Home / Fantasi / Kakak iparku yang terlalu sempurna / Bab 36 - Ketika Sambal Kembali Ramai

Share

Bab 36 - Ketika Sambal Kembali Ramai

Author: Diky
last update Last Updated: 2025-08-24 10:17:00

Pagi itu aku terbangun dengan dering notifikasi ponsel yang nyaris tidak berhenti. Mataku masih lengket, tapi rasa penasaranku mengalahkan rasa kantuk.

Aku meraih ponsel di samping bantal, membuka layar kunci dengan sidik jari yang sedikit gemetar. Puluhan DM Instagram dan notifikasi TikTok menunggu untuk dibaca.

“Apa ini beneran? Kenapa rame banget?” gumamku.

Arga yang baru bangun ikut mendekat.

“Ada apa, Ran?”

Aku menunjuk layar.

“Lihat ini, influencer yang kemarin kita kirimi sambal udah posting reviewnya tadi malam. Videonya udah 40 ribu views dalam semalam, Ga!”

Arga mengucek mata, lalu menatap layar ponsel lebih dekat.

“Wah, seriusan? Mana-mana, coba play!”

Kami menonton video itu sambil duduk berdempetan di pinggir ranjang. Di video, si influencer—seorang ibu muda yang terkenal suka mukbang sambal—mencicipi sambal kecombrang buatan kami.

“Sumpah guys, ini sambal kecombrang paling fresh yang pernah aku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 50 - Sambal Arsya: Rumah untuk Semua

    Pagi pembukaan cabang kedua Sambal Arsya tiba dengan langit cerah seolah menyingkirkan hujan yang sempat menakut-nakuti kami. Arga berdiri di depan ruko, sibuk mengarahkan parkir tamu. Intan mondar-mandir menata meja prasmanan. Rika dan Putri di dapur, memastikan aroma sambal yang pedas menggoda hidung siapa pun yang datang.Aku berdiri di samping spanduk bertuliskan: “Grand Opening Sambal Arsya Cabang Kampus — Pedasnya Bikin Balik Lagi!” Sesekali aku menyalami tamu: mahasiswa, dosen, pegawai kantoran, bahkan pelanggan setia yang rela datang jauh-jauh dari cabang utama.Di sudut ruangan, seorang wartawan lokal sedang mewawancarai Arga. Aku hanya bisa tersenyum melihat suamiku menjawab dengan penuh percaya diri, tak lagi kaku seperti dulu saat ia hanya lelaki yang malu-malu berjualan sambal cup keliling komplek.Acara potong pita dimulai. Intan memanggil semua karyawan berdiri di belakangku dan Arga. Tanganku gemetar memegang gunting pita berwarna merah.

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 49 - Menjaga Api Di Tengah Badai

    Renovasi cabang kedua berjalan lebih cepat dari rencana. Intan benar-benar jadi ujung tombak. Setiap pagi, dia sudah di lokasi lebih dulu dari pekerja bangunan. Dengan buku catatan di tangan, dia mengawasi detail: cat tembok, posisi dapur, hingga penataan meja makan. Aku sendiri tetap bolak-balik dari kios utama ke ruko baru. Terkadang, sambil menenteng bumbu mentah, aku mendadak berdiskusi dengan tukang cat. Beberapa orang lewat depan ruko, menengok penasaran melihat spanduk bertuliskan “Coming Soon: Sambal Arsya Cabang Kampus.” Suatu sore, hujan lebat mengguyur deras. Aku sedang membantu Rika merapikan stok di kios utama, sementara Arga masih di ruko. Tiba-tiba, Intan menelpon, suaranya panik. “Mbak! Plafon di dapur bocor parah! Air hujan netes di mana-mana. Bangunan lama ini rapuh banget, Mbak. Tukangnya bilang harus bongkar sebagian atap lagi. Biayanya bakal nambah.” Aku menarik napas, mencoba te

