Share

Bab 5 Kepergian Naila dan Kemarahan Bayu

Bayu terkejut ia termangu sesat, mobil di depan terdorong maju hingga beberapa meter dan Bumper belakang mengalami kerusakan begitu pula bumper depan mobilnya. Ia segera keluar dan menghampiri pemilik mobil itu.

"Maaf, Pak. Mari kita lihat apa yang rusak dari mobil Bapak, mohon maaf saya tadi buru-buru," ucap Bayu

Bayu bernegosiasi sebentar dengan pemilik mobil itu lalu ia kembali melajukan mobilnya dengan sangat kencang, hingga hanya beberapa menit saja sampai di rumahnya.

Bayu berjalan menuju kamarnya yang terlihat kosong dan hanya ada secarik kertas yang berada dia atas bantal lalu ia membaca serta meremasnya dengan sangat kuat. Dia tidak menyangka wanita yang begitu ia cintai meninggalkannya lagi. Setelah, menorehkan lukisan indah di hatinya, yang mungkin tidak akan pernah luntur sampai kapan pun.

Pria itu luruh dan terduduk serta memukulkan tangannya ke lantai berulang kali. Jelita yang dari tadi berdiri hanya bisa terpaku melihat kepanikan dan kegusaran kakaknya, langsung menangkap tangan sang kakak serta memeluknya.

"Apa yang terjadi, Mas? Siapa Naila bagimu hingga kau seperti ini?" tanya Jelita

Bayu tidak menjawab, ia menghempaskan tubuh adiknya dan berjalan keluar serta pergi dengan membawa mobil, melaju dengan sangat kencang.

Jelita yang berlari menyusul, hanya bisa terdiam melihat mobil sang kakak menghilang dari pandangan matanya

----------------

Sementara itu, Naila menatap kosong keluar Jendela. Ia sadar apa yang di lakukannya saat ini pasti akan membuat suaminya marah dan kecewa tetapi ini untuk kebaikan pria itu.

"Nona apa Anda baik-baik saja?" tanya Pak Nurhan.

"Iya, Pak, saya baik-baik saja, berapa lama perjalanannya untuk sampai di sana?" tanya Naila.

"Sekitar lima atau enam jam, Nona, jika Anda capek tidur saja nanti kalau sudah sampai, saya akan bangunkan," ucap Pak Nurhan

"Iya, Pak, Terimakasih," ucap Naila

Naila hanya bisa menghembuskan napas dan  memejamkan matanya, terasa berat dan lelah, dihujam cobaan berturut-turut.

Saat ini Naila pergi ke vila peninggalan orang tuanya, salah satu aset yang bisa disembunyikan dan diselamatkan dari incaran orang tersebut, sungguh ia tidak mengerti mengapa orang itu masih mengejarnya, padahal dia sudah merampas semua miliknya. Tak lama kemudian, ia pun tertidur.

"Nak, kita sudah sampai." Suara pak Nurhan membangunkan Naila.

Wanita itu membuka matanya. "Sudah sampai ya, Pak?" tanya Naila sambil melihat keluar jendela.

"Iya, Nak," jawab pak Nurhan.

Naila pun turun dari mobil dan meraih koper yang telah di keluarkan dari bagasi oleh pak Nurhan.

"Bapak, gak mampir dulu?" tanya Naila.

"Gak usah, Nak, saya langsung balik saja. Kamu hati-hati di sini, ya," ucap pak Nurhan

"Iya, Pak, trimakasih," ucap Naila sambil menatap kepergian mobil itu lalu dia berbalik arah dan melangkah ke vila peninggalan orang tuanya.

Seorang wanita paruh baya yang tinggal di dekat vila keluar dan menghampirinya dan menyapanya ramah.

"Anda, Nona Naila, 'kan?" tanyanya dengan tidak berkedip.

Naila menoleh ke arahnya dan berusaha mengingat sesuatu tentang perempuan di hadapannya itu.

"Bik, Darmi, 'kan?" tanya Naila

"Iya, Non. Maaf Bibi tidak datang pada waktu pemakaman orang tua Nona sebab beliau berdua berpesan apa pun yang terjadi, saya tidak boleh ke sana dan menunggu Anda datang kemari," tutur bik Darmi pada majikan mudanya itu.

Naila menghambur ke pelukan wanita itu. "Iya, aku tahu, Bik," jawabnya sambil tergugu.

"Ayo, Non, kita masuk! Sudah saya siapkan kamar Nona," ajak bik Darmi.

"Bik tolong rahasiakan kedatangan saya ke sini, jika ditanya orang-orang sekitar, bilang saja keponakan bibi yang datang dan di tugaskan merawat vila ini. Mulai sekarang bibi harus memanggilku Amanda, anggap Naila tidak pernah datang ke sini." pinta gadis itu dengan tegas.

"Baik, Nona. Eeh, Amanda," sebut perempuan paruh baya itu dengan mata berkaca-kaca. Dia paham betul apa yang terjadi pada majikan cantiknya ini. Seorang yang mempunyai pengaruh besar menginginkan nona mudanya menjadi istri ke empatnya, membuat ini semua terjadi.

Naila masuk kedalam kamarnya yang terlihat bersih dan terawat, dia merebahkan tubuhnya di ranjang sambil menatap kosong. 'Maaf, Mas Bayu. Ini harus kulakukan,' batinnya

----------------

Di tempat lain, Bayu masih mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi ia tidak tahu harus mencari kemana istrinya itu, ia sudah mencoba untuk menelpon nomer Naila

tetapi tidak aktif.

Ia berjalan tanpa arah, dengan pikiran yang sangat kalut. Hingga ia terkejut saat melihat di depannya ada mobil box yang membawa muatan berjalan ke arahnya, dengan cepat ia membanting setir ke kiri dan menabrak pembatas jalan lalu terbalik, darah keluar dari kepala, tangan dan kakinya.

Matanya terasa berkunang-kunang. "Naila!" panggilnya lirih setelah itu, ia tidak ingat apa-apa lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status