Malam terasa berbeda di dalam kamar ini. Dua manusia masih menikmati pelukan hangat di atas kasur busa. Menyerap aroma tubuh masing-masing yang menjadi candu keduanya.
Daniel membelai lembut rambut Andina, membuat sentuhan-sentuhan yang menenangkan.
Andina tersenyum, dengan canggung ia membelai wajah suaminya. Seringai Daniel terlihat, ia sangat tahu apa yang akan ia lakukan malam ini. Terlebih sekali sejak awal ia kembali bekerja, Andina sudah memberikan kode yang begitu kentara. Bahasa tubuh yang membuat Daniel kehilangan akal sehatnya.
Hidung mereka saling bersentuhan, kemudian mata mereka bertemu. Bibir keduanya saling bertaut, seolah memang sangat tahu keduanya menginginkan pelepasan.
"Izinkan aku menyentuhmu, Dina." Andina mengangguk. Tidak munafik jika ia juga senang dengan sentuhan Daniel. Daniel tersenyum, ia mengecup kening Andina.
Jiwanya lantas melayang ke udara. Jadi inikah yang dirasakan Sarasvati jika suaminya
Jika saja ayam jantan milik tetangga Daniel paham, ia dan istrinya baru saja melalui malam panjang yang melelahkan. Mungkin ayam jantan itu akan berhenti berkokok lantang membangunkan semua orang dan memilih pergi mencari sarapan. Langit sudah cerah berawan, pedagang sayuran sudah berkeliling menawarkan belanjaan. Ia heran kenapa penghuni rumah dengan pohon mangga didepannya tidak mengejarnya dan menawar dagangannya. Andina yang pertama membuka mata.Karena ia memang sudah terbiasa bangun lebih awal. Ia menatap arah jam dinding yang membuatnya langsung terduduk. Pagi ini ia terlambat mengikuti obrolan pagi bersama ibu-ibu komplek. Obrolan yang menyenangkan bagi kaum wanita. Tubuhnya terasa kaku dan remuk, ia merenggangkan otot-ototnya cukup lama. Hingga selimut yang menutupi bagian tubuhnya melorot menunjukkan dua putingnya yang mengeras dan bekas-bekas kecupan mesra yang ditorehkan oleh bibir suaminya. Andina tersenyum tipis, ia menatap Daniel yan
Jika ada yang bertanya kepada Daniel tentang resolusi di usia tiga puluh tahunnya, jawabannya tidak muluk-muluk. Dia hanya ingin istrinya bangga dengan pencapaian kerjanya. Dahulu, ketika hidupnya belum berputar layaknya roda kehidupan dan mabuk daratan, ia hanya ingin posisinya sebagai direktur utama terpampang jelas di jidatnya sampai ia memiliki anak dan anaknya yang akan menjadi penerusnya. Semulus itu resolusinya. Meski semulus jalan tol Cipularang yang angker dan menyeramkan.Kini, ia sudah cukup bahagia dengan apa yang dimilikinya sekarang. Kehidupan sederhana sepasang suami-istri yang akur dan tak kekurangan sedikitpun kasih sayang. Walaupun begitu, ia belum puas karena ia belum bisa mementaskan keluarga kecilnya dari kontrakan kecil itu. Bahkan ia perlu memutar otaknya mencari akal bulus agar tidak buru-buru membawa pulang cucu dan kembali menjadi keluarga Sanjaya. Karena ia masih ingin menikmati hangatnya keluarga dalam kehidupan yang sederhana. Memulai dari n
Andina duduk di tepi tempat tidur, memandangi pigura foto pernikahannya. Foto yang baru saja ia cetak untuk memberikan kejutan ulangtahun kepada suaminya yang akan bertambah usia dini hari nanti. Dilihatnya gaun pengantin berhias Swarovski yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Seulas senyum yang dipaksakan kedua pengantin. Yang lebih parahnya lagi pernikahannya itu terlihat sederhana namun mengeluarkan biaya yang fantastis dan terbilang egois. Andina mengamati cincin platina dengan berlian kecil di jari manisnya.Ada seribu satu alasan yang bisa dicarinya agar tidak perlu mengubah takdirnya. Tapi, Tuhan selalu menyiapkan segala sesuatunya dengan rapi, terstruktur dan jelas-jelas akan terjadi pada umatnya. Tapi alasan paling sederhana adalah bahwa Tuhan selalu mempunyai efek baik bagi umatnya, entah sekarang atau dikemudian hari efeknya. Tapi bagi Andina sekarang, sejauh mana ia menyangkalnya. Ia bahagia dengan pertemuannya dengan
