Share

Bab 2

Author: Farhana Aisyah
Selesai mencuci muka, aku hendak berganti pakaian yang lebih tertutup.

Kakakku langsung masuk bersama temannya.

"Sherly, apa kamu sudah siap? Penelitian akan segera dimulai!"

"Belum, tunggu sebentar!"

Tinggi mereka bertiga lebih dari 1.8 meter. Kalau aku duduk, wajahku kebetulan menghadap...

Aku menghindar dengan malu-malu, tapi ditahan Kak Pandu.

"Sherly, berbaringlah, kita akan segera mulai."

Dia begitu kuat sehingga aku tidak bisa menolak dan terpaksa berbaring.

Mereka berdiskusi secara formal dan akhirnya membagi pekerjaan. Kak Wilson mengamati tubuh bagian atas, Kak Lianto bertanggung jawab atas tubuh bagian bawah, Kak Pandu bertanggung jawab atas fitur wajah, Kakak bertanggung jawab untuk mencatat data.

Pertama-tama, Kak Wilson yang bertindak. Dia duduk di samping ranjang dan memulai dari tanganku, menyentuh sampai ke tulang selangka, menekan sana sini. Sambil menekan dia bertanya padaku tentang kekuatan dan kepekaan?

Aku merasa aneh, tetapi matanya yang hitam cemerlang tampak jernih tanpa niat jahat apa pun, dia tampak sangat suka belajar.

Sampai dia menekan perut bawahku dan bertanya, "Sherly, apa kamu merasa nafsu kalau menekan bagian sini?"

Kata-kata cabul macam apa ini? Apa tidak salah?

"A... Apa?"

Kak Wilson tidak menjawab, tapi terus bergerak ke atas. Panas yang menyengat tampaknya menggodaku dan aku merasa tubuhku lemas...

Lagi pula, tangannya menyentuh payudaraku beberapa kali, entah itu sengaja atau tidak.

Tiba-tiba aku mendengar dia menelan ludahnya.

Ketika saling bertatapan dengannya, tatapan agresifnya tak lagi tersembunyi, dia menatapku seperti mangsa.

Aku yakin kalau kakak tampan yang kelihatan lebih kekanak-kanakan daripada cowok muda ini sama sekali tidak sepolos itu.

Aku menoleh ke kakakku, apa benar kakakku membiarkan adiknya dipermainkan oleh teman-temannya?

Tanpa diduga, Kakak mengabaikan tatapanku yang penuh permohonan, aku bahkan tampak melihat kegembiraan di matanya.

Dengan persetujuan kakakku, tindakan Kak Wilson menjadi semakin gegabah dan tidak bermoral.

Mulutku terasa kering, aku segera mengulurkan tangan untuk mendorongnya, "Kak Wilson, su, sudah... selanjutnya."

Dia melepaskanku dengan enggan dan pergi berdiskusi dengan Kakak, sedangkan aku berbaring di ranjang dan menghela napas panjang...

Aku terus menghibur diriku dalam hati, semoga Kak Lianto dan Kak Pandu itu lelaki sejati, bukan serigala seperti Kak Wilson yang pandai menyamar.

Namun, aku masih merasa gelisah dan tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menarik rokku ke bawah.

Pada saat ini, pintu terbuka lagi.

Kakakku masuk dan membujukku dengan lembut, tapi senyumnya agak aneh.

"Sherly, kamu harus bekerja sama, aku pergi beberes meja makan dulu."

Ah?

Apa dia mau pergi?

Aku baru saja hendak menolak, tapi kakakku sudah berjalan menuju pintu.

Sebelum pergi, dia menepuk pundak Kak Lianto, memberi isyarat untuk melanjutkan.

Pintu kamar tertutup, hanya sisa kami bertiga, aku merasa sangat panik.

Bagaimanapun, aku ini cewek, berada sekamar dengan tiga mahasiswa olahraga yang bersemangat. Akankah mereka...

Aku menarik napas dalam-dalam dan memaksa diri untuk menjernihkan pikiranku dari semua pikiran acak.

Mereka adalah temannya kakak. Lagi pula, kakak dan pacarku ada di sini... Mungkin aku terlalu khawatir?

Selanjutnya giliran Kak Lianto.

Tipe Kak Lianto dan Kak Wilson berbeda. Kak Lianto berwatak dingin dan mengenakan kacamata berbingkai hitam di wajahnya yang tampan, dia tidak mirip seorang olahragawan, tetapi lebih mirip seorang guru atau dokter, dia tampak seperti seorang pria sejati.

