Home / Romansa / Kamar Dingin CEO / Chapter 7 -susah untuk di terima

Share

Chapter 7 -susah untuk di terima

Author: Aliannaxsya
last update Huling Na-update: 2023-02-05 00:21:52

"Kau tak mau menurutinya huh? Ini permintaan anak mu kalo kau lupa!" Sentak Jenni, merenggut kesal ke arah Arka.

Pria yang berstatus suaminya itu menghela nafas kasar, kepalanya rasanya ingin pecah seharian di rumah meladeni wanita hamil ini. Niat ingin  menghindari wartawan, eh... ternyata di rumah lebih membuatnya pusing.

"Mau apa?" Tanya Arka pada akhirnya ia akan menuruti wanita hamil ini agar diam.

Jenni mendengus kecil, pria di depannya ini tetap tidak bisa bersikap sewajarnya. Irit bicara dan bermuka datar. "Ck! Aku tadi melihat di televisi anak kecil tengah memakan ice cream." Meskipun masih kesal tapi Jenni tetap mengutarakan keinginannya.

"Lalu?" Ucapan Jenni terlalu berbelit Arka kurang menangkap maksudnya.

"Aku ingin menyentuh pipi gembul anak itu!!" Pekik Jenni dengan rengekan. Arka melongo di tempat.

"K-kau tak ingin ice creamnya saja?" Tawar Arka. Ayolah... anak kecil yang Jenni maksud itu seorang artis cilik yang sekarang tengah berlibur di Jepang. 

Kenapa ia tau? Jelas tau karena sedari tadi ia menemani Jenni menonton televisi, meskipun Arka tidak menontonnya dengan serius tapi ia beberapa kali melihat iklan anak kecil itu, yang tengah mengiklankan salah satu Brand Ice cream.

"Ck! Aku ingin anak itu! Bukan ice creamnya! Pokoknya kalo kau menolak permintaan anak ini-" Jenni menunjuk perutnya yang sedikit menyembul. "Kau akan tau akibatnya Arka..." Jenni tersenyum penuh arti.

Lagi-lagi Arka hanya menghela nafas kasar, ia tahu maksud Jenni apa, wanita itu akan mengadu ke ibunya dan berakhir Arka yang akan mendengar ceramahan ibunya yang panjangnya mengalahkan sungai Nil.

"Baiklah, akan kuusahakan membuat janji dengan anak kecil itu. Tapi tidak hari ini, anak kecil itu tengah berlibur dengan keluarganya di Jepang." Arka membalikkan ponselnya ke arah Jenni guna menjadi bukti. Laman sosial media yang berisi foto anak itu di Jepang.

"Bisa sekarang juga sih." Ujar Jenni dengan senyum kecil, dan Arka yang was-was karena tau wanita di depannya ini sangat nekat.

"Kita yang menghampiri anak itu ke Jepang!" Usul Jenni dengan senyum mengembang.

"Tidak." Jawaban satu kata dari mulut Arka membuat semangat Jenni menurun.

Jenni diam tak bersuara, Arka berusaha tak memperdulikan keterdiaman Jenni.

"Hiks... kau masih berharap bukan dengan Savana hah!? Aku melihat artikel itu bodoh! Hiks... kau jahat Arka! Kau jahat! Tidak bisakah kita seperti dulu menjadi seorang teman... sungguh aku tau ini semua sulit bagi kalian... hiks... meski tidak bisa seperti pasangan suami istri pada umumnya, setidaknya kau menganggap ku ada Arka!" 

Arka terdiam melihat emosi Jenni yang meluap, dengan tangisnya yang hebat. Tubuhnya, bahkan hati nuraninnya seperti sengaja dimatikan fungsinya. Ia bingung harus bertingkah seperti apa terhadap Jenni, wanita yang menjadi istrinya hampir seminggu ini.

"Maaf... kau tau kisah kita seperti apa Jenni." Hanya itu yang keluar dari mulut Arka. Memang benar bukan, jika boleh bersikap jahat sekarang, Jenni lah penyebab semua ini, dan sekarang wanita di pinggirnya ini ingin keadilan yang tak memungkinkan jika masalahnya belum beres.

Contohnya, perasaan Arka yang masih belum selesai dengan Savana. Di tambah beberapa hari yang lalu ia melihatnya secara langsung wanita yang dulu ia jaga sepenuh hati tengah berciuman dengan pria asing. 

"Kisah kalian terlalu sempurna Arka, dan aku yang harus menjadi penghancur itu." Jenni menoleh ke arah Arka dengan wajah sembab, bibirnya sedikit terangkat menampilkan senyum semanis mungkin.

Memang orang lain di luar sana jika melihat tingkah Jenni yang merebut Arka dari Savana terlihat sangat jahat. Tapi bagi Jenni, itu semua bukan apa-apa. Dan ia juga tak merasa bersalah sedikit pun terhadap Savana.

*****

Setelah 3 hari istirahat Savana sudah kembali kerja dengan keadaan yang membaik. Oh... jangan lupakan, pria yang sangat senang membuat artikel baru dengannya, sering kali berkunjung ke apartemennya. Apalagi kemarin saat ia sakit. Membawa sarapan, membelikan makanan, mengingatkannya minuma obat, dan banyak lagi tingkah manis pria itu.

Ayolah! Perempuan mana yang tidak terbawa perasaan dengan sikap se-gantle Aiden. Bahkan pria itu mau di suruh beli pembalut oleh Savana.

Hap!

"Breng-sek kau Ben!" Savana terkejut bukan main saat Ben sengaja mengaggetinya dengan mendorong tangannya yang tengah menopang kepalanya. Alhasil Savana hampir terbentur meja.

"Oh... kasar sekali teman ku ini." Goda Ben dengan gerlingan matanya yang membuat Savana semakin kesal.

"Kau rekan kerja ku sekarang by the way." Savana menunjukkan arloji yang bertengger manis di tangan kanannya.

Jadi, Savana membuat keputusan dengan Ben rekan kerja sekaligus temannya. Saat jam kerja Ben harus menganggap Savana sebagai bos bukan seorang teman. Tujuanya adalah ke-profesionallan bekerja. Dan setelah waktu istirahat atau di luar jam kerja lainnya, barullah mereka bersikap layaknya seorang teman.

Ben menunjukkan deretan giginya yang rapih dengan kedua sudut bibir terangkat, "saya lupa nona! Tolong ampuni saya! Kalo begitu saya permisi." Savana hanya mengibas-ngibaskan sebelah tangannya, menyuruh Ben keluar.

Sebelum benar-benar pergi Ben menyembul di balik pintu, "ah ya, jangan lupa berkedip kawan! Aiden tak akan datang kesini dengan kau terus memikirkannya!" Goda Ben dan langsung lari sebelum kena amukan dari bos-nya.

"Ben, sialan!" Umpat Savana. Wajahnya benar-benar merah karena malu. Ia seperti baru saja di pergoki warga karena berbuat yang iya-iya.

Drrrtttt....

Savana meraih ponselnya, untuk melihat siapa yang menelponnya. 

Prak!

Dengan reflex Savana melempar ponselnnya ke meja di depannya. Nama yang menelponnya tertera disana.

Aiden.

Panjang umur sekali pria itu. Setelah memenuhi isi kepala Savana seharian ini, sekarang pria itu menelponnya.

"Baiklah... sedikit tenang Savana." Dengan takut Savana meraih ponselnya yang masih terus bergetar.

Dengan sangat amat bergetar Savana menggeser Icon hijau yang berada di layar ponsel.

"H- hallo??"

'Ah ya, hari ini kau sudah mulai berkerja?' Tanya Aiden dari sebrang sana.

****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 60 -Rencana Prita

    Prita menatap layar monitor yang menampilkan seluruh ruangan pesta yang di datangi oleh Aiden. Matanya menajam- berkilat marah saat Aiden dengan mesra mengajak Savana berdansa.Tangannya mengepal. Puk!Dengan kasar Prita menutup laptopnya. Ini tak bisa di biarkan. Ia harus bergerak cepat. Sebelum benar-benar pergi dari kamar hotelnya. Prita membawa buku catatannya.Sembari berjalan, Prita membuka bukunya. Membaca deretan nama dan juga profile yang di sertakan.Telunjuknya mengarah ke salah satu foto, sekertaris ya?? Menarik. Prita menutup bukunya dengan seringaian di wajahnya. Tangan yang satunya merogoh ponselnya dan mendial nomor seseorang."Diego Dwinarta. Cari apapun yang berkaitan dengannya. Secepatnya!"'Laksanakan!' Balas seseorang di sebrang sana.Setelah masuk lift, Prita menatap pantulannya di cermin yang menjadi salah satu tembok lift. Penampilannya agak berantakan. Untuk kali ini-- ia akan menjadi seorang pelayan cantik, sexy dan mempesona. Jelas itu untuk menarik perhat

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 59 -party

    Pesta mewah di gelar untuk merayakan ulang tahun Tuan Willson-- salah satu rekan kerja Aiden. Ia di undang langsung oleh Tuan Willson. Jelas ia harus datang.Tapi--Harus bersama Savana. Jika tidak Aiden tak mau datang. Terserah orang lain mengatakannya kekanakan dan semcamnya. Aiden tak peduli. Yang ia pedulikan hanya Savana seorang."Sudah ku bilang! Kau ini sudah dalam kategori pembodohan yang kau namakan CINTA itu!" Digo terus mengomeli teman satu-satunya ini. "Ayolah.... Tuan Willson itu penting dalam perusahaan mu Aiden!!" Digo nyaris memohon agar Aiden menghadiri pesta itu.Sang pelaku tak bergeming. Tetap santai dengan wajah datarnya. Jangan lupakan piyama tidur dan sebuah buku melekat di tangannya. Ingin rasanya Digo melempar temannya ini ke bulan, tapi ia urungkan karena masih membutuhkannya. Otaknya tak sepintar milik Aiden.Jelas alasannya sang pujaan hati yang tengah merajuk dan tak ingin ikut kepada pesta malam ini. Bagi yang tahu-tahu saja, Savana merajuk karena kejadi

