Share

BAB 23

Author: Jw Hasya
last update Last Updated: 2025-11-01 17:20:06

“Tuan, saya harus kembali ke mansion.” Sutra sudah rapi dengan pakaiannya, wajahnya kembali segar, tapi ada sekelumit embun di ujungnya.

“Sutra, kita harus bicara tentang ini semua.” Kama menatap Sutra dengan tajam.

Sutra mengulas sedikit senyum penuh kemirisan. “Tidak ada yang perlu kita bahas tentang semunya. Anggap semua yang telah terjadi, adalah mimpi terburukmu, begitupun dengan saya.”

Detik pernyataan mengudara di udara, pria di hadapan Sutra terbelalak tak menyangka, jika sang pelayan bisa berkata setegas itu.

“Kau yakin?” katanya gamang.

Sutra mengangguk mantab.

“Baiklah, kuharap setelah kejadian ini, kau tidak lagi menampakkan batang hidungmu di hadapanku. Dan jangan pernah lagi kau kembali ke sini.” Kata-katanya berat, bergetar, dan mungkin juga ada sekelebat egois di dalamnya.

Tak ada jawaban yang berarti, Sutra berjalan dengan langkah yang panjang menuju pintu utama.

Kakinya seakan tidak dapat menopang tubuhnya lagi, ketika langkah itu berada di sepanjang koridor
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Iin Huang
gmn klu ibu mu tau kebenaran ny sutra? kalau nyonya Almira tau smua nya gimana?
goodnovel comment avatar
Iin Huang
sutra emng ny kamu udh mantap dgn keputusan ini? jangan sampai kamu membuat masalah baru sutra. kamu yakin tidak akan hamil anak ny kama? apa yg akan terjadi klu kamu akhrny hamil sutra.
goodnovel comment avatar
fatmawati
Sutra kamu beneran sudah mantap dengan keputusanmu jangan sampai kamu menimbulkan masalah baru dan semoga kama tidak menemukanmu ditempat yang baru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kama Sutra   Bab 159

    Kama tampak sedang membantu Sutra dalam memotong beberapa bahan makanan yang akan dimasak di atas kompor. Mereka berdua memang sengaja tidak melibatkan pelayan untuk menyiapkan acara makan malam dengan Hans. Beberapa jam lalu, Kama bercerita pada Sutra, jika keselamatan Nala tidak lepas dari campur tangan Hans. Bahkan, pria itu begitu cekatan dalam mencari sebuah informasi untuk dapat segera menemukan Nala. Mendengar cerita dari Kama, membuah hati Sutra tersentuh. Lalu, dia memiliki ide untuk mengajaknya makan malam. Meskipun awalnya ditolak oleh Kama karena merasa cemburu, tapi pada akhirnya wanita itu dapat meyakinkan Kama jika kecemburuannya itu tidaklah beralasan. “Apa saat kau tinggal di rumah Hans dulu, dia suka memasak untukmu?” tiba-tiba pertanyaan gila itu menyeloroh dari dalam bibir Kama. Sutra mengerutkan dahinya, mencoba mengingat beberapa moment saat dirinya tinggal di rumah mungil milik Hans. Kemudian wanita itu menggeleng. “Tidak pernah. Dia jarang sekali me

  • Kama Sutra   Bab 158

    Sepulang dari rumah Mina, Hans tidak lantas menemui Kama atau pun kembali ke apartemen pribadinya. Pria itu melesatkan kendaraannya ke sebuah tempat yang selama ini selalu menjadi tempat favoritnya saat pikirannya dibanjiri begitu banyak masalah. Dengan membawa sebotol minumam penghangat tubuh, Hans berjalan melewati jalanan terjal menuju sebuah tebing yang cukup curam. Langkahnya terhenti tepat di bibir tebing dengan view yang begitu cantik serta memukau. Dari tempatnya berdiri saat ini, pria itu dapat kenyaksikan gumpalan awan menggantung di depan matanya, dengan beberapa pucuk gunung menerobos menembus awan-awan putih seperti kapas. Hans memang kerap menghabiskan waktunya di sana, saat keadaan hatinya mulai memburuk tak segan dirinya akan menikmati kesunyian dengan tegukan minuman yang sedikit membuatnya mabuk. Lantas ia akan terus berusaha memecahkan setiap masalah yang seolah tengah menghimpit dadanya. “Kenapa kau harus menitipkan perasaan ini padaku?” gerutunya pada lang

