Share

5. Makan Malam

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2024-05-23 17:02:31

Tepat pukul lima sore, satu pesan masuk melalui telepon genggamnya.

Zack: Jangan telat pulang! Dan jangan lupa, pesankan makananku, juga bawakan aku champagne.

Satu jam kemudian, Aurora telah siap dengan permintaan Zack. Namun, ia berdecak kala menyadari jika satu-satunya gaun yang ia miliki adalah gaun terbuka yang memamerkan bagian atasnya.

Karena tidak ada waktu lagi untuk membeli gaun baru, Aurora pun memakai gaun tersebut. Tentu, ia menambahkan sebuah scarf di leher untuk membantu menutupi tulang selangkanya—meski kenyataannya, scarf itu justru membuat penampilannya tidak lebih baik.

Kemudian, karena masih ada satu tugas yang harus ia emban—yakni mengambil champagne kesukaan Zack, ia pun segera bergegas. Malang, sesampainya di sana … stok terakhir minuman itu telah terjual ke orang lain.

“Bukankah aku sudah memesan lebih dulu?” Aurora memastikan lagi pada pelayan di sana.

Suara berat kemudian terdengar dari arah samping Aurora. “Anda juga memesan minuman ini, Nona?”

Wanita itu menoleh cepat. Ia menemukan seorang lelaki tampan berwajah karismatik berdiri di sampingnya.

Lelaki itu membawa sebotol champagne favorit Zack. “Iya, itu pesananku.” Aurora menatap lelaki itu dengan pandangan memohon. “Maaf, tapi bolehkah aku yang mendapatkannya? Aku akan membayarnya dua kali lipat!”

Lelaki itu tampak menimbang sembari menatap penampilan Aurora.

Sontak, Aurora yang sadar ke mana arah pandangan liar lelaki itu lantas membenarkan letak scarfnya.

Dengan buru-buru, dan juga karena malas meladeni lelaki itu lebih lama, Aurora mengambil botol tersebut.

Dengan tergesa-gesa, ia berkata, “Tolong tinggalkan saja nomor telepon dan nomor rekening Anda di resepsionis.  Saya janji akan membayar minuman ini dua kali lipat.”

Setelahnya, Aurora melesat dengan champagne di tangan.

Begitu sampai di hotel, dadanya bergemuruh hebat. Terlebih, saat ia memasuki lift hotel.

Dengan langkah sedikit ragu, Aurora menuju sebuah kamar yang ia yakini adalah kamar yang Zack pesan.

Ia mengatur napas dalam, sebelum akhirnya membuka pintu kamar. Pandangan Aurora terperangah.

Kamar itu sepi. Hanya ada meja bundar di tengah ruangan yang telah dirangkai cantik disertai bunga. Peralatan makan berwarna perak juga telah siap di atasnya.

Aurora bernapas lega. Semua ini sesuai pesanannya. Namun, kelegaannya itu tidak berlangsung lama. Sebab—

“Wangimu enak.”

Suara itu tepat terdengar di telinga Aurora. Ia bergidik, karena embusan napas itu terasa hangat di tengkuknya.

Cepat, ia membalikkan tubuh dan mundur beberapa langkah.

Zack berdiri gagah di hadapannya dengan setelan jas lengkap.

“Oh, hai, Zack!” Ia berusaha menyapa sesantai mungkin. “Makan malam untuk merayakan ulang tahunmu sudah siap.”

Zack mengamati meja dengan hidangan. Lalu, memandang Aurora yang berdiri kaku di depannya. 

"Lepas scarf-mu."

"Tidak. Aku takut kedinginan."

Seringai muncul di wajah Zack mendengar ucapan Aurora. "Aku bisa memelukmu."

Aurora menahan dengusannya, tetapi kemudian ia melepas scarfnya dengan sembrono. Gerakannya sengaja dibuat kasar, tidak elegan karena ia tidak berniat untuk menggoda Zack.

“Ayo, makan!”

Wanita itu sengaja mendahului Zack duduk di meja makan malam mereka. Ia menuangkan champagne ke gelas Zack, sementara gelasnya sendiri hanya ia isi dengan air mineral.

“Kenapa tidak minum?” Lelaki itu mengerutkan dahi. “Kamu seperti tidak menghargaiku!” Kemudian, ekspresi wajah lelaki itu terlihat kesal.