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 48 - Persimpangan Harapan

    Intan resmi bekerja di Sambal Arsya hanya dalam hitungan hari. Aku sendiri tidak menduga anak sepupu Arga itu bisa begitu cepat beradaptasi. Di usianya yang masih sangat muda, Intan tidak hanya cekatan, tapi juga punya inisiatif.Suatu pagi, aku sedang duduk di ruang depan, menyusun strategi promosi di media sosial. Intan masuk pelan sambil membawa secarik kertas coretan tangan.“Mbak Rani, saya punya ide,” katanya malu-malu.Aku menoleh, heran.“Ide apa, Tan?”Dia menyerahkan kertasnya. Ternyata, Intan membuat daftar menu baru yang menurutnya cocok dijual sebagai ‘menu hemat’ untuk anak kos: nasi bakar isi telur dadar sambal terasi, plus bonus kerupuk dan teh hangat. Harganya dia tulis lebih murah dari paket biasa.Aku terkejut — ide yang sederhana tapi brilian. Pelanggan kami memang banyak dari kalangan mahasiswa kos. Tentu saja mereka senang dengan paket irit seperti ini.“Bagus banget, Tan! Kamu bikin menu ini tanpa disur

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 47 - Tenaga Baru, Harapan Baru

    Setelah pesanan besar dari kantor sukses, aku dan Arga duduk berdua di teras kios sambil menghitung sisa bahan baku dan mencatat laba bersih di buku kas.“Ga, kalau pesanan begini terus, kita butuh orang tambahan,” ucapku sambil menutup buku catatan.Arga mengangguk.“Aku juga mikir gitu, Ran. Rika dan Putri luar biasa, tapi kalau cateringnya makin besar, mereka nggak cukup. Apalagi kamu juga harus pegang media sosial dan catatan keuangan.”Aku termenung. Usaha rumahan kami memang makin ramai, tapi pekerja tetap hanya empat orang, termasuk aku dan Arga. Lelah luar biasa terasa di badan. Tapi rasa syukur menutup semua letih itu.“Kalau nyari pegawai baru, kita harus bener-bener pilih orang yang jujur, mau kerja keras, dan mau belajar resep Sambal Arsya,” kataku.Arga tersenyum,“Aku kenal adik sepupuku, Intan. Dia baru lulus SMA, belum dapat kerja, orangnya rajin. Mau coba panggil dia?”Aku mengangguk mantap.“Coba aja

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 46 - Pesanan Besar, Ujian Besar

    Hari Senin pagi, kios baru saja buka ketika aku melihat notifikasi baru di Instagram Sambal Arsya. Seorang perempuan dengan foto profil seragam kantor mengirim pesan:“Mbak Rani, saya HRD di kantor PT Sarana Mandiri Jaya. Kami mau pesan nasi bakar plus sambal Arsya untuk acara syukuran kantor minggu depan. Jumlahnya sekitar 200 bungkus. Bisa, ya?”Aku spontan menutup mulut sendiri. Dua ratus bungkus? Rasanya jantungku mau copot. Satu catering arisan kemarin saja sudah bikin dapur seperti medan perang. Bagaimana kalau 200 bungkus?Aku balas pesan pelan-pelan, jari sedikit gemetar:“InsyaAllah bisa, Bu. Kapan acaranya? Mohon infonya mau diantar jam berapa?”Beberapa menit kemudian balasan datang:“Acara Kamis siang jam 11. Jadi pesanan harus sudah di kantor jam 10. Nanti saya DP hari ini. Terima kasih ya, Mbak Rani. Makanannya enak banget, jadi direkomendasikan ke kantor.”Aku berdiri terpaku di depan meja kasir. Arga yang baru saja

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab -45 Sambal Arsya Go Online

    Pagi hari di kios Sambal Arsya lebih sibuk dari biasanya. Meja kayu bertambah satu, khusus untuk menata nasi bakar yang masih mengepul di atas kukusan besar. Daun pisang hijau menebarkan aroma harum yang memanggil orang-orang dari trotoar. Putri berdiri di belakang meja, tangannya gesit membungkus nasi hangat bersama suwiran ayam bumbu kuning dan sambal terasi goreng buatan Rika. Sesekali Putri meniup tangannya yang panas, lalu tertawa sambil berseru, “Mbak Rani, ini nasi bakarnya aromanya bikin laper banget! Pasti laris!” Aku hanya mengangguk sambil meracik pesanan pelanggan yang mulai mengantri. Di sebelahku, Arga sibuk mengatur orderan bungkus untuk para abang ojek online yang sudah datang sejak warung belum benar-benar buka. “Bang, sabar ya, nasi bakarnya masih diangetin lagi biar daun pisangnya wangi. Nanti kalau dingin rasanya kurang greget!” kata Arga dengan suara mantap. Abang ojek tertawa, “Ngga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status