Tangannya tidak sehalus tangan Kak Wilson, malah sedikit kasar.

Namun, saat menyentuh kulitku, aku malah merasa nyaman.

Aku tidak merasakan kenikmatan dari pria sejak pacarku lumpuh, tubuhku menjadi sangat sensitif.

Aku merasa agak bersalah dan khawatir akan mempermalukan diri.

Kak Lianto menyadari kegugupanku dan melembutkan gerakannya. "Jangan khawatir, Sherly. Ini proses yang normal dan akan segera berakhir."

Melihat betapa seriusnya dia berbicara, aku pun merasa rileks.

Namun, tangannya semakin tidak jujur, bahkan sampai mencapai pahaku.

Selain itu, tekniknya sama sekali bukan melakukan penelitian, jelas-jelas sedang memanfaatkanku.

Aku panik dan ingin menghentikannya, tetapi dia tiba-tiba menekan bagian sana, kemudian sensasi geli menjalar ke seluruh tubuhku.

Aku mencengkeram seprai erat-erat, reaksi tubuhku membuatku merasa malu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kakakku Bukan Kakakku   Bab 9

    Hari itu aku mendengar pembicaraan antara si palsu dengan Lianto dan yang lainnya. Dia dengan jelas mengatakan kalau gadis bodoh itu akan segera pergi berkumpul dengan kakaknya di surga."Hahaha, Jamil pasti akan berterima kasih kepada kita saat melihat adiknya, hahaha!"Aku hampir pingsan, nama kakakku adalah Jamil Lewis, ternyata kakakku sudah meninggal.Setelah penyelidikan berlanjut, aku akhirnya menemukan semua kebenaran.Kakakku telah dibunuh dan pembunuhnya adalah seorang penipu yang kini menyamar menjadi kakakku.Pandu, Wilson dan Lianto semuanya adalah kaki tangan.Aku memutuskan untuk membalas dendam pada mereka.Hari itu aku diam-diam mencampurkan obat ke dalam minuman mereka. Aku berencana membunuh mereka semua dan kemudian bunuh diri untuk membalaskan dendam atas kematian kakakku yang malang dan tragis.Saat mereka pingsan di bawah pengaruh obat-obatan, aku mengikat mereka semua.Aku bisa segera bertanya pada mereka.Setelah mereka sadar, aku berkata dengan dingin, "Selama

  • Kakakku Bukan Kakakku   Bab 8

    Setelah itu, aku berbaring di ranjang selama setengah bulan, aku tidak berani melapor polisi.Aku sungguh takut dan tidak berani mengalaminya lagi.Kukira masalahnya sudah selesai. Setelah membayar harga yang tragis itu, aku akan menjalani kehidupan bahagia.Namun, aku tidak menyangka kalau Pandu, si iblis itu tidak berhenti mengambil video hari itu dan mengancamku untuk selalu siap melayaninya.Siap melayaninya? Lalu apa bedanya aku dengan pelacur!Aku hanyalah seorang gadis lemah, pacarku lumpuh dan kakakku tidak berani melawan.Untung saja, Pandu tidak memintaku berbuat sesuatu yang mesum, hanya melayaninya saja.Namun, terus seperti ini bukanlah solusinya.Ketika tiba di rumah hari itu, aku memutuskan untuk berdiskusi dengan pacarku tentang pindah rumah, kami bertiga hidup dalam anonimitas.Namun, begitu aku tiba di luar kamar pacarku, aku melihat adegan yang sangat mengejutkanku, kakakku menampar dan menghina pacarku.Aku langsung membuka pintu dan berteriak pada kakakku, "Apa kau

  • Kakakku Bukan Kakakku   Bab 7

    Aku langsung ke sekolah dan melaporkan ke guru wali kelasnya. Akan tetapi, wali kelasnya mengatakan kalau aku mengada-ada, katanya aku asal ngomong dan sembarang mengarang."Apa salahnya anak-anak saling menyayangi. Adik kecil, tolong jangan membuat masalah dan mengganggu pekerjaanku."Aku merasa jengkel dengan sikapnya. "Aku tidak akan pergi kalau kamu tidak memberiku penjelasan hari ini. Apa aku nggak merasa tertekan ketika melihat kakakku kembali dengan luka baru setiap hari?""Aku mau cek CCTV!""Oh, maaf, adik kecil, CCTV kayaknya rusak.""Apa?" tanyaku dengan tak percaya. "Beginikah penanganan kalian?"Guru lain berkata, "Meski tidak rusak, kami juga tidak dapat tunjukkan padamu. Sekolah kami tidak memiliki kewenangan untuk melakukannya, hanya Biro Keamanan Publik yang memiliki kewenangan ini."Tak peduli bagaimanapun aku mencoba, tetap tidak berguna. Mereka menolak menunjukkannya padaku.Ini tidak benar. Semakin mereka mencoba menghentikanku, semakin terlihat kalau ada sesuatu y

