Home / Romansa / Kamar Dingin CEO / Chapter 6 -tamu di malam hari

Share

Chapter 6 -tamu di malam hari

Author: Aliannaxsya
last update Last Updated: 2023-02-03 20:55:43

"Bagaimana rasanya bibir milik seorang Aiden Faeyza huh? Kau tau, kau adalah satu-satunya wanita yang di perlakukan oleh Aiden istimewa." Savana yang tadinya menghiraukan ucapan Megan- sepupunya, memfokuskan sebentar saat mendengar kata istimewa.

Benarkah?

Isi kepalanya semakin penuh dengan dukungan bahwa pria itu menyukainya. "Aku tak peduli." Bohong, jelas Savana berbohong.

Mega berdecak kesal, "kau ingin melupakan Arka bukan?" Savana mengangguk kecil. "Mulai dari Aiden, lihat pria itu. Buat dia sejatuh mungkin ke dalam pesonama mu." Megan sangat mengebu menghasut Savana.

"Tidak, aku tak ingin memanfaatkan orang lain demi kepuasan ku." Benar ia tak akan melakukan itu, tapi ia ingin mencobanya. Tapi bukan memanfaatkannya. Melainkan mencoba untuk menerimannya.

Mungkin ia akan melupakan Arka, si mantan yang berhasil mengobrak-abrik hidupnya... juga hatinya.

"Dasar wanita bodoh! Pantas saja sahabat mu dengan mudah menikung tunangan mu!" Megan kesal karena Savana mengabaikan sarannya.

"Bisa diam sebentar?" Tatapan dingin dan wajah datar milik Savana berhasil membuat mulut Megan mengatup rapat.

"Umm... bagaimana nanti kita makan malam bersama?" Megan bertanya dengan takut-takut.

Savana mendengus malas, "Delio? Sudah ku katakan aku tak akan pulang!" Kesal Savana.

Delio adalah nama ayahnya. Sudah setahun lebih ia tak pulang ke rumah. Jelas ada alasannya, Savana tidak menyukai Anggun- ibu tirinya.

"Ayolah... hari ini saja..." mohon Megan dengan memelas. Sayang sekali tawaran pamannya yang selalu membuat dia tergiur. Kali ini jika ia berhasil membawa Savana pulang, pamannya akan membelika mobil porsche merah incarannya.

"Tidak! Tidak akan pernah!" Tekan Savana. Lalu ia merampas kasar tas slempangnya dan beranjak pergi.

"Hei! Kau belum membayar!" Pekik Megan, tapi ia tak peduli. Anggap saja itu balasannya karena telah membuat mood Savana semakin buruk.

*****

"Hiks..." isakan kecil keluar dari bibir tipis milik Savana.

Kali ini penyebabnya nyeri haid di perutnya yang sangat menyiksa. Pantas saja mood-nya hari ini berantakan. 

Keadaannya kali ini sangat memprihatinkan, rambut yang berantakan dan stelan baju yang masih sama seperti pagi tadi. Tadi sepulang dari sturbuck ia ketiduran, dan bangun-bangun tubuhnya remuk dengan sakit perut yang luar biasa. Sejak bangun Savana hanya menangis dengan posisi telungkup.

Sungguh menyedihkan ketika sakit ia hanya bisa diam sembari menunggu agak mendingan. Ia tak percaya lagi teman apalagi sahabat. Bahkan sepupunya saja yang paling deket jadi mata-mata ayahnya.

Jadi... siapa yang harus Savana percaya?

Drrrrttttt....

Ponsel di sakunya bergetar. Savana meronggohnya dan langsung menggeser icon hijau tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Hallo..." ucap Savana dengan parau. Suaranya serak karena terlalu lama menangis.

'Kau baik-baik saja?' Suara bass khas pria menguar di telinga Savana. Mungkin pria itu Ben, ia sedang malas berfikir siapa pemilik suara pria yang menelponnya.

