Putra tetangga adalah seorang pengintip. Aku sengaja memanggil namanya saat dia diam-diam mengintipku bermain dengan diriku sendiri. Saat aku memberinya les dan dia menahanku di kamarnya, sebenarnya aku sudah punya firasat. Namun, tidak kusangka, justru kakaknya yang menerobos masuk pada saat itu...
View MoreAkibat bermain tanpa kendali, ibuku akhirnya mengetahuinya. Suara ketukan di luar pintu begitu keras.Eric dan Owen saat ini tidak bisa menghentikan pertempuran mereka. Mereka hanya bisa mempercepat gerakan dan menutup mulutku tanpa menunjukkan sedikit pun belas kasihan.Ada sesuatu yang terus mengalir keluar, tidak peduli seberapa keras aku mencoba menahannya...Pintu sempat terbuka lalu kembali tertutup. Dua orang yang tiba-tiba berlagak sopan itu pergi menemui ibuku untuk berbicara. Sementara aku terbaring di atas ranjang, terengah-engah tanpa tenaga sedikit pun.Seprai tempat tidur basah hingga tidak berbentuk lagi.Aku baru pulang tiga hari kemudian. Sejak mengetahui hubunganku dengan Owen dan Eric, ibuku tidak pernah menjengukku lagi."Ibu, aku salah..." Aku memohon maaf dengan suara lirih.Ibu yang biasanya lembut pun tidak bisa menahan diri untuk menegur. "Itu rumah sakit! Kamu nggak takut dilaporkan orang? Teriakmu juga keras sekali!"Aku hanya terkekeh, lalu bertanya dengan s
"Oh ya, kamu sudah tertidur selama hampir tiga hari," ujar ibu yang duduk di sampingku sambil mengupas apel. "Eric bilang kamu melihat seseorang tertabrak saat sedang bermain, jadi kamu ketakutan dan akhirnya seperti ini.""Mulai sekarang jangan bermain sendirian lagi."Aku menggigit apel yang diberikan ibu, lalu mengangguk dengan bingung. "Aku mengerti, Bu.""Ibu akan menelepon Tante Ratna untuk memberitahunya. Dia juga sangat khawatir dua hari ini."Tidak lama setelah ibu keluar, terdengar beberapa ketukan di pintu.Aku berkata, "Masuk."Ternyata itu Owen.Owen membawa sebuah kue kecil. Dia memandangku sejenak, lalu diam-diam membuka bungkusnya dan menyerahkannya kepadaku. Kemudian, dia bertanya dengan lembut, "Kamu sudah merasa lebih baik?""Sudah, kepalaku nggak sakit lagi," jawabku jujur. Dia tiba-tiba menggenggam tanganku dan memelukku erat.Air mata hangat membasahi pundakku. "Maaf, aku nggak memikirkan perasaanmu.""Aku selalu mengira kamu memang menginginkannya. Saat kamu berm
Aku merasa tidak adil dan sedih. Dua orang itu jelas-jelas yang pengintip. Sementara aku yang memakai alat itu adalah hal yang wajar.Mengapa aku yang harus dikurung oleh mereka..."Ibu, apa Owen ada di sebelahmu?" tanyaku hati-hati, sambil menyusun rencana."Dia pergi mencari kakaknya, Eric."Aku mengambil keputusan. "Ibu, aku mau cuti satu bulan, untuk menenangkan diri..."Setelah berbohong kepada ibu bahwa aku stres dan lelah belajar, tanpa banyak tanya, ibuku langsung mentransfer 200 juta agar aku bisa berlibur dengan tenang."Nggak mau Eric dan Owen tahu? Baiklah, Ibu nggak akan bilang. Kalian sudah tumbuh besar bersama, kalau ada masalah harus diselesaikan dengan bicara, mengerti?" Ibu menasihatiku dengan panjang lebar.Setelah menutup telepon, aku melepas pita renda itu, lalu mencari dua kemeja panjang untuk dijadikan rok, dan langsung keluar."Pak, ke bandara."Aku segera membeli dua setel pakaian di mal dan berganti pakaian, sambil memesan tiket pesawat lewat ponsel tanpa meno