Fajar menyala, terus berputar bagaikan roda. Berpendar indahnya sinar surya laksana permata gemerlap yang menyihir raga.Beratnya beban tidak dirasakan Andina, ia dengan semangat memilih sayuran segar dan beberapa olahan daging sapi yang Daniel sukai."Tumben Mbak belanjanya banyak." ujar pedagang sayuran sambil tersenyum senang. Namun wajahnya terlihat curiga."Kenapa, bapak tidak senang dagangannya saya borong?" tanya Andina ingin tahu."Tapi Mbak gak ngutang kan?" ujar pedagang sayuran dengan nada skeptis.Andina tersenyum tipis, "Tidak, pak. tenang... Dompet saya masih tebal. bisa untuk bantalan rel kereta." ujar Andina bercanda. Ia sudah selesai memilih bahan-bahan masakan hari ini. Meski hanya akan memasak olahan rumahan. Ia yakin Daniel sudah senang karena nanti ia akan memberi bonus lain sebagai hadiah ulangtahunnya.Pedagang sayuran dengan teliti menghitung jumlah belanjanya Andina. Sesekali
Daniel langsung merasakan semangatnya redup ketika sang manager HRD dengan wajah menyebalkan itu menghardiknya dengan perkataan yang menohok."Baru dapat promosi jabatan aja sudah telat! Mau bikin perusahaan rugi karena punya karyawan pemalas sepertimu!"Nada menuduh yang membalut suara berat manager HRD itu menegaskan bahwa gadis dengan dagu yang diangkat angkuh itu memang layak menjadi manager HRD. Galak, tegas, tidak memiliki ekspresi hangat, dan blak-blakan."Hari ini saya ulangtahun, istriku memberi hadiah yang istimewa. Jadi, harap maklum jika saya terlambat karena tadi ada sedikit problem yang menyenangkan.""Saya tidak peduli! Yang saya mau semua karyawan yang sudah mendapatkan promosi jabatan harus datang tepat waktu!"Daniel memaksakan senyum tipis yang terkesan santai. Andai saja, ia mempunyai kuasa untuk menutup telinganya sekarang, ia akan melakukannya detik itu juga.Daniel beranjak berdiri,
Daniel kembali tenggelam dalam kegiatannya, ia mati-matian memperbaiki materi meeting yang membuatnya merasa sangat diharapkan di perusahaan tempatnya bekerja."Pusing juga jadi karyawan." gumamnya sembari menutup laptop dan merapikan kertas-kertas yang ia bawa. Sebelum jam tiga sore berdentang, ia sudah menyelesaikan tugasnya sekaligus mempelajarinya secara runtut materi yang ia perbaiki.Tak ingin dimarahi oleh manager HRD lagi karena terlambat, ia langsung melangkahkan kakinya menuju tempat parkir. Matanya mencari dengan cepat mobil Swift warna merah! Mobil kecil yang cocok untuk seorang gadis pemberani sepertinya.Ia menunggu sang pemilik mobil datang, percuma saja ia membawa kuncinya jika tidak bisa leluasa merebahkan tubuhnya di jok mobil."Lagian kenapa juga di kasih ke gue kuncinya! Heran!" gumam Daniel diiringi kening yang berkerut.Lima menit berlalu, seorang gadis berjalan kearahnya, ia terlihat berbeda se
Meeting itu sukses besar. Daniel benar-benar seorang perayu yang ulung. Kini ia tahu, selain keadaan yang membuatnya menjadi lebih kritis dalam menjalani kehidupannya, ia juga berbakat menjadi public relation. Ia punya kemampuan dalam membangun dan memelihara komunikasi, serta memberi respon dengan cepat kepada klien. Kalaupun ia gagal menjadi public relation ia bisa menjadi marketer yang handal."Saya kagum dengan caramu membujuk. Congratulations, tunggulah sampai perusahaan memberikan kabar baik kepadamu!" ujar manager HRD dengan penuh kesan.Tentu saja, Daniel selalu bisa mengatasinya dengan baik. Dengan wajah yang jumawa, ia menganggukkan kepalanya."Jadi apa saya dapat bonus?" tanyanya terus terang."Hahaha. Tidak sabar sekali anda!" balas sang manager HRD sambil berjalan keluar lift, "Kita akan kembali ke kantor untuk membicarakan ini dengan petinggi lainnya. Saya harap, istri anda tidak keberatan karena pembicaraan ini akan diseli
Hati Andina terasa sangat berat setelah mengetahui bahwa Daniel berada satu mobil dengan seorang wanita. Di ruang tamu, dia hanya bisa berdoa, Daniel akan segera pulang dan merayakan ulangtahun bersama. Dia tahu Daniel bekerja, bukan berkencan seperti yang iblis-iblis katakan padanya, merasuki pikirannya dan membuatnya terpenjara dalam gelisah yang tak bermakna."Lama-lama kuenya di semutin kalau yang ulangtahun belum juga pulang!" gumam Andina menatap semua makanan yang ia masak. Sudah dingin, bahkan satai lilit sudah ia makan beberapa tusuk. Ia lapar, dan tidak mau sakit karena alasan konyol, 'menunggu suami pulang lalu makan bersama!'Disana, diruang meeting, suratan takdir sedang berlaku pada suaminya. Plus minus tentang proyek yang Daniel tangani menuai pro-kontra. Ada banyak evaluasi yang harus dipecahkan oleh mereka saat ia juga. Daniel terpekur, ulangtahun yang selalu ia nantikan bersama Aurelie dulu hanya slalu terlewatkan tanpa kesan, sedangkan sekarang