"...tidak, aku tidak baik-baik saja... hiks..." perutnya kembali terasa di remas, peduli setan siapa yang menelponnya ia langsung menutup panggilannya dan melempar ponselnya entah kemana.

"Arghhh... kenapa sakit sekali!" Pekik Savana sembari berguling-guling di kasurnya.

Ting! Nong!

Ting! Nong!

"Fuck! Siapa yang bertamu malam-malam begini!" Umpat Savana kesal.

Ting! Nong!

Ting! Nong!

Suara bell kembali berbunyi. Savana menghela nafas kasar. Ia beringsut kepinggiran kasur dan berusaha bangkit secara perlahan. Berhasil, dengan tangan kanan meremas perutnya Savana berjalan ke arah pintu apartemennya untuk membuka kuncinya.

Kalo orang itu Ben, Savana bersumpah akan memukulnya habis-habissan.

Cklek!

Di luar nalar.

Orang itu Aiden, dengan stelan jas berantakan dan wajah khawatir.

"Ba-bagaimana kau tau apartemen ku?" Aiden tak menjawabnya, ia hanya memandangi Savana dengan lekat.

Grep!

Aiden menariknya kedalam pelukannya. Menyimpan dagunya di bahu Savana. "Aku sangat menghkhawatirkan mu." Badan Savana menegang seketika, saat mendengar suara deep pria itu tepat di telinganya.

Savana hanya diam, tak membalas. 

Bahkan hebatnya Savana melupakan nyeri haid-nya. 

Tapi ini semua salah. Savana mendorong kencang dada Aiden reflek. "Ma-maaf. Itu tadi- sedikit aneh." Keadaan menjadi canggung seketika. Terlihat jelas wajah Aiden yang merasa tak enak dan Savana yang merasa bersalah.

"Ah... saya tadi berada di dekat sini dan menelpon mu untuk makan malam bersama- tapi jawaban mu-- membuat saya khawatir." Aiden berusaha menjelaskan keadaan yang canggung ini.

Jelas khawatir, suara parau dan langsung bilang sedang tak baik-baik saja. Siapapun yang mendengarnya pasti menerka-nerka hal buruk.

Sebentar. Yang menelpon Savana bukan Ben, "kau menelpon ku?" Aiden mengangguk pelan. Savana menepuk dahinya pelan, kepalanya berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Baiklah. Kau ingin minum apa? Anggap saja rasa terimakasih ku karena telah mengkhawatirkan ku." Savana membuka lebar pintu apartemennya mempersilahkah'kan Aiden masuk.

"Baiklah jika kau memaksa." Aiden tersenyum kecil dan masuk melewati Savana.

Dasar pria tukang modus. Padahal Savana hanya berbasa-basi.

Aiden sudah duduk tenang di sofa yang ada di ruang tamu. Dengan bermalas-malasan Savana beranjak ke dapur yang menyatu dengan ruang tamu. 

"Oh ya, bukannya kau sedang sakit?" Tanya Aiden.

"Penyakit setiap bulan. Biasa." Aiden terdiam sebentar saat mendengar pernyataan Savana yang sedikit berbelit.

"Menstruasi?" Savana memutar bola matanya malas.

"Harus sejelas itu?" Kesalnya, itu kan privasi seorang wanita.

"Hanya minuman ini yang ada. Jika tak suka tak usah kau minum." Savana menaruh segelas susu putih tanpa rasa. Terserah mau di minum atau tidak.

"Aku akan meminumnya." Savana mengangkat alisnya menantang. Ia ingin tau pria ini bisa sampai sejauh mana.

Aiden meraih gelas yang berisi susu malt itu, lalu ia meminumnya dengan mata yang terus menatap Savana. Aiden benar-benar menghabiskannya dalam satu tenggakan.

"Manis." Ucap Aiden dengan senyum mengejek. Seolah ia membuktikkan bisa melawan wanita di hadapnnya.

