Home / Fantasi / Kakak iparku yang terlalu sempurna / Bab 22 - Cita-Cita Baru, Cobaan Baru

Share

Bab 22 - Cita-Cita Baru, Cobaan Baru

Author: Diky
last update Huling Na-update: 2025-08-26 16:16:56

Sepekan setelah obrolan bersama Siska di ruang tengah, akun media sosial warung nasi uduk kami resmi aktif. Siska yang mengurus semuanya — mulai dari foto menu, deskripsi lucu, sampai bikin video singkat proses Arga meracik nasi uduk sambil menggendong Arsya di dada.

Siapa sangka, video sederhana itu justru viral di grup komplek dan dibagikan berkali-kali di story tetangga. Semua orang terharu lihat bapak muda berjualan sambil menjaga bayi mungilnya. Komentar penuh emoji hati dan doa-doa baik berdatangan, pesanan pun naik drastis.

“Mbak, bisa delivery ke gang depan masjid?”

“Bang Arga, lauknya bisa request sambel ijo lebih banyak?”

“Minta di-packing rapih ya, soalnya buat acara arisan.”

Aku dan Arga pontang-panting menyiapkan semuanya. Aku yang dulu hanya bantu di dapur, kini harus ikut membungkus nasi kotak, mengecek pesanan di aplikasi, kadang menelepon kurir kalau telat jemput. Arsya kerap kutitip ke Siska, yang setia datang sambil membawakan cemilan dan susu kotak untuk
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 90 - Kejutan dari Dewi

    Ledakan demi ledakan terus mengguncang rumah aman. Dinding beton mulai retak, jendela-jendela hancur berhamburan. Asap memenuhi udara, membuat pandangan semakin terbatas. Suara tembakan, jeritan, dan dentuman bergema seakan malam itu menjadi neraka di dunia nyata. Bima bersama beberapa pengawal bertahan mati-matian. Setiap kali musuh berhasil menerobos masuk, ia langsung melumpuhkan mereka dengan kecepatan dan ketepatan yang mengejutkan. Namun jumlah lawan seolah tidak ada habisnya. Dewi, meski ketakutan, tetap berusaha menjaga ketenangan. Di balik meja yang penuh kabel dan laptop, ia mengaktifkan sesuatu yang sudah lama ia siapkan—rencana cadangan jika Anton benar-benar menyerang dengan kekuatan penuh. Ia menekan sebuah tombol di layar laptopnya. “Aktifkan protokol Phoenix,” bisiknya. Seketika, sistem listrik darurat rumah aman menyala. Generator bawah tanah menghidupkan serangkaian perangkat elektronik yang sudah ia modif

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 89 - Pasukan Bayaran

    Langit malam di kota itu tampak berbeda. Bintang-bintang seakan bersembunyi, digantikan awan gelap pekat. Di sebuah pelabuhan tua yang sudah lama ditinggalkan, belasan truk kontainer berhenti berbaris. Dari dalamnya keluar puluhan pria berpakaian hitam, bersenjata lengkap, wajah-wajah keras tanpa emosi. Mereka bukan sekadar preman jalanan. Mereka adalah pasukan bayaran internasional—mantan tentara, pembunuh profesional, orang-orang yang sudah terbiasa dengan darah dan maut. Anton berdiri di depan mereka, jas hitamnya berkibar tertiup angin laut. Di sampingnya, dua kontraktor asing itu menatap layar tablet yang memperlihatkan peta lokasi rumah aman tempat Dewi dan Bima bersembunyi. “Target kita sederhana,” kata salah satu kontraktor dengan suara tegas. “Hancurkan tempat ini. Bunuh siapa pun yang ada di dalamnya. Tidak ada negosiasi, tidak ada sandera. Semuanya harus hilang.” Anton mengangkat tangannya, menatap para prajurit

