Lelaki yang berumur 55 tahun itu menatap nyalang kepada anak buahnya ia begitu kecewa karena mereka tidak mendapatkan Naila, padahal sudah hampir seminggu mereka semua mengintai rumah itu tetapi tidak membuahkan hasil.
"Apa sebenarnya kerja kalian! Cari sampai dapat, bagaimana pun caranya gadis itu harus kalian dapatkan!" teriaknya."Maaf, Tuan. Kami akan segera mencarinya," jawab salah satu dari anak buahnya itu."Pergi, Kalian!" hardiknya pada anak buahnya.Mereka pun dengan cepat keluar dari ruangan tuannya itu sebelum . Pria itu mengepalkan tangannya sangat kuat, ia begitu terobsesi gadis cantik nan cerdas itu. Pria itu tertarik pada Naila pada saat ia menghadiri pertemuan dengan kliennya di Jerman, Gadis itulah yang menjadi penggagas proyek Megah Bintang bersama dengan kliennya itu. Naila mewakili atasannya untuk mempresentasikan dengan sangat piawai dan lugas, membuat hati lelaki itu berdetak sangat cepat padahal dia sudah memiliki tiga orang istri yang sangat cantik -cantik.Polesan kosmetik yang tipis tetap membuatnya sangat cantik, itulah membuat pria paruh baya itu ?mengatur sebuah siasat, agar dia dapat menjebak gadis itu dalam sebuah pernikahan. Namun semuanya berantakan saat tuan Sutoyo Ayah dari Naila menolak mentah-mentah dan rela kehilangan seluruh hartanya.Pria itu memangil seseorang dari saluran interkom. "Masuk dan jelaskan sesuatu!" perintahnya.Seseorang bertubuh kekar dengan sorot mata yang tajam, masuk ke dalam ruangan tuannya."Anda memanggil saya, Tuan?" tanyanya."Yah, apa yang kau temukan?" tanya pria paruh baya itu pada orang yang baru datang ke ruangannya."Kabar yang saya dengar Nona Naila sudah menikah tetapi tidak tahu apakah itu benar atau tidak karena saya dapat informasi, jika pria yang bernama Bayu itu saat ini sedang berada di rumah sakit, karena mengalami suatu kecelakaan dan Nona Naila tidak berada di dekat pria tersebut," jawab pria tersebut."Kenapa Kau mencari informasi tentang gadis itu saja tidak becus, Dron? Kenapa kau tidak sepandai dulu?" keluh pria itu pada salah satu anak buahnya yang bernama Dron itu."Maaf Tuan, sepertinya dia sangat pandai menyembunyikan identitasnya," jawab Dron.Lelaki paru baya itu beranjak dari duduknya dan menghampiri Dron, menatap tubuh pria itu dari bawah hingga atas seolah sedang menilai sesuatu."Potong rambutmu, serta cambangmu lalu dekati adik pria itu, buat ia jatuh cinta padamu lalu korek informasi darinya, jika sudah dapat informasinya terserah kau apakan dia!" perintahnya sambil tertawa.Dron terkejut mendengar perintah tuannya itu, ia tidak mengira tuannya akan bertindak sejauh ini. Dia sangat ragu melakukan tugas ini."Kenapa? Kau tidak bisa melakukannya?" tanya pria paruh baya itu."Bukan begitu, Tuan. Jika saya merubah penampilan saya dia pasti mengenal saya, Jelita adalah teman saya kuliah, Tuan," ungkap Dron."Itu malah lebih baik Dron, kau tidak bisa memilih, aku sudah membelimu bahkan di saat kau masih kecil, kerjakan! Buat gadis itu dan Kakaknya hancur dan cari seseorang untuk bisa menyusup ke dalam rumah sakit itu serta buat Naila menjanda! Jika pria itu mati dan adiknya hancur maka Naila akan muncul pada saat itulah kau dan anak buahmu harus menangkapnya dan membawanya padaku!" perintahnya kembali"Dron!" panggil pria paruh baya itu.Dron terkejut dan langsung mendongak, "Tuan, apa anda yakin? Pria itu belum tentu suaminya dan membunuh di rumah sakit akan beresiko, andaipun berhasil akan meninggalkan jejak dan itu sangat beresiko pada Anda, Tuan!" jelasnya."Lalu apa usulmu, semuanya sudah gagal, Dron!" teriaknya putus asa."Kali ini tolong bersabarlah, Tuan! Saya akan mendekati adik tuan Bayu Itu, setelah mendapatkan informasi dimana Nona Naila berada, kami akan segera bergerak dan saya sudah mengerahkan anak buah saya ke pelosok daerah," jawab Dron."Pergilah, jalankan rencanamu!" Perintah pria paruh baya itu.Dron berjalan dengan gontai, pria malang itu harus mengabdi seumur hidupnya pada pria yang menolong semasa kecil.Ia tidak bisa lepas dari orang yang menyelematkan dari dia kecil dan merawat seperti putranya sendiri walaupun ia tahu pria itu sangatlah lemah