  • Kama Sutra   Bab 157

    “Dokter Bobby sudah pulang dua hari lalu.” Seorang perawat yang bertugas di sebuah rumah sakit yang sebelumnya merawat dokter Bobby berbincang dengan Hans melalui pesawat telepon. “Kau bisa memberiku alamatnya?” tanya Hans. “Maaf, Tuan. Aku tidak bisa memberikan alamat dokter Bobby karena itu sebuah privasi. Aku tidak ingin mendapat teguran karena telah melanggar kode etik.”“Baiklah, terima kasih.”Setelah panggilan telepon terputus, Hans berjalan ke luar apartemen. Langkahnya sedikit tergesa menuju basement. Dia akan kembali menemui Mina, mantan pelayan di rumah keluarga Reynard. Sebab, ada sebuah kecurigaan yang mengarah pada satu nama—Sutra. Setelah melewati perjalanan panjang, Hans sampai di kediaman Mina. Pria itu membawa sesuatu untuk Mina. “Kau lagi, ada apa?” Wajah perempuan tua itu tampak tidak senang dengan kedatangan Hans. “Maaf, aku ke sini tanpa memberitahumu terlebih dulu, Mina. Tapi, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, tentang ….”“Tentang keluarga Tuan Reynard ‘

  • Kama Sutra   Bab 156

    “Jika perempuannya tidak memiliki perasaan terhadap dirimu, bagaimana?” Hans berjalan ke arah jendela usang yang berada di tepi tembok, tatapannya terlempar jauh ke arah mata angin yang meniup sepoi sebuah kayu akasia yang bertengger menjulang di depan jendela. Bruno menatap Hans sekilas, kemudian pria itu diam sesaat sebelum mengucapkan sebuah kalimat. “Aku akan berupaya untuk terus membuatnya tahu jika aku lebih baik dari orang yang mungkin saat ini sedang mengisi hatinya. Tapi ….” Bruno menggantung kalimatnya. Tatapannya menelisik ke arah Hans. “Kau menyukai wanita yang sudah memiliki pasangan hidup?” Hans hanya menukikkan sebelah bibirnya. “Apa menurutmu cinta itu harus hidup bersama?” “Tentu saja, Hans. Untuk apa mencintai seseorang tapi tidak bisa hidup bersama? Bukankah tujuan dari mencintai memang hidup bersama dan saling berbagi rasa satu sama lain?” Hans tidak lagi bersuara. Rasanya begitu jengah, jika dirinya harus menuruti apa kata hatinya. Merebut Sutra dari Kama

  • Kama Sutra   Bab 155

    “Kama, bagaimana? Apa kau sudah menemukan Nala?” Raut wajah Sutra begitu sembab. Entah sudah berapa lama, wanita itu terus menangisi Nala. Tiba-tiba Kama memeluk tubuhnya, dan berbisik. “Anak kita ada di dalam mobil. Dia sedang tidur. Sekarang, kau tidak perlu lagi menangis, Sutra.” Dengan derai air mata yanh tak henti, Sutra berhambur ke luar rumah, mencari keberadaan mobil Kama yang ternyata terparkir di beranda rumah. Hatinya berdebar kencang kala dirinya kembuka pintu mobil. Seorang bayi lengkap dengan sebuah selimut tebal dan hangat menutupi tubuhnya yang mungil, tertidur pulas di atas jog mobil. “Putriku!” selorohnya sambil meraih tubuh mungil tersebut. Tak henti-henti, Sutra terus menciumi tubuh sang putri, sambil terus meraba tubuhnya mungil tersebut, takut jika ada luka atau bekas memar di area tubuhnya. Mendapat perlakuan yang sedikit kasar, membuat pemilik tubuh kecil itu menggeliat lalu membuka matanya. Tangis pun pecah, seolah bayi kecil itu ingin mengata

  • Kama Sutra   Bab 154

    “Kenapa kau malah menuduhku? Tidak, Kama. Dia bohong, dia yang telah menculik putrimu!” Kini giliran Nyonya Amira bersuara. Melihat kedua wanita yang seakan saling menyalahkan dan mencari pembenaran, Kama lantas menyuruh Hans untuk menyiksa keduanya sampai mereka mau mengaku di mana Nala saat ini berada. “Aku menyerah!” ujar Nerezza pada akhirnya. Napasnya naik turun seperti tengah diburu jutaan singa di tengah gurun pasir. “Anakku masih berada di rumahku. Aku menyuruh pelayan untuk menjaganya.” Hans menghentikan cambukan yang sedari tadi melumat habis tubuhnya. Bercak darah merembes dari balik baju. “Sungguh, aku tidak berbohong padamu. Anakmu masih di rumahku. Dia baik-baik saja. Sekarnag, tolong lepaskan aku!” Mendengar pernyataan Nerezza, Nyonya Amira terperanjat, tidak menyangka jika wanita itu akan membohongi djrinya. “Hans, kau dan Bruno kutugaskan ke rumah Nerezza di London, cari tahu kebenarannya. Jika memang Nala berada di rumah itu. Maka … aku akan segera me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status