"Ck! Kau tidak pulang?" Jelas itu usiran secara halus.

"Megusir ku hm?" Aiden bertanya dengan mengangkat sebelas alisnya, wajahnya benar-benar berhadapan dengan Savana.

Savana mengerjapkan matanya guna menyadarkan keterpesonaannya, pahatan tuhan begitu sempurna di hadapannya. Sudah pasti pria di depannya itu penggoda ulung.

"Terpesona hm?"

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 60 -Rencana Prita

    Prita menatap layar monitor yang menampilkan seluruh ruangan pesta yang di datangi oleh Aiden. Matanya menajam- berkilat marah saat Aiden dengan mesra mengajak Savana berdansa.Tangannya mengepal. Puk!Dengan kasar Prita menutup laptopnya. Ini tak bisa di biarkan. Ia harus bergerak cepat. Sebelum benar-benar pergi dari kamar hotelnya. Prita membawa buku catatannya.Sembari berjalan, Prita membuka bukunya. Membaca deretan nama dan juga profile yang di sertakan.Telunjuknya mengarah ke salah satu foto, sekertaris ya?? Menarik. Prita menutup bukunya dengan seringaian di wajahnya. Tangan yang satunya merogoh ponselnya dan mendial nomor seseorang."Diego Dwinarta. Cari apapun yang berkaitan dengannya. Secepatnya!"'Laksanakan!' Balas seseorang di sebrang sana.Setelah masuk lift, Prita menatap pantulannya di cermin yang menjadi salah satu tembok lift. Penampilannya agak berantakan. Untuk kali ini-- ia akan menjadi seorang pelayan cantik, sexy dan mempesona. Jelas itu untuk menarik perhat

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 59 -party

    Pesta mewah di gelar untuk merayakan ulang tahun Tuan Willson-- salah satu rekan kerja Aiden. Ia di undang langsung oleh Tuan Willson. Jelas ia harus datang.Tapi--Harus bersama Savana. Jika tidak Aiden tak mau datang. Terserah orang lain mengatakannya kekanakan dan semcamnya. Aiden tak peduli. Yang ia pedulikan hanya Savana seorang."Sudah ku bilang! Kau ini sudah dalam kategori pembodohan yang kau namakan CINTA itu!" Digo terus mengomeli teman satu-satunya ini. "Ayolah.... Tuan Willson itu penting dalam perusahaan mu Aiden!!" Digo nyaris memohon agar Aiden menghadiri pesta itu.Sang pelaku tak bergeming. Tetap santai dengan wajah datarnya. Jangan lupakan piyama tidur dan sebuah buku melekat di tangannya. Ingin rasanya Digo melempar temannya ini ke bulan, tapi ia urungkan karena masih membutuhkannya. Otaknya tak sepintar milik Aiden.Jelas alasannya sang pujaan hati yang tengah merajuk dan tak ingin ikut kepada pesta malam ini. Bagi yang tahu-tahu saja, Savana merajuk karena kejadi

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 58- Di ruang gantu

    Savana menatap pantulan dirinya di cermin, dress yang ia kenakan saat ini bergaya sabrina. Memamerkan pundak mulusnya dan leher jenjangnya. Savana menyatukan seluruh rambutnya yang menjuntai dan menggelungnya ke atas."Perfact." Savana tersenyum puas saat melihat hasil pilihannya.Dress bergaya sabrina berwarna biru dongker yang panjangnya di atas lutut. Savana memilih ini.Dari lima dress pilihannya yang ini paling memikat dan cocok dengan seleranya.Persetan Aiden menunggunya lama. Sengaja Savana ingin membuat pria itu kesal. "Apa kau tertidur An?" Savana berdecak kesal, pasalnya Aiden menggunakan nama panggilan orang-orang terdekatnya."IYA!" Kesalnya.Sebenarnya hal yang membuat Savana malas jika membeli baju itu adalah berganti baju. Baiklah... karena malas Savana memilih memakai dress yang ia kenakan.Sret!Savana menarik tirai itu. Ia mendapati Aiden yang tengah bersandar di samping pintu masuk menuju ruang ganti."Bayar yang ini." Seru Savana membuat badan Aiden menegak.Ia t