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 58- Di ruang gantu

    Savana menatap pantulan dirinya di cermin, dress yang ia kenakan saat ini bergaya sabrina. Memamerkan pundak mulusnya dan leher jenjangnya. Savana menyatukan seluruh rambutnya yang menjuntai dan menggelungnya ke atas."Perfact." Savana tersenyum puas saat melihat hasil pilihannya.Dress bergaya sabrina berwarna biru dongker yang panjangnya di atas lutut. Savana memilih ini.Dari lima dress pilihannya yang ini paling memikat dan cocok dengan seleranya.Persetan Aiden menunggunya lama. Sengaja Savana ingin membuat pria itu kesal. "Apa kau tertidur An?" Savana berdecak kesal, pasalnya Aiden menggunakan nama panggilan orang-orang terdekatnya."IYA!" Kesalnya.Sebenarnya hal yang membuat Savana malas jika membeli baju itu adalah berganti baju. Baiklah... karena malas Savana memilih memakai dress yang ia kenakan.Sret!Savana menarik tirai itu. Ia mendapati Aiden yang tengah bersandar di samping pintu masuk menuju ruang ganti."Bayar yang ini." Seru Savana membuat badan Aiden menegak.Ia t

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 57- Stalker

    Di balik pintu keluar itu, seorang wanita dengan tubuh tinggi dan badan ramping bak seorang model, menggeram kesal dengan kedua tangan mengepal."Kali ini tidak berhasil... tapi tidak untuk lain kali." Desis wanita itu. Memilih pergi dari pemandangan yang menyesakan itu.Kesialan begitu setia kepadanya hari ini. Rencana dari jauh-jauh hari harus gagal seketika. Harusnnya-- ia tetap menjadi bagian penting disini, lalu menjebak Savana dan mendapatkan Aiden!Itu tujuannya!Dan malah sebaliknya. Itu semua bertolak belakang dengan kenyataannya.Wanita tadi-- Prita Adisson sudah sampai di apartemennya beberapa menit yang lalau. Ia melempar semua barang bawaannya asal, dengan segera ia melangkah menuju kamarnya."Aku pulang sayang!" Pekiknya seolah ada orang lain di apartemennya selain dirinya. Aslinya ia tinggal sendiri.Prita menatap kagum semua foto-- bahkan poster besar di setiap inci ding-ding kamarnya. Dari Aiden di nobatkan menjadi CEO Faeyza hingga Aiden yang baru keluar dari bandar

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 56 -strunggle

    Sejak pagi tadi Savana sudah di sibukan dengan berbagai macam rangkaian shooting sebuah iklan. Usai dengan berbagai macam foto beberapa BA- nya, di karenakan sukses besar... kali ini ia mengambil project besar yang di tuangkan di sebuah iklan.Tentu main utamanya tak lain Kalea Faeyza, awalnya hanya dia seorang yang mengiklankan dengan sebuah foto dan di pajang di berbgai macam bentuk. Majalah, papan reklame, poster dan lain sebagainya. Setelah Kalea, tim pemasaran membuka luas Talent untuk di jadikan BA. Dari artis yang sedang naik daun hingga selebgram.Dan sekarang... ia akan mengambil project iklan yang resmi. Iklan ini di kontrak sekitar 3 tahun di berbagai macam stasiun televisi.Hari ini, kami semua sudah berjalan setengah jalan. Dan sekarang, semua orang sedang istirahat. Tapi tidak bagi Savana.Ia sibuk memeriksa semua vidio yang baru di ambil beberapa saat yang lalu."Talent C ini menurut ku kurang bersemangat, tak sesuai dengan skrip yang kita buat." Savana menunjuk salah s

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 55 -Megan's

    Semua orang itu hidup dengan rencananya masing-masing, dengan kesulitan dan kebahagiaan yang sudah di atur oleh tuhan. Entah itu turunan atau sebagainya, ibunya Megan menikahi ayahnya karena di jodohkan-- lalu datanglah ia ke dunia yang rumit ini. Setelah itu tepat saat dirinya lahir, ayahnya juga datang dengan seorang wanita yang membawa seorang bayi. Benar sekali, ayahnya main belakang dari ibunya. Bahkan ayahnya jarang sekali pulang ke rumah dan lebih sering pulang kepada selingkuhannya. Alasannya-- karena tidak mencintai ibunya.Brengsek! Bajingan! Segala umpatan Megan arahkan hanya untuk pria yang katanya menyandang status sebagai ayah itu. Ia mengetahui kenyataan itu saat dia memasuki Sekolah Menengah Pertama.Dan saat ia mendengar Ben-- pria yang berhasil meluluhkan hatinya, ada wanita dan seorang bayi yang mencari pria itu, jelas Megan langsung marah. Ia tak menerima apapun alasan untuk kata Perselingkuhan!"Maafkan aku... ku mohon jangan menangis seperti ini lagi... aku tak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status