Melihat hal itu, Aurora mengembuskan napas panjang. Akhirnya, wanita itu terpaksa menuangkan sedikit champagne itu ke gelasnya yang lain.

“Bolehkah aku reimburse biaya champagne ini ke kantor sebagai rincian pembelian hadiah ulang tahunmu?”

Mulanya, Zack bingung. Namun, setelah Aurora bercerita perjuangannya mendapatkan champagne ini, lelaki itu mengangguk. 

Sejenak keduanya makan dalam diam. Aurora melirik Zack yang makan dengan elegan dan tanpa protes.

Aurora sengaja memesan menu dengan kandungan yang membuat cepat mengantuk. Dipastikan, setelah makan, Zack akan lemas. Aurora pun terbebas dari rayuan lelaki gagah itu.

"Enak?" Basa basi, Aurora bertanya pada Zack yang telah menghabiskan setengah supnya di mangkuk.

"Enak." Zack menjawab singkat.

Aurora tersenyum puas. Semoga saja efek makanan itu akan cepat bekerja. Ia kembali memutar otak agar mendapatkan topik perbincangan menarik.

"Sebelum berangkat ke sini, aku melihat sekuriti membawa beberapa kotak hadiah lagi untukmu."

"Hem."

"Bahkan ada yang menghadiahimu dengan kontrak kerjasama baru."

"Aku tidak mau membahas pekerjaan sekarang."

Makanan Zack di mangkuk habis. Dengan sigap, Aurora memberikan hidangan lain. Zack kembali makan dengan tenang.

"Lalu, kamu mau bicara tentang apa?"

Zack mengelap bibirnya dan menjawab, " Ceritakan tentang dirimu."

"Tidak ada yang menarik. Kamu akan bosan." Aurora menjawab cepat.

Aurora melirik Zack yang berkata bahwa ia sama sekali tidak tau apa pun tentang Aurora. Padahal, Aurora sudah banyak mengenal tentang kebiasaan dan pribadi Zack.

Tentu saja Aurora mendengus pelan mendengar ucapan Zack. Ia menjawab bahwa jika Zack rajin membaca pesan di grup keluarga mereka, ia akan lebih banyak tau tentang apa yang terjadi pada anggota keluarganya.

“Aku lebih senang mengobrol secara langsung.” Zack memberikan alasannya.

"Kalau begitu, kamu saja yang bertanya."

Senyum nakal terukir di bibir Zack. Aurora sampai merasa risih dipandangi dengan senyum begitu.

"Katakan padaku, berapa ukuran bramu."

Aurora mendengus kesal. Tangannya mengacak-acak makanan di piring tanpa ia makan.

"Kamu sudah sering melecehkanku, Zack."  Akhirnya keluar juga keluhan dari bibirnya. “Jangan merusak suasana! Kita di sini untuk merayakan ulang tahunmu!”

Zack mengembuskan napas. Lelaki itu terlihat mengalah, tidak ingin membuat Aurora semakin kesal padanya.

"Mana hadiahmu?" tanyanya sembari mengulurkan tangan.

Aurora meraih handbag dan mengeluarkan satu kotak sederhana. “Bukan barang mahal. Aku membuatnya sendiri.”

Sebuah gelang rajut hitam dengan batu giok di bagian tengah kini melingkar di tangan Zack.

Ketika ia pikir ritual memberikan hadiah itu telah selesai, Zack justru berdiri. Lelaki itu menarik lengan Aurora hingga kini mereka berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.

“Aku mau hadiah lain. Bisakah kudapatkan malam ini juga?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
blackcoffe
lanjuttt kak rey..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kakak, Jangan Merayuku Terus!   S2.259. Lebih Dari Selamanya

    Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam

  • Kakak, Jangan Merayuku Terus!   S2.258. Sukses Bersama

    Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S

  • Kakak, Jangan Merayuku Terus!   S2.257. Katanya Lelah?

    Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca

  • Kakak, Jangan Merayuku Terus!   S2.256. Anak yang Kurang Beruntung

    Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di

  • Kakak, Jangan Merayuku Terus!   S2.255. Mengasuh Anak-Anak

    Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du

  • Kakak, Jangan Merayuku Terus!   S2.254. Kamu Mau Kencan?

    “Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status