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 57- Stalker

    Di balik pintu keluar itu, seorang wanita dengan tubuh tinggi dan badan ramping bak seorang model, menggeram kesal dengan kedua tangan mengepal."Kali ini tidak berhasil... tapi tidak untuk lain kali." Desis wanita itu. Memilih pergi dari pemandangan yang menyesakan itu.Kesialan begitu setia kepadanya hari ini. Rencana dari jauh-jauh hari harus gagal seketika. Harusnnya-- ia tetap menjadi bagian penting disini, lalu menjebak Savana dan mendapatkan Aiden!Itu tujuannya!Dan malah sebaliknya. Itu semua bertolak belakang dengan kenyataannya.Wanita tadi-- Prita Adisson sudah sampai di apartemennya beberapa menit yang lalau. Ia melempar semua barang bawaannya asal, dengan segera ia melangkah menuju kamarnya."Aku pulang sayang!" Pekiknya seolah ada orang lain di apartemennya selain dirinya. Aslinya ia tinggal sendiri.Prita menatap kagum semua foto-- bahkan poster besar di setiap inci ding-ding kamarnya. Dari Aiden di nobatkan menjadi CEO Faeyza hingga Aiden yang baru keluar dari bandar

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 56 -strunggle

    Sejak pagi tadi Savana sudah di sibukan dengan berbagai macam rangkaian shooting sebuah iklan. Usai dengan berbagai macam foto beberapa BA- nya, di karenakan sukses besar... kali ini ia mengambil project besar yang di tuangkan di sebuah iklan.Tentu main utamanya tak lain Kalea Faeyza, awalnya hanya dia seorang yang mengiklankan dengan sebuah foto dan di pajang di berbgai macam bentuk. Majalah, papan reklame, poster dan lain sebagainya. Setelah Kalea, tim pemasaran membuka luas Talent untuk di jadikan BA. Dari artis yang sedang naik daun hingga selebgram.Dan sekarang... ia akan mengambil project iklan yang resmi. Iklan ini di kontrak sekitar 3 tahun di berbagai macam stasiun televisi.Hari ini, kami semua sudah berjalan setengah jalan. Dan sekarang, semua orang sedang istirahat. Tapi tidak bagi Savana.Ia sibuk memeriksa semua vidio yang baru di ambil beberapa saat yang lalu."Talent C ini menurut ku kurang bersemangat, tak sesuai dengan skrip yang kita buat." Savana menunjuk salah s

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 55 -Megan's

    Semua orang itu hidup dengan rencananya masing-masing, dengan kesulitan dan kebahagiaan yang sudah di atur oleh tuhan. Entah itu turunan atau sebagainya, ibunya Megan menikahi ayahnya karena di jodohkan-- lalu datanglah ia ke dunia yang rumit ini. Setelah itu tepat saat dirinya lahir, ayahnya juga datang dengan seorang wanita yang membawa seorang bayi. Benar sekali, ayahnya main belakang dari ibunya. Bahkan ayahnya jarang sekali pulang ke rumah dan lebih sering pulang kepada selingkuhannya. Alasannya-- karena tidak mencintai ibunya.Brengsek! Bajingan! Segala umpatan Megan arahkan hanya untuk pria yang katanya menyandang status sebagai ayah itu. Ia mengetahui kenyataan itu saat dia memasuki Sekolah Menengah Pertama.Dan saat ia mendengar Ben-- pria yang berhasil meluluhkan hatinya, ada wanita dan seorang bayi yang mencari pria itu, jelas Megan langsung marah. Ia tak menerima apapun alasan untuk kata Perselingkuhan!"Maafkan aku... ku mohon jangan menangis seperti ini lagi... aku tak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status