dengan seseorang wanita. Pria itu selalu tertarik dengan wanita yang cantik dan cerdas serta berkarakter kuat. Mungkin karena mempunyai kekuasaan dan uang yang membuat pria itu semakin menjadi. Apalagi ketiga istrinya didapat dengan sangat mudah dan tidak menerima penolakan.Ia keluar dari gedung megah itu dan mendapat informasi dari anak buahnya kalau mobil Jelita sedang berjalan dekat sini, dia mulai mengatur strategi.Sementara itu, Jelita yang sedang merasa jengkel pada Frans tidak terlalu memperhatikan jalan, tiba-tiba didepan ada seseorang yang menyebrang membuat jelita terkejut dan dengan cepat menginjak rem dan terhuyung ke depan, ia begitu panik serta merasa mobilnya menabrak sesuatu membuatnya takut.Dengan tubuh gemetar dan tergopoh-gopoh, ia keluar dari mobil dan menghampiri orang yang ditabraknya. "Apa anda tidak apa-apa?" tanyanya."Ti--tidak, Nona. Saya tidak apa-apa saya yang salah," jawab pria itu."Ayo ikut saya ke dokter! Takutnya Anda terluka parah," jawab Jelita.Lelaki itu mendongak menatap gadis itu dan Jelita pun terkejut."Kau Dron, 'kan?" tanya Jelita."Kamu, Jelita?" tanya lelaki itu padanyaJelita pun menarik lengan pria itu. "Ayo ke rumah sakit jangan membantah lagi!" ajaknya pada gadis itu.Pria itu tidak dapat membantah, ia pun mengikuti gadis itu masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah gadis itu. Jelita pun memutar arah mobilnya kembali kearah rumah sakit."Jelita, sudah tidak perlu ke rumah sakit, aku benar-benar tidak apa-apa," bantahannya."Bagaimana tidak apa-apa? Mobilku menyenggol tubuhmu, Kau sungguh memprihatinkan. Kenapa dengan dirimu? Apa yang terjadi?" tanya Jelita beruntun."Mana yang harus kujawab? Terlalu banyak pertanyaanmu, Jelita," jawabnya
Naila keluar dari kamarnya ia mencari bik Darmi. Namun tidak menemukannya.Dia memandang handponenya yang berdering dari tadi dan tidak berhenti. 'Siapa dia? Aku hanya punya nomer pak Nurhan,' pikirnya mulai gelisah.Dalam keadaan seperti ini dia sebenernya membutuhkan Bayu untuk bisa memeluknya erat, dan membawanya ke dalam dada dekapan pria itu.Dengan tangan gemetar, ia menerima panggilan nomer tersebut tanpa bersuara ia menerimanya."Hello, sayang. Berapa kali pun kamu mengganti nomormu, aku akan bisa menemukanmu," terdengar suara seseorang dari seberang membuatnya terkejut dan terpaku. Tangannya begitu lemas hingga tak sanggup memegang handphone dan akhirnya jatuh di lantai.Suara jatuhan yang keras membuat bik Dar yang baru saja masuk terkejut dan segera menghampiri majikannya."Ada apa, Nona?" teriaknya.Bik Dar melihat sang nona terduduk dengan lemas di lantai lalu ia menghampirinya."Apa Nona baik-baik
Dengan hati berdebar, dan penuh rasa ketakutan ia mengambil handphone tersebut mulai menerima panggilan tersebut yang ternyata panggilan video."Hello Nona, ini bibi dan memakai nomernya Bang Sofyan," sahutnya saat Video call telah tersambung sambil tertawa saat melihat wajah pucat pasih majikannya."Ya, Allah Bibi, kamu mengagetkan saja, jantung saya rasanya mau lepas karena ketakutan," jawabnya kemudian."Maaf, Nona. Saya belum menyimpan nomer suami di handphone saya soalnya saya jarang nelpon dia dan dia memang gak pernah ke mana-mana selain merawat taman di vila dan kebun tuan, Nona," jawabnya terkekeh."Iya, saya mengerti, saya simpankan ya Bi, kasih nama siapa nih? Sayangku, suamiku atau siapa?" tanya Naila menggoda."Nama biasa saja Non, Bang Sofyan," jawabnya tertawa.Iya, Baik nanti aku simpankan, lalu kenapa bibi kok telpon saya apa uangnya kurang," tanyanya pada Bik Darmi.Ini Nona saya bingung mau pilihkan ba
Waktu merambat sering dengan kegelisahan dua insan yang saling berjauhan, dinginnya malam semakin membawa nelangsa. Kilas-kilasan peristiwa tak pernah berhenti berputar dalam benaknya terkadang sengaja memutar ingatan untuk melepaskan rasa rindu semakin membara.Bayu di ranjang rumah sakit yang meratapi kisahnya dan Naila yang meringkuk di ranjang di vila desa terpencil itu memeluk tubuhnya sendiri. Merangkai potongan-potongan Romansyah indahnya dengan suaminya Bayu, kadang tersenyum dan kadang menangis.Malam semakin larut Naila menarik selimutnya merapatkannya pada tubuhnya mencoba memejamkan matanya tetapi tidak kunjung bisa terpejam.Begitu juga Bayu, badannya terasa sakit semua bahkan untuk makan pun rasanya enggan jika saja Frans atau jelita yang membujuknya makan ia tidak akan makan.Ia pejamkan matanya, malam ini dia sendirian di kamar VIP itu sebab dia menyuruh Frans untuk pulang ia tak tegah melihat pria itu kelelahan mengurus dia dan pe
