Share

Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku
Kakak Iparku Benalu Rumah Tanggaku
Author: Lestari Zulkarnain

1

KETIKA KAKAK IPAR KEMBALI

Part 1

NEW CERBUNG

==============

"Mas, kabarnya Mbak Ghina dan Mas Anton mau pulang kampung, apa benar?" tanyaku pada Mas Adam, suamiku. 

"Kata emak juga begitu," jawab Mas Adam sambil menyeruput kopi susu BCA yang aku buat.

Aku terdiam, tidak dapat aku bayangkan jika mereka benar pulang, maka kami akan tinggal satu atap. Di sini, di rumah ini. Rumah peninggalan mertua yang telah dibagi dua, untuk Mas Adam dan Mbak Ghina. Namun sesuai kesepakatan, Mas Adam yang akan membayar.

Sebenarnya tidak masalah karena rumah ini masih ada bagian milik Mbak Ghina kerena Mas Adam belum menggantinya. Namun jika harus bersama-sama dengan mereka dan satu rumah kemudian dalam jangka waktu yang lama, duh, tidak bisa aku bayangkan. Sehari saja dengannya, badan remuk semua karena au tahu kalau Mbak Ghina pemalas dan otoriter.

"Mas, lalu bagaimana dengan kita?"

Aku memgerucutkan bibir.

"Ya kita tetap di sini, memang mau kemana, to? Rumah ini lega, kok. Kamarnya ada 5. Buat kita dua, Emak satu, dan Mbak Ghina dua. Pas."

Ah, tetap aku tidak nyaman. Kita lihat nanti, Mas, jika memang dirasa tidak nyaman, aku minta pindah. 

.

.

Ternyata lebih cepat dari perkiraan. Mas Anton dan Mbak Ghina pulang lebih cepat satu minggu. Harusnya bulan depan, tetapi kurang seminggu sudah pulang. Mobil truk yang membawa barang-barang Mbak Ghina telah sampai dan parkir di depan rumah.

Mbak Ghina adalah kakak kandung Mas Adam Wirayuda--suamiku yang berprofesi sebagai tentara. 

Suaminya Mbak Ghina bekerja di Perusahaan dengan posisinya sudah bagus, entah kenapa tiba-tiba mengundurkan diri dan meminta pulang ke sini. 

Barang-barang Mbak Ghina sangat banyak dan katanya masih ada di Jakarta. Rumahnyapun dikontrakkan. 

"Hawa, aku pinta kamar ini, ya!" ujar Mbak Ghina sambil menunjuk kamar yang aku tempati dengan Mas Adam. Memang kamar itu sangat luas dan paling luas diantara kamar yang lain. 

"Tapi, Mbak, kan sudah kami tempati," ujarku.

"Tapi aku mau kamar itu, nanti beresin, ya," ucap Mbak Ghina kemudian meninggalkanku dan membereskan barang yang lain. Aku hanya melongo. Bagaimana ini, Mbak Ghina tipe wanita tegas dan tidak mau terbantah. Dari dulu. Jika menginginkan kamar itu, ya harus dituruti. Ah, sebaiknya aku menelpon Mas Adam. 

"Assalamualaikum," sapaku. Alhamdulillah langsung dijawab.

"Iya, ada apa, W*," balas Mas Adam.

"Mas, Mbak Ghina minta kamar kita dan kita disuruh pindah, bagaimana?" ucapku langsung nyerocos saja. 

"Ya nggak bisa gitu," balas Mas Adam. 

"Mas Adam aja yang bicara, aku nggak mau."

"Memang kamu nggak bisa bicara sendiri?" balas mas Adam. 

"Nggak!" lagsung kututup karena Mbak Ghina datang. 

"Gimana, W*." Mbak Ghina kembali menayakan membuatku bingung.

"Mbak, nunggu Mas Adam, ya." Mbak Ghina, wanita yang lebih tua dariku lima tahun itu mengangguk.

Saat aku ikut membereskan barang-barang kakak ipar, Emak mertua datang. 

"Ghina, kamarmu yang itu, dan sebelahnya buat Anggi," ujar Emak memberitahu. 

"Aku mau kamar yang ini, Mak. Kamar ini lebih gedhe," ujar Mbak Ghina membuatku kesal sendiri. Egois banget, tak bisakah mengerti dikit. Untuk merebut tempat yang sudah kami tempati tahunan ini. 

"Yo nggak bisa gitu to, Ghin, ini sudah ditempati sama Adam dan Hawa, harusnya kamu ngerti," tegas Emak. 

"Nggak, Mak, aku mau kamar ini titik!" tegas Kakak iparku yang keras kepala itu. 

"W*, cepet keluarin barangnya!"

"Nunggu Mas Adam," ujarku. Apakah tidak berfikir mengeluarkan barang-barang itu capeknya tidak ketulungan. Padahal aku tidak rela jika harus pindah kamar. Barangku banyak, tempat tidur berat. Kenapa, sih, harus memaksakan begitu. 

"Kelamaan, aku ingin menatanya dan segera beristirahat," desaknya. 

"Mbak Istirahat saja, nanti kalau Mas Adam datang, biar ia yang membereskan."

Akhirnya Mbak Ghina masuk ke dalam kamar yang memang seharusnya untuknya. Sementara suaminya hanya menurut. 

Heran, sudah benar bekerja di Jakarta, kenapa harus keluar dan pulang kampung? di sini mau ngapain? sekarang cari kerja susah. Apa mau mengurus sawah? 

Aku masih bertanya-tanya dalam hati. 

-------

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status