  • Kakakku Bukan Kakakku   Bab 6

    Aku melepas celana dalamku yang basah di kamar mandi dan hendak mencucinya, tapi pintu tiba-tiba terbuka.Aku berbalik dengan kaget, ternyata itu Pandu.Sebelum aku bereaksi, kakiku tiba-tiba melayang di udara, dia menggendongku dan mendudukkanku di wastafel.Pandu meletakkan tangannya di kedua sisi tubuhku dan menatap lurus ke wajahku.Aku sangat takut."Kamu, kamu... apa yang kamu lakukan?""Apa yang aku lakukan?" Dia semakin mendekat, sambil tersenyum nakal, "Tentu saja melakukan..."Pandu mengucapkan kata terakhir tanpa mengeluarkan suara.Aku merasa malu dan marah. "Cepat turunkan aku. Anggap saja masalah tadi tidak pernah terjadi, kalian segera pergi."Pandu tidak mengatakan apa-apa, hanya menatapku dengan serius, tetapi ada sedikit senyuman ambigu di sudut mulutnya."Hmph," dia mengangkat alisnya, "Sherly, lain kali kamu bakal datang memohon padaku."Setelah berkata demikian, dia melepaskanku dan berjalan keluar.Nyaris saja, hampir ditindas lagi.Setelah makan sup, saatnya tidu

  • Kakakku Bukan Kakakku   Bab 5

    Tepat pada saat ini, listrik tiba-tiba padam.Aku memanfaatkan kegelapan dan menggigit lengan seseorang di dekatku, orang itu kesakitan dan melepaskanku.Lalu, aku membuka pintu dan berlari keluar saat kekacauan.Aku menutup mulutku dan berlari di jalan sambil menahan angin dingin.Air mata menutupi wajahku.Aku hampir saja ditindas.Aku terkejut dan menyalahkan diri karena punya pikiran untuk mengkhianati pacarku.Pada saat yang sama, aku juga menyalahkan Tuhan karena begitu kejam, kenapa mengubah kehidupanku yang baik menjadi seperti ini.Kalau saja pacarku tidak mengalami kecelakaan mobil, aku pasti selalu disayangi dan kalaupun ada pria yang lebih kuat, aku juga tidak akan punya pikiran kotor seperti itu.Aku terus menangis hingga tertidur di kursi di pinggir jalan. Ketika aku bangun, hari sudah gelap.Aku menenangkan diri dan pulang ke rumah, tetapi ketiga setan itu belum pergi.Mereka bahkan bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan duduk menyantap hotpot di meja makan.Me

  • Kakakku Bukan Kakakku   Bab 4

    Kak Pandu mengangkat celana dalamku yang basah dan berkata dengan suara serak, "Sherly, ngaku saja, apa kamu genit?"Aku sungguh malu, lalu terisak dan meronta, "Nggak, aku punya pacar. Pacarku ada di kamar sebelah."Pandu tersenyum menghina, "Oh, bukankah ini lebih menarik?"Setelah berkata demikian, dia pun tak sabar membuka kancing bajunya, memperlihatkan otot dada dan otot perutnya yang membuat orang ngiler.Selain itu, ada garis bulu tebal di perut bawahnya, memanjang dari ikat pinggang hingga pusarnya.Wajahku menjadi semakin panas, mulut serta lidahku menjadi sangat kering.Tubuhku juga mengalami beberapa perubahan yang memalukan, seolah-olah ada seekor binatang buas yang terbangun di dalam tubuhku.Meskipun aku tidak ingin mengakuinya, reaksi tubuhku tidak bisa berbohong. Saat ini, aku sungguh ingin dihibur.Aku memang sudah kesepian terlalu lama dan melihat tingkah laku kakakku hari ini, aku rasa apa yang mereka katakan mungkin benar. Kakakku selalu menyayangiku, tapi aku tida

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status