Herlan beranjak dari duduknya menyusul sang istri yang sudah keluar duluan dan Jelita pun juga menyusul. Bayu hanya menghela nafas."Frans antar mereka ke rumah biar beristirahat dulu, jangan biarkan mereka pulang!" perintah Bayu."Mana bisa, saya itu siapa? Kalau, tuan yang melarang mungkin bisa," jawab Frans sambil berjalan keluar kamar.Bayu hanya terdiam, dia menatap sendu pintu dan ruang kosong. Jelita berlari menyusul sang Mama."Mama jangan gitu, dong, baru sampai loh, papa juga capek loh, Ma! Nyuruh kita nikah ya gak langsung bisa dong, Ma!" gerutu Jelita."Mama gak peduli, kalian semua gak sayang sama Mama," jawab Melati pada anaknya."Ma, tunggu! Kalau Mama gak mau pulang ke rumah kita hotel saja, besok baru pulang, sekalian kita bikin anak lagi, ya. Sebab anak-anak kita tidak bisa menuruti kemauan kita, jadi bikin lagi saja," rayu Herlan.Melati menghentikan langkahnya dan menatap suaminya dengan tajam lalu me
Di apartemen mewah Jelita, Dron melakukan panggilan terhadap Tuannya."Bagaimana? Apakah kau berhasil menyusup?" tanya seseorang dari saluran telpon genggamnya."Sudah Tuan, saya berusaha meminta pada Jelita untuk bisa masuk ke divisi IT tetapi belum ada jawaban dari dia," jawab Dron."Kamu harus bisa memasuki hatinya juga Dron, buat dia tergantung padamu dan menyerahkan tubuhnya padamu dan setelah tinggalkan dia. Ingat kau sudah kubeli, seluruh hidupmu adalah milikku, mengerti!" jelas seseorang dari sambungan telpon setelah itu terputus sepihak."Ahh ...! Sampai kapan aku menuruti Anda, Tuan?" teriak Dron lirih.Bagaimana bisa ia merusak Jelita, kalau dia sendiri sangat mencintai gadis itu selama ini Dron menghilang karena ia telah memutuskan untuk melupakan gadis itu sebab dia memutuskan untuk tidak menikah karena dia sudah tidak memiliki dirinya sendiri bahkan dunianya sudah milik tuannya itu.Saat dia termenung sayup-sayup te
Di vila yang terpencil Naila sedang bersiap-siap pergi dengan bi Darmi itu mengingatkan bi Darmi akan panggilnya sekarang."Ingat panggil aku Amanda, jangan Nona! " tekannya sambil tertawa."Baik Non!" jawab bi Darmi sambil tersenyum.Mereka berdua keluar dari vila, Naila menaiki motor pak Sofyan. "Ayo lekas naik! Apa yang bibi tunggu?"Saya Naik Non?" tanya bi Darmi."Amanda, Bi. Jangan lupa!" ralat Naila."Iya, Amanda. Apakah bibi Naik di belakang, Nona eh Amanda?" tanyanya lagi karena sungkan pada majikan mudanya itu."Kalau tidak dibelakang, apa bibi mau duduk di depan? Bisa mengemudikan motor?" kekeh Naila membuat bi Darmi tertawa."Iya, saya sungkan sama Non eh Amanda," jawab bi DarmiNaila pun segera menjalankan motornya, dengan kecepatan sedang berjalan di jalanan pedesaan, beberapa orang yang berpapasan menatap mereka lalu bertanya pada bi Darmi."Siapa bi?" tanya seorang wanita pada b
Naila terkejut ternyata pria yang ada di hadapannya ini adalah pria yang membuntutinya tadi."Ini, Mbak Naila, Ya? tanyanya sok tahu"Bukan Mas, kan tadi Bapak sudah bilang kalau, mbak Nailadi jerman. saya Amanda, sebenarnya Bapak dan ibu ini adalah paman dan bibi saya tetapi sudah saya anggap orang tua saya sendiri. Sebenarnya keperluan Mas kemari apa?" tanya Naila"Saya mau sewa vila ini Mbak, untuk di tempati beberapa dokter yang betugas di sini dan Maaf tadi bututin Mbak karena saya kira Mbak Naila, mukanya mirip banget cuma bedanya Mbak gak dandan dan berpakaian mahal," jawab pria itu sambil tersenyum"Walah, yo, beda jauh tho, Mas Wong Mbak Nayla itu cantik sekali, saya ini loh apa? Cuma pembantunya Mbak Naila," kekeh Naila menyembunyikan identitas dirinya."Oh ya saya belum perkenalkan diri bukan? Nama saya Yuda. Lalu bagaimana Apakah saya bisa menyewa vila ini?" tanya Yuda."Ya tidak bisa memutuskan langsung Mas. Kar