Share

Bab 4 pneumonia

Tok tok tok!

"Assalamualaikum, Bu! Selamat pagi! Bagaimana keadaan Dek Raffa hari ini?" tanya dokter Danu

"Waalaikumsalam Dok, untuk diarenya sudah mendingan tapi sesak napasnya belum ada perubahan. Bagaimana hasil laboratorium dan foto Rontgennya Dok," tanya Tia.

"Untuk hasil laboratoriumnya, Dek Raffa alergi protein susu sapi dan untuk hasil foto Rontgennya Dek Raffa positif pneumonia, Bu,"

"Pneumonia?? Penyakit apa Dok?

"Pneumonia adalah Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru, yang dapat berisi cairan atau nanah," Jelas Dokter Danu.

"Apa penyebabnya, Dok?"

"Penyebabnya adalah virus, bakteri atau jamur.kalau Faktor penyebab dari lingkungan adalah perokok pasif,rumah dengan minim ventilasi, rumah penuh sesak dan asap dari bakaran sampah atau kotoran hewan,"

"Aku jadi teringat Mas Irvan sering sekali merokok didekat Raffa. Kalau saja aku tahu dampak buruknya seperti ini. Ahh, sudahlah menyesal pun sudah terlambat. Kasihan sekali kamu nak, mempunyai Ibu yang bodoh sepeti ku," batin Tia lagi-lagi air matanya lolos begitu saja.

"Nanti kami akan memasang selang makan lewat hidung sampai lambungnya Dek Raffa. Jadi untuk sementara waktu Ibu tidak boleh menyusui secara langsung. Asi Ibu diperah terus dikasihkan ke Dek Raffa lewat selang,"

"Loh, kenapa Dok?" Ucap Tia bingung.

"Bu, Dek Raffa sesak napas kalau dibiarkan menyusu langsung dia akan tersedak. Kalau sampai itu terjadi akan sangat membahayakan nyawa Dek Raffa," jelas Dokter Danu.

"Apa gak ada cara lain Dok? Aku takut itu akan menyiksanya," jawab Tia.

"Itu tidak akan menyiksanya Bu, cuma mungkin Dek Raffa akan merasa risih. Jadi Ibu awasi tangannya agar tidak menarik selang tersebut."

Tia terdiam hatinya menangis pilu membayangkan hidung sekecil itu harus dimasukan selang oksigen dan selang makan secara bersamaan. Air mata terus mengalir membasahi pipinya.

Dokter Danu yang melihat hal tersebut ikut merasa iba." Sabar ya, Bu," ucapnya sambil mengusap pundak Tia.

mendapat perlakuan tersebut tangis Tia semakin tersedu-sedu tubuhnya sampai bergetar tak kuasa menahan rasa sedih dalam dadanya.

***

Semakin hari kondisi Raffa tidak kunjung membaik. Suara tangisan, jeritan sang anak seakan-akan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Tia. Bagai mana tidak hampir setiap hari infus Raffa rusak dan harus dipasang lagi.

Satu kali pasang tidak langsung jadi kadang Raffa harus menerima tiga sampai empat kali tusukan baru jadi.

Hal itu umum terjadi pada bayi karena pembuluh darahnya masih sangat kecil jadi mudah rusak.

Hilang sudah keceriaan diwajahnya. Senyum tawanya seakan terbang entah kemana.

Sekarang tubuh mungil itu tergeletak lemas tak berdaya dengan selang infus dan oksigen melekat ditubuhnya.

Sedangkan sang ayah tak sekalipun memperlihatkan Batang hidungnya untuk melihat sang buah hati. Jangankan datang, menanyakan kabar lewat pesan pun, tidak.

Satu bulan sudah Raffa dirawat di rumah sakit. Harapan buat sembuh kayaknya masih jauh panggang dari api. Kalau biasanya anak terkena pneumonia akan sembuh dalam waktu satu minggu entah kenapa Raffa berbeda.

Air mata sang ibu seakan telah habis untuk menangisi nasib anaknya. Tapi Tia masih sangat berharap keajaiban itu datang Padanya.

Lantunan ayat-ayat Al-Qur'an Tia baca dari handphonenya semoga saja bisa meringankan beban sang anak.

Tokk! Tok!! Tokk!!

"Assalamualaikum, selamat pagi Bu!" Dokter Danu melihat kondisi Raffa.

"Waalaikumsalam, Dok!"

"Bu, kondisi Dek Raffa semakin memburuk kami sudah meningkatkan anti biotik sebanyak tiga kali tapi tidak ada perubahan sama sekali. Dengan sangat terpaksa Dek Raffa harus kami rujuk ke rumah sakit yang lebih besar.

Dek Raffa butuh ruang PICU yang ada ventilatornya, dirumah sakit ini belum punya alat itu. Gimana mau ya dirujuk?" Tanya Dokter Danu.

"Iya Dok, saya mau apapun yang bisa membuat anak saya sehat kembali saya mau Dok!" jawab Tia.

"Baiklah kalau begitu kami akan mempersiapkan ambulans, Ibu bisa ikut mbak suster buat tanda tangan persetujuan di rujuk!" ujar Dokter Danu

Dengan segala pertimbangan akhirnya Tia mengirim pesan pada suaminya berharap sang suami mau melihat kondisi anaknya.

["Mas, Raffa dirujuk ke rumah sakit S. Seandainya Mas masih punya hati nurani datanglah kasih semangat pada anakmu yang lagi berjuang untuk hidup!"] isi pesan Tia.

Lama Tia menunggu tak ada balasan dari sang suami. Dia mengambil napas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa sesak dalam dadanya.

"Ya Allah, manusia seperti apa sebenarnya yang hamba jadikan suami ini? kenapa dia begitu tega pada darah dagingnya sendiri? Berikan hamba kekuatan ya Allah sembuhkan lah anak hamba, aminnn!" do'a Tia dalam hati

"Mari Bu, kita berangkat sekarang!" ajak suster Ratna.

Tia berjalan menggendong Raffa dengan selang oksigen masih tertancap di hidungnya dan jarum infus masih tertancap ditangannya. Sedangkan suster Ratna berjalan di samping menyeret tabung oksigen ditangan kirinya dan tangan kanannya memegang berkas serta botol cairan infus.

Saat didalam mobil ambulans Raffa melihat ke kiri-kanan mungkin dia bingung akan dibawa kemana

"Dek, kita pergi cari obat! Ibu mohon berjuanglah Nak, jangan tunggu ayahmu, Ibu bisa menjadi Ibu sekaligus ayah buatmu Nak!" bisik Tia ditelinga Raffa lagi-lagi air mata itu lolos membasahi pipi Raffa

Raffa menatap wajah sang Ibu tanpa berkedip sepertinya dia sangat faham kesedihan sang Ibu. Tangan kecilnya bergerak seakan-akan ingin menghapus air mata sang bunda dan berkata" Ibu aku baik-baik saja, Ibu jangan sedih!" tapi sayangnya tubuh kecilnya terlalu lemah untuk melakukan itu.