa aroma kopi yang menggoda dan suara lonceng kecil berdenting saat pintu kaca dibuka.Aurelyn melangkah masuk ke dalam La Vie Sucrée, café kopi dan dessert yang ia bangun dari nol, dan yang kini menjadi kebanggaannya. Interior bergaya vintage-modern itu langsung memberi kesan hangat. Meja-meja kayu natural, lampu gantung temaram, serta aroma manis dari oven yang baru saja mematangkan cinnamon roll menjadi sambutan yang tak tergantikan setiap pagi.“Hai, Kak Lyn!” sapa Livia, salah satu barista muda dengan senyum semangat.“Pagi, Kak!” ujar Nico, pegawai kasir yang sedang sibuk menyusun struk pesanan.“Pagi, kalian berdua. Udah siap tempur, belum?” Aurelyn tersenyum, meletakkan tas tangannya di balik meja kasir.“Selalu siap kalau bosnya rajin bantuin kayak gini,” goda Livia sambil mengedipkan mata.Aurelyn terkekeh. Walau dirinya pemilik café, ia tak pernah segan membantu. Baginya, menyapa pelanggan, meracik kopi, atau sekadar menerima pesanan di kasir, adalah bagian

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 5 ~ Makan Malam Bersama

    “Aku bisa gila karena memikirkan pria itu!” keluh Aurelyn berguling di atas ranjang dengan perasaan kacau.Seharian ini, dia tidak keluar dari kamar karena memikirkan perkataan Zephyr kemarin. Bisa-bisanya pria itu ingin jadi selingkuhan dari tunangan adiknya sendiri.Aurelyn menatap langit-langit kamar yang kosong, lalu mengubur wajahnya ke bantal dengan frustrasi. "Kenapa hidupku jadi serumit ini?" gumamnya.Ponsel di atas nakas terus-menerus bergetar. Sudah puluhan pesan masuk dari Aveiro, bahkan dari sahabatnya yang penasaran ke mana Aurelyn menghilang. Tapi semuanya diabaikan.Yang terngiang justru suara Zephyr."Asalkan hanya aku yang boleh mencium dan tidur denganmu.""Aku tidak keberatan jadi yang kedua.""Kamu milikku, Aurelyn.""Aaaargh!!" Aurelyn berguling sekali lagi dan duduk di pinggir ranjang. Rambutnya berantakan, matanya sembab karena kurang tidur, dan pikirannya tak kunjung tenang.“Aku harus keluar dari kekacauan ini. Harus!” tekadnya mulai muncul. Ia bangkit dan be

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 4 ~ Terobsesi

    Aurelyn kini sudah sampai di depan hotel mewah tempat Zephyr menginap. Langkahnya terasa berat, seolah setiap tapak menuju lobi itu membawanya lebih dekat pada kehancuran. Pukul delapan lewat dua puluh menit. Dia tahu, Zephyr pasti sudah menunggunya.Awalnya, dia benar-benar tak ingin datang. Rasa takut, malu, dan marah bercampur jadi satu membuatnya hampir membatalkan niat berkali-kali. Tapi bayang-bayang pesan terakhir dari Zephyr membuat hatinya ciut. Ancaman itu terlalu nyata untuk diabaikan.Aurelyn tak bisa membayangkan jika foto itu sampai tersebar. Bukan hanya dia yang akan hancur, tapi juga keluarganya. Walau, Aveiro sendiri berselingkuh darinya, tapi tidak ada bukti fisik. Berbeda dengannya, Skandal yang menyebut dirinya pernah tidur dengan kakak iparnya? Itu akan jadi bencana yang tak bisa ditebus.Dengan napas bergetar, dia memasuki lift menuju lantai paling atas.“Tenang, Jesse. Kamu harus bisa hadapi ini dan selesaikan dengan cepat,” gumamnya menarik napas dalam-dalam da

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 3 ~ Pria yang Licik

    “Aurelyn?”Aurelyn sangat terkejut saat dia membuka pintu kamarnya. Zephyr telah menipunya, ternyata yang ada di balik pintu adalah Aveiro.“Ada apa?” tanya Aveiro di sana menyadarkan lamunan Aurelyn.“Um… Bukan apa-apa,” jawab Aurelyn tersenyum manis di sana.“Kapan kamu pulang? Kenapa tidak menghubungimu? Aku mencarimu sejak tadi,” ujar Aveiro menatap Aurelyn dengan intens.Wanita itu berdehem kecil, jantungnya berdebar kencang karena gugup. Dia pikir, yang tadi datang adalah Zephyr. Dan, apa yang dia pikirkan, tidak mungkin Zephyr nekad datang ke rumahnya.“Aurelyn?”panggil Aveiro kembali menyadarkan lamunan Aurelyn di sana. “Ada apa? Apa kamu sakit?”Aurelyn menggeleng cepat, mencoba menguasai dirinya yang kalut. "Nggak, aku cuma... kurang tidur. Makanya agak linglung," kilahnya sambil menghindari tatapan Aveiro.Namun, Aveiro tak langsung percaya. Ia melangkah masuk tanpa diundang, menutup pintu kamar Aurelyn dan berdiri tepat di hadapannya. Tatapannya tajam, seolah membaca isi h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status