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 88 - Amarah Seorang Raja

    Di sebuah ruang kerja mewah yang remang, Anton duduk di balik meja kayu besar. Cerutu menyala di tangannya, asapnya mengepul tebal, menutupi wajahnya yang penuh amarah. Telepon genggam di atas meja baru saja meletakkan kabar buruk—Surya, tangan kanannya, tertangkap hidup-hidup. “Keterlaluan…!” Anton menghantam meja keras hingga gelas kristal berisi anggur merah terjatuh dan pecah berantakan. Wajahnya memerah, matanya menyala seperti bara api. Seorang anak buahnya, dengan tubuh gemetar, melapor pelan, “Bos… polisi menyerang mendadak. Gudang itu ternyata jebakan. Kami kehilangan banyak orang. Surya dibawa pergi hidup-hidup.” Anton berdiri mendadak, kursi mahalnya terjungkal ke belakang. “Bagaimana mungkin? Surya orangku yang paling cerdas di lapangan. Dia tidak mungkin kalah begitu saja!” Anak buah itu menunduk, tidak berani menatap wajah bosnya. “Mereka sudah menyiapkan segalanya, Bos. Kamera, rekaman… semua. Mereka menjebak

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 87 - Jebakan di Balik Strategi

    Pagi itu, rumah aman kembali dipenuhi suasana serius. Dewi duduk menatap laptop, jarinya bergerak cepat mengetik dokumen baru. Di sebelahnya, Bima memperhatikan dengan dahi berkerut, sementara Pak Aditya bolak-balik berjalan, sesekali menatap layar ponselnya. “Aku sedang menyiapkan laporan palsu,” kata Dewi sambil terus mengetik. “Isinya seolah-olah kita akan menyerahkan semua data ke jaksa hari ini pukul dua siang. Kita biarkan informasi ini bocor melalui jalur yang pasti dipantau orang-orang Anton.” Bima mengangguk paham. “Kalau begitu, Anton akan mengerahkan pasukannya ke kantor kejaksaan. Mereka akan berpikir kita benar-benar ke sana.” “Ya,” sambung Dewi. “Sementara itu, kita sendiri akan bergerak ke lokasi lain. Tempat yang sudah kita siapkan untuk menjebak mereka.” Pak Aditya akhirnya berhenti berjalan. Ia menatap Dewi dengan penuh pertimbangan. “Ide ini berisiko besar. Jika Anton sadar bahwa kita sedang memancingnya,

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 86 - Langkah di Balik Bayangan

    Malam kian larut, namun di rumah aman yang sunyi itu suasana penuh ketegangan. Dewi, Bima, dan Pak Aditya duduk mengelilingi meja kayu sederhana. Di meja itu, beberapa berkas dan laptop terbuka, menampilkan bukti-bukti dari flashdisk yang baru saja diperiksa. “Data ini luar biasa lengkap,” ujar Pak Aditya dengan nada kagum. “Ada catatan transaksi bertahun-tahun, bahkan ada tanda tangan elektronik dari pejabat tinggi yang bisa langsung dijadikan bukti kuat di persidangan. Kalau ini kita bawa ke pengadilan, Anton tidak akan punya ruang untuk membela diri.” Bima menarik napas dalam-dalam. “Tapi saya tahu, Anton tidak akan diam. Dia punya banyak orang, bahkan di dalam lembaga hukum. Saya takut sebelum semua ini sampai ke tangan hakim, dia sudah bergerak.” Dewi menatap mereka berdua. Suaranya tegas namun lembut. “Itu sebabnya kita tidak boleh gegabah. Kita harus punya cadangan. Data ini jangan hanya ada satu. Aku sudah membuat tiga salinan. Sa

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 85 - Jebakan yang Disusun

    Pagi itu langit Jakarta cerah, seolah tidak terjadi apa-apa semalam. Tapi bagi Dewi dan Bima, bayangan kegelapan justru semakin dekat. Dewi duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop. Di sana ada file hasil duplikat dari flashdisk yang diberikan Bima semalam. Data itu penuh dengan rincian transfer, kode proyek fiktif, hingga nama-nama besar yang selama ini mereka duga ada di balik semua manipulasi Anton. Ia mengetik pesan singkat ke Wahyu yang masih ditahan di rutan: “Tetap kuat. Jalan menuju kebenaran semakin dekat.” Pesan itu dikirim lewat jalur resmi komunikasi keluarga, agar tidak mencurigakan. Sementara itu, Bima sudah memutuskan langkah besar: ia akan mengajukan diri sebagai justice collaborator. Meski berat, ia tahu itu satu-satunya cara untuk mendapat perlindungan hukum sekaligus menjatuhkan Anton. “Kalau aku jatuh sendirian, semua sia-sia. Tapi kalau aku bicara di depan penyidik, An

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status