"Tia, kamu kenapa?" tanya teman sekelasku dengan wajah khawatir. "Kamu nggak enak badan?"Aku sama sekali tidak bisa bicara. Kursiku basah, begitu juga celanaku...Kalau sekarang pergi ke ruang UKS, pasti akan ketahuan.Bagaimana bisa sampai seperti ini..."Nggak, nggak apa-apa." Aku mengatakan dua kata dan membenamkan kepalaku lagi.Akhirnya bel pulang berbunyi. Eric berkata, "Yang lain boleh pergi dulu, ketua kelas tetap di sini untuk merapikan catatan."Saat Eric mengangkat kepalaku, air liurku mengalir sampai ke leher. Seluruh tubuhku terasa panas dan tidak tertahankan."Kak Eric, aku nggak tahan..."Eric tersenyum seolah sudah menduganya. "Kakak akan membantumu."Dia mengangkatku, lalu meletakkan jasnya di atas kursi.Tirai kelas tertutup rapat. Begitu masuk, aku langsung merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Eric dengan santai mengangkatku. Posisi memalukan ini seperti menggendong anak kecil, tapi justru membuatnya lebih dalam."Dalam, terlalu dalam... Kak,
"A... Aku mau pulang!" kataku buru-buru. "Aku nggak pulang semalaman, ibuku pasti khawatir."Tidak disangka, Eric tersenyum lembut dan berkata, "Aku sudah bilang ke tante kalau kamu menginap di rumahku untuk mengajari les. Tante bilang nggak masalah.""Kenapa bisa bengkak seperti ini?" Tiba-tiba nada bicara Eric berubah.Aku mengikuti pandangannya dan melihat puting susuku dan membengkak. Pipiku memanas "Itu karena Owen...""Tia, kamu benar-benar pilih kasih, ya."Saat aku baru sadar betapa berbahayanya kalimatku tadi, tubuhku sudah dijatuhkan ke atas ranjang Eric. Kedua tanganku terkunci di kepala ranjang. Sosoknya yang biasanya lembut dan tenang kini berubah total. Perlahan-lahan Eric melelehkan es batu di tubuhku…Indraku mencapai puncak kenikmatan. Tidak kusangka, Eric yang terlihat paling pendiam justru yang paling gila!Matanya dipenuhi nafsu, senjatanya yang besar itu bergesekan di antara salju putihku, sementara tangannya menutup mulutku agar aku tidak berbicara.Kami sudah ber
"Aku sedang mengajari Owen mengerjakan tugas," ujar Eric sambil menjulurkan lidahnya dan bermain-main dengan lidahku.Di belakang, Owen kembali bergerak. Aku terkejut dan hampir berteriak, tapi mulutku dengan cepat ditutup olehnya."Mmph, lepaskan aku..."Eric menghela napas berat beberapa kali, "Tia, tahan sebentar, sebentar lagi selesai."Setelah itu, mereka berdua melanjutkan aksi mereka...Aku bahkan tidak bisa turun dari ranjang. Saat waktu makan malam, jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh."Buka mulutmu, Sayang." Eric sudah berpakaian rapi, serta tampak tenang dan lembut saat menyuapiku. Padahal beberapa saat lalu dia meniduriku dengan sangat kasar dan dalam. Seolah-olah dia bukanlah pria yang sama.Owen berdiri di samping dengan tangan menyilang di dada. Dia bertelanjang dada dan menyeringai dingin. "Baru sebentar saja sudah nggak kuat. Padahal waktu main sendiri dua jam pun kamu kuat-kuat saja."'Kalau main sendiri nggak mungkin seganas itu!'Aku menggerutu dalam hati,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments