Share

Bab 155

Author: Jw Hasya
last update Last Updated: 2025-12-25 23:31:45

“Kama, bagaimana? Apa kau sudah menemukan Nala?” Raut wajah Sutra begitu sembab. Entah sudah berapa lama, wanita itu terus menangisi Nala.

Tiba-tiba Kama memeluk tubuhnya, dan berbisik. “Anak kita ada di dalam mobil. Dia sedang tidur. Sekarang, kau tidak perlu lagi menangis, Sutra.”

Dengan derai air mata yanh tak henti, Sutra berhambur ke luar rumah, mencari keberadaan mobil Kama yang ternyata terparkir di beranda rumah.

Hatinya berdebar kencang kala dirinya kembuka pintu mobil. Seorang bayi lengkap dengan sebuah selimut tebal dan hangat menutupi tubuhnya yang mungil, tertidur pulas di atas jog mobil.

“Putriku!” selorohnya sambil meraih tubuh mungil tersebut.

Tak henti-henti, Sutra terus menciumi tubuh sang putri, sambil terus meraba tubuhnya mungil tersebut, takut jika ada luka atau bekas memar di area tubuhnya.

Mendapat perlakuan yang sedikit kasar, membuat pemilik tubuh kecil itu menggeliat lalu membuka matanya. Tangis pun pecah, seolah bayi kecil itu ingin mengata
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Lasma Wati
kk author aku mohon hans yg jadi suami sutra🫣
goodnovel comment avatar
Lasma Wati
syukurlah baby nala selamat, kama siap siap kamu sama keputusan sutra .... kira kira siapa ya yg bakal dinikahi sutra ...
goodnovel comment avatar
Lisa Anggraini
jangan paksakan Hans.. sesuatu yang dipaksakan tidak akan baik..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kama Sutra   Bab 158

    Sepulang dari rumah Mina, Hans tidak lantas menemui Kama atau pun kembali ke apartemen pribadinya. Pria itu melesatkan kendaraannya ke sebuah tempat yang selama ini selalu menjadi tempat favoritnya saat pikirannya dibanjiri begitu banyak masalah. Dengan membawa sebotol minumam penghangat tubuh, Hans berjalan melewati jalanan terjal menuju sebuah tebing yang cukup curam. Langkahnya terhenti tepat di bibir tebing dengan view yang begitu cantik serta memukau. Dari tempatnya berdiri saat ini, pria itu dapat kenyaksikan gumpalan awan menggantung di depan matanya, dengan beberapa pucuk gunung menerobos menembus awan-awan putih seperti kapas. Hans memang kerap menghabiskan waktunya di sana, saat keadaan hatinya mulai memburuk tak segan dirinya akan menikmati kesunyian dengan tegukan minuman yang sedikit membuatnya mabuk. Lantas ia akan terus berusaha memecahkan setiap masalah yang seolah tengah menghimpit dadanya. “Kenapa kau harus menitipkan perasaan ini padaku?” gerutunya pada lang

  • Kama Sutra   Bab 157

    “Dokter Bobby sudah pulang dua hari lalu.” Seorang perawat yang bertugas di sebuah rumah sakit yang sebelumnya merawat dokter Bobby berbincang dengan Hans melalui pesawat telepon. “Kau bisa memberiku alamatnya?” tanya Hans. “Maaf, Tuan. Aku tidak bisa memberikan alamat dokter Bobby karena itu sebuah privasi. Aku tidak ingin mendapat teguran karena telah melanggar kode etik.”“Baiklah, terima kasih.”Setelah panggilan telepon terputus, Hans berjalan ke luar apartemen. Langkahnya sedikit tergesa menuju basement. Dia akan kembali menemui Mina, mantan pelayan di rumah keluarga Reynard. Sebab, ada sebuah kecurigaan yang mengarah pada satu nama—Sutra. Setelah melewati perjalanan panjang, Hans sampai di kediaman Mina. Pria itu membawa sesuatu untuk Mina. “Kau lagi, ada apa?” Wajah perempuan tua itu tampak tidak senang dengan kedatangan Hans. “Maaf, aku ke sini tanpa memberitahumu terlebih dulu, Mina. Tapi, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, tentang ….”“Tentang keluarga Tuan Reynard ‘

