Bagaimana jadinya jika ternyata memiliki kakak angkat yang brengsek, bahkan menawari kenikmatan semalam? Aurora mengalaminya. Aurora diadopsi keluarga Morgan di usia sebelas tahun. Ia tidak pernah bertemu dengan kakak angkatnya yang belajar di luar negeri. Hingga akhirnya pertemuan tersebut terjadi setelah tiga belas tahun kemudian. Zack langsung terpesona oleh kecantikan Aurora. Sifat angkuh Aurora semakin membuat Zack penasaran. Hingga Zack selalu membuat ulah demi mencari-cari perhatian Aurora. Lalu, apa Aurora yang angkuh akhirnya luluh? Apa Zack yang brengsek akhirnya berperilaku baik? Apa mereka jatuh cinta dan direstui keluarga? Baca kisahnya, ya. Jangan lupa, support author dengan komentar positif. Selamat membaca.
View MoreKini, setiap minggu, Felix memiliki jadwal mengunjungi keluarga dari pihak ibunya. Zack tidak pernah mengantar. Ia hanya menyuruh supir dan dua orang pengawal mengawasi putranya.Felix selalu membawa makanan dan makan bersama. Hanya dua jam saja waktu yang ia habiskan bersama mereka.“Apa kamu tidak pernah mengajak Daddymu?” Tante Amel, adik Amber bertanya.“Tidak. Jika Daddy mau ikut, ia akan menemaniku.”“Ajak lah sekali-kali keluargamu.” Kini Ibu Amber juga berkata.Felix tidak menyahut. Ia memang belum paham sepenuhnya. Namun, ia cukup mengerti bahwa Daddynya sangat tidak ingin berhubungan dengan keluarga Amber.Meski begitu, Felix melihat keluarga ibunya memang telah banyak berubah. Mereka tidak lagi mengejar harta Daddy-nya. Mereka sadar bahwa Zack tidak tersentuh.Mereka bahkan sangat berterima kasih karena Felix masih menganggap mereka saudara. Felix berkata itu semua karena Aurora yang memintanya untuk tidak melupakan dari mana kita berasal.Felix kembali ke rumah dan langsun
“Apa? Kamu mendapat seribu dolar dari Kakek?” Nada suara Zack tampak terkejut.“Iya. Kan aku menang lomba berenang melawan anak-anak bangsawan hari ini.”Zack mengerutkan kening. Apa iya ada lomba berenang dengan hadiah yang sebesar itu di parlemen muda?“Ya, sudah. Selamat, ya.”“Terima kasih, Dad. Tolong bilang pada Auntie Inne untuk melihat saldo rekeningku, ya.”“Iya, ya. Sekarang, tolong berikan teleponmu pada Uncle Vigor.”Telepon yang dipegang Haven berpindah ke Vigor. Lelaki itu meminta Haven menemani Marshella yang sedang menyiapkan makan malam.“Zack?”“Hem. Entah ide siapa yang membuat acara dadakan lomba berenang, tetapi aku kesal dengan ide itu.”“Oh? Ada acara lomba berenang?” Vigor pura-pura kaget.“Kamu menyebalkan!”Lalu Zack mendengar sahabatnya terkekeh. Vigor mengatakan saat ini apa pun yang membuat Kakek bahagia, ia akan membiarkannya.Kakek sangat bahagia mengetahui Haven akan datang. Menurut Vigor, semua dipersiapkan secara matang agar Haven memiliki kegiatan ya
Vigor membawa Haven ke toko peralatan golf. Petugas toko memberikan tongkat yang sesuai dengan Haven. Anak kecil mencoba beberapa kali pada area rumput imitasi yang disediakan.Selesai memilih tongkat, Vigor juga memilih perlengkapan golf untuk keponakannya. Tiga stel pakaian golf, sepatu golf, sarung tangan dan topi.“Ternyata perlengkapan golf banyak sekali ya, Uncle.” Haven menggeleng melihat tumpukan barang yang harus ia beli.“Jangan samakan dengan perlengkapan berenang.” Vigor terkekeh melihat keterkejutan Haven.Vigor membayar semua tagihan. Pelayan membawakan barang bawaan tersebut ke mobil, lalu mereka kembali ke kastil.“Kamu terlihat keren sekali dengan perlengkapan golf ini.” Vigor memuji Haven.Haven menatap cermin di dalam mobil. Ia memang sangat percaya diri pada ketampanannya.“Apa menurut Uncle, aku akan bisa menggaet wanita bangsawan dengan pakaian seperti ini?”“Menggaet? Ya Tuhan, Haven. Kamu baru akan berumur tujuh tahun dalam dua bulan ke depan. Jangan lah cepat
“Kenapa kamu memilih olahraga golf?” Vigor bertanya pada Haven saat mereka telah berada di dalam pesawat.“Menurut Daddy, jika menang dalam pertandingan golf, hadiahnya sangat besar.”Vigor meledakkan tawanya. Ia sudah mendengar sepak terjang Haven dalam mengeluarkan uang pribadinya. Lelaki itu menggeleng-geleng dan mengelus kepala Haven.“Memangnya kamu lagi butuh banyak uang?”“Karena aku suka sekali memiliki uang banyak. Aku bisa melakukan apa pun dengan uang.”Dengan polos, Haven bercerita bagaimana ia menggunakan uang pribadinya. Vigor kembali tergelak mendengar bagaimana semua teman-teman sekolah Haven terdengar mendewakan keponakannya itu.“Kamu persis seperti Daddymu.”“Oh ya? Daddy juga begitu?”Vigor mengangguk. “Hanya saja, Daddymu melakukannya saat telah sukses menjalankan perusahaan. Sementara kamu ....”Tanpa menyelesaikan kalimatnya, Vigor hanya tersenyum. Usia Haven masih sangat mudah untuk diceritakan bagaimana prilaku liar Zack saat ia memiliki banyak uang.Untuk men
Aurora dan Zack menatap anak perempuan di ranjang hidrolik sebuah rumah sakit. Kepala sekolah mengabari Aurora bahwa ternyata selama ini Haven juga membiayai perawatan seorang anak kecil perempuan yang merupakan korban tabrak lari.Anak perempuan itu adalah putri dari petugas kantin di sekolah Haven. Tak sengaja, Haven pernah mendengar lelaki itu bicara di telepon sambil menangis.“Terima kasih, Tuan dan Nyonya. Berkat Haven, putri saya sudah membaik sekarang. Saya berhutang budi pada Haven.” Lelaki dan istrinya menunduk dalam-dalam pada Aurora dan Zack.Aurora menggeleng. “Kami baru tau dari kepala sekolah. Ucapkan terima kasih pada putra kami saja.”Lelaki yang memperkenalkan diri dengan nama Mario itu kembali menunduk santun. Ia berkata setiap hari selalu berterima kasih jika bertemu dengan Haven di sekolah.Saat istri dan pasangan suami istri itu bicara, Zack mengamati anak kecil di ranjang. Usianya sebaya dengan putrinya Angel. Sayang nasibnya jauh berbeda.Bahkan menurut cerita,
“Haven sering membawa banyak uang ke sekolah. Ia senang memberikan uang tersebut kepada teman-temannya hingga mendapat julukan Royal Boy.” Guru kelas yang didampingi kepala sekolah melaporkan prilaku Haven pada Aurora dan Zack.“Aku tidak melihat itu sebagai suatu kesalahan.” Zack mengerutkan dahinya. “Bukankah bagus Haven mau berbagi?”Guru kelas tampak saling menatap dengan kepala sekolah.“Maaf, Tuan. Kami rasa itu berlebihan. Haven pernah kedapatan membawa jutaan rupiah.”“Apa ada peraturan tertulis tentang larangan mentraktir teman sekolah? Atau jumlah maksimal yang bisa mereka bawa ke sekolah?”Lagi-lagi, pertanyaan Zack tidak dapat dijawab guru kelas. Kepala sekolah saja terlihat mengembuskan napas perlahan.“Memang tidak ada, Tuan. Tetapi .... ““Kalau begitu, kalian lah yang berlebihan. Haven sering memenangkan pertandingan dan mendapat banyak uang. Jutaan rupiah bukan jumlah yang besar untuk putra kami.”Setelah berkata demikian, Zack menarik pelan tangan Aurora untuk keluar
