Share

Bab 6 Firasat

Naila terkejut saat tiba-tiba saja gelas air minum yang di pegangnya meluncur jatuh dan pecah berserakan di lantai dan saat ia memunguti pecahan kacanya ia tertusuk dan berdarah.

"Auw," teriaknya saat jemarinya terluka.

Bik Darmi tergopoh-gopoh menghampiri majikannya itu. "Ada apa Nona?"

Ia melebarkan matanya saat melihat tangan sang majikan berdarah dan pecahan kaca berserakan tidak jauh dari kaki majikannya.

"Nona, kemari lewat sini biar saya obati dan setelah itu saya bersihkan lantainya," kata bik Darmi.

"Maaf entah kenapa tangan saya itu licin dan hati saya juga merasa tidak enak, sebenarnya saya sudah menikah, Bik, tetapi karena saya takut suami saya terkena imbas dari masalah saya jadi saya pergi dari rumah meninggalkan suami saya, sebab lelaki itu selalu menteror saya setiap hari," jelas Naila.

"Ya, Allah, Nona. Maaf bukannya saya kurang ajar, tetapi sebaiknya ini dibicarakan dulu sama suami Nona, tetapi kalau itu keputusan Nona, saya dan suami saya akan berusaha menjaga Nona, sekarang Nona ambil wudhu dan sholat minta keselamatan pada gusti Allah agar suami Nona baik-baik saja," Nasehat bik Dar pada majikannya itu.

"Iya, Bik. Bibi sudah saya anggap seperti orang tua sendiri, terimakasih," jawabnya sambil berlalu menuju kamarnya.

Di tempat lain tempat terjadinya Bayu kecelakaan.elihat mobil yang menabrak pembatas jalan dan terbalik, beberapa orang yang ada di kejadian itu pun berkumpul dan dan berusaha menolong Bayu

Mobil ambulan datang membawa tubuhnya yang penuh dengan darah. Jelita yang mendapatkan telpon dari rumah sakit berlari dengan panik, beberapa kali ia terjatuh dan akhirnya masuk dalam mobilnya.

Sekuriti rumahnya yang melihat itu, menghampirinya dan mengetuk kaca mobilnya, jelita membukanya.

"Ada apa, Pak?" Saya sedang buru-buru," jawab Jelita

"Biar saya yang mengemudi, Nona! Anda dalam keadaan tidak baik-baik saja," pinta sekuriti itu.

Jelita pun menyetujuinya, ia menggeser tubuhnya duduk di kursi penumpang dan sang sekuriti masuk ke dalam dan duduk di belakang kemudi. Setelah itu, mobil pun berjalan meninggalkan rumah.

Jelita duduk di depan ranjang sang kakak yang tidak berdaya air matanya terus mengalir tanpa henti sambil menunggu sang kakak sadar

Setelah beberapa jam menunggu akhirnya dia melihat sang kakak mengerjapkan matanya lalu membuka perlahan.

"Aku ada di mana?" tanya Bayu saat membuka matanya dan melihat jelita duduk di depan ranjangnya. Ia menyapukan seluruh ruangan yang serba putih itu

"Kamu ada di rumah sakit, untung saja lukamu tidak terlalu fatal," jawab jelita menatap sendu sang kakak.

"Kenapa aku?" tanyanya sambil melihat kedua kakinya yang dibalut dengan perban begitu pula dengan kepalanya.

"Kamu kecelakaan, Mas, untung saja kau masih bisa selamat, aku takut sekali kehilanganmu, Mas," tutur jelita sambil menangis tersedu.

Bayu tersenyum. "Aku tidak apa-apa, jangan menangis lukaku tidak seberapa," katanya sambil menggenggam jemari tangan adiknya.

"Tidak seberapa, katamu, Mas?" tanya Jelita dengan suara yang meninggi.

"Kau patah tulang, Mas dan kau bilang baik-baik saja?" tanya Jelita melebarkan matanya.

"Kenapa ekpresimu begitu? Masmu ini pria yang sangat kuat, jadi luka semacam ini bukan apa-apa buatku," jawabnya sambil mengerlingkan matanya pada adiknya lalu dia menatap Frans yang berdiri bersandar di daun pintu ruangannya.

"Frans, antar Jelita pulang setelah itu, kembali ke sini ada yang ingin ku bicarakan denganmu!" perintah Bayu pada asistennya itu.

"Apa kau mengusirku, Mas?" tanya Jelita tak percaya.

"Tidak, hanya saja kau baru saja pulang dari Surabaya dan sudah kusibukkan dengan masalahku, percayalah aku baik-baik saja adikku, jangan cemas," sahut Bayu dengan lembut.

"Kau tetap akan mencari Naila, katakan ada hubungan apa Mas Bayu dengannya, hingga dia pergi tiba-tiba?" tanyanya pada sang kakak.

"Saat ini Masmu ini sedang sakit, kenapa kau berondong dengan banyak pertanyaan, lebih baik bantu Masmu ini menjalankan perusahaan di sini bersama Frans. Sekarang pulanglah aku ingin sendiri, Jelita! Maaf aku tidak bisa menjelaskannya padamu saat ini," jawab Bayu

Jelita menghembuskan napasnya. "Kau penuh rahasia, Kak. Aku berjanji akan mencari tahu sendiri ada hubungan apa Mas Bayu dengan Naila."

Jelita menatap sang Kakak, ia tidak mendesak sang kakak yang terlihat Frustasi.

"Baiklah aku akan pulang, tidak perlu di antar aku membawa mobil sendiri tadi," jawabnya sambil beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan keluar ruangan.

"Frans antar dia sampai masuk ke dalam mobilnya, setelah itu segera kembali!" perintah Bayu pada asistennya.

"Baik, Tuan!" jawabnya lalu berjalan keluar menyusul Jelita yang sudah keluar lebih dahulu.

Kaki jenjangnya menapaki koridor rumah sakit dan masuk kedalam lift yang masih terbuka. Jelita melebarkan bola matanya. "Untuk apa kamu menyusulku?"

"Aku hanya menjalankan tugas sepenuh yang diembankan padaku," jawab Frans. jawaban Frans membuatnya mau tidak mau jelita harus berhadapan dengan pria yang menyebalkan itu, sepanjang dia mengenalnya.

Sementara itu, di ruangan yang besar dan mewah seorang pria paruh baya mengamuk membanting apa pun yang ada di ruangan itu. "Kalian bodoh semua! Kenapa tidak bisa menangkapnya? Ahh ...!" teriaknya.

"Prang!" Sesuatu terjatuh sangat kerasnya

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status