  • Kama Sutra   Bab 156

    “Jika perempuannya tidak memiliki perasaan terhadap dirimu, bagaimana?” Hans berjalan ke arah jendela usang yang berada di tepi tembok, tatapannya terlempar jauh ke arah mata angin yang meniup sepoi sebuah kayu akasia yang bertengger menjulang di depan jendela. Bruno menatap Hans sekilas, kemudian pria itu diam sesaat sebelum mengucapkan sebuah kalimat. “Aku akan berupaya untuk terus membuatnya tahu jika aku lebih baik dari orang yang mungkin saat ini sedang mengisi hatinya. Tapi ….” Bruno menggantung kalimatnya. Tatapannya menelisik ke arah Hans. “Kau menyukai wanita yang sudah memiliki pasangan hidup?” Hans hanya menukikkan sebelah bibirnya. “Apa menurutmu cinta itu harus hidup bersama?” “Tentu saja, Hans. Untuk apa mencintai seseorang tapi tidak bisa hidup bersama? Bukankah tujuan dari mencintai memang hidup bersama dan saling berbagi rasa satu sama lain?” Hans tidak lagi bersuara. Rasanya begitu jengah, jika dirinya harus menuruti apa kata hatinya. Merebut Sutra dari Kama

  • Kama Sutra   Bab 155

    “Kama, bagaimana? Apa kau sudah menemukan Nala?” Raut wajah Sutra begitu sembab. Entah sudah berapa lama, wanita itu terus menangisi Nala. Tiba-tiba Kama memeluk tubuhnya, dan berbisik. “Anak kita ada di dalam mobil. Dia sedang tidur. Sekarang, kau tidak perlu lagi menangis, Sutra.” Dengan derai air mata yanh tak henti, Sutra berhambur ke luar rumah, mencari keberadaan mobil Kama yang ternyata terparkir di beranda rumah. Hatinya berdebar kencang kala dirinya kembuka pintu mobil. Seorang bayi lengkap dengan sebuah selimut tebal dan hangat menutupi tubuhnya yang mungil, tertidur pulas di atas jog mobil. “Putriku!” selorohnya sambil meraih tubuh mungil tersebut. Tak henti-henti, Sutra terus menciumi tubuh sang putri, sambil terus meraba tubuhnya mungil tersebut, takut jika ada luka atau bekas memar di area tubuhnya. Mendapat perlakuan yang sedikit kasar, membuat pemilik tubuh kecil itu menggeliat lalu membuka matanya. Tangis pun pecah, seolah bayi kecil itu ingin mengata

  • Kama Sutra   Bab 154

    “Kenapa kau malah menuduhku? Tidak, Kama. Dia bohong, dia yang telah menculik putrimu!” Kini giliran Nyonya Amira bersuara. Melihat kedua wanita yang seakan saling menyalahkan dan mencari pembenaran, Kama lantas menyuruh Hans untuk menyiksa keduanya sampai mereka mau mengaku di mana Nala saat ini berada. “Aku menyerah!” ujar Nerezza pada akhirnya. Napasnya naik turun seperti tengah diburu jutaan singa di tengah gurun pasir. “Anakku masih berada di rumahku. Aku menyuruh pelayan untuk menjaganya.” Hans menghentikan cambukan yang sedari tadi melumat habis tubuhnya. Bercak darah merembes dari balik baju. “Sungguh, aku tidak berbohong padamu. Anakmu masih di rumahku. Dia baik-baik saja. Sekarnag, tolong lepaskan aku!” Mendengar pernyataan Nerezza, Nyonya Amira terperanjat, tidak menyangka jika wanita itu akan membohongi djrinya. “Hans, kau dan Bruno kutugaskan ke rumah Nerezza di London, cari tahu kebenarannya. Jika memang Nala berada di rumah itu. Maka … aku akan segera me

  • Kama Sutra   Bab 153

    Nasib baik masih belum bersedia menghampiri Nerezza. Perempuan cantik itu sebentar lagi harus mengalami kesialan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Pasalnya, Kama telah menyiapkan kejutan yang akan membuat hidupnya tidak lebih baik dari seekor tikus dalam got. “Hai, maaf, kau harus menungguku terlalu lama. Aku sedang berganti pakaian, karena kurasa tidak mungkin jika harus menemuimu dengan keadaan berantakan.” Wanita itu menyunggingkan senyum hangat oada Kama. Pria itu berdiri di depan pintu rumah Nerezza dengan sebuah jaket jubah musim dingin berwarna hitam. Tatapannya sukit di artikan. Namun, Nerezza menebak jika tatapan Kama saat ini adalahs ehuah kerinduan yang lama dipendam. “Ayo, masuklah.” Wanita itu mengaitkan kedua lengannya pada lengan Kama. Pria itu tidak menolak, bahkan terkesan menerima perlakuan Merezza dengan baik. “Aku ingin bicara serius denganmu.” Tiba-tiba suaranya terdengar dingin, dan itu membuat kedua tangan Nerezza mendadak lepas dari lengan Kama.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status