Zack mengamati berbagai foto yang diberikan detektif yang ia sewa. Semua informasi tentang keluarga Amber ia dapatkan dengan rinci."Jadi benar mereka memang hidup prihatin?""Benar, Tuan. Si Bapak bekerja sebagai petugas kebersihan di galeri. Ibunya sakit dan hanya tinggal di rumah. Anak perempuannya bekerja sebagai pelayan toko.""Oke. Kerja yang bagus."Setelah detektif itu pergi, Zack mengetuk-ngetukkan jari ke meja. Otaknya buntu. Ia bingung harus bagaimana.Akhirnya Zack menelepon Clara. Meskipun ia tau Mami sibuk dengan cucu-cucu, Zack yakin Maminya bisa diajak bicara."Zack? Kamu baik-baik saja?""Hanya sedang bingung, Mi." Zack menyahut."Ada apa dengan Aurora? Biasa, kalau lagi hamil memang suka aneh-aneh. Kamu seperti baru pertama kali saja menghadapi Ibu hamil." Clara menyerocos sendiri lalu terkekeh."Bukan itu, Mamiii.""Oh. Serius ya ini? Ya sudah, ada apa?""Zack mau ketemu Mami. Malas ngobrol di telepon."Satu jam kemudian, Zack dan Clara sudah duduk di sebuah kafe. O
Zack menunda keberangkatan mereka ke galeri. Kini ia, Aurora dan Felix duduk di ruang kerja.Aurora pun tampak bingung melihat laporan bank. Ia dan Zack menatap Felix yang tertunduk.“Ceritakan pada kami, kamu gunakan untuk apa uang sebanyak itu, Felix?”“Maaf, Dad, Mom.”“Sudah, jangan hanya meminta maaf. Langsung saja jelaskan!” Nada suara Zack terdengar tegas membuat Aurora harus menenangkan suaminya.Felix semakin terlihat takut. Aurora bergeser ke samping Felix dan menenangkan putranya dengan mengelus punggung Felix.“Daddy dan Mommy hanya khawatir, Felix. Cerita pada kami, ya.”Felix mengangguk. Ia berkata minggu lalu di galeri, ia bertemu seorang lelaki tua yang menjadi petugas kebersihan. Lelaki itu selalu memperhatikannya.Beberapa hari kemudian, lelaki itu menulis sebuah catatan dan memberikannya kepada Felix. Sempat dicegah pengawal, namun Felix tetap mengambil kertas tersebut.“Apa isinya?”“Hanya mengatakan bahwa ia adalah Kakekku.”Degh. Jantung Zack langsung bertalu ken
“Haven masih kecil, Sayang. Ini tidak normal. Bagaimana anak berumur enam tahun bisa memikirkan menikah dan memiliki istri.” Zack berjalan mondar-mandir di kamar utama.Sementara Aurora lebih tenang. Ia sedang memakai skincare di wajah dan tubuhnya sambil memperhatikan Zack.“Haven seperti itu karena ia tau tidak boleh pacaran.”“Tentu. Tapi, tidak juga dengan memikirkannya sekarang, Sayang.” Zack tetap bersikeras bahwa itu tidak benar.“Kamu tidak ada di grup kelas. Banyak laporan orang tua bahwa anak-anak mereka sudah menyukai teman di sekolah.”“Hah? Masa?”Menurut psikolog di sekolah, anak-anak sekarang memang begitu. Mereka lebih cepat tertarik pada lawan jenis. Kita hanya mengingatkan mereka bahwa saat ini waktunya mereka berteman dengan siapa saja.Namun, tanpa diketahui Aurora, Zack berkeluh kesah pada Kakek Viscout. Akhir-akhir ini mereka memang sering berkomunikasi. Awalnya karena investasi yang diberikan Kakek untuk bisnisnya.Lama-kelamaan, obrolan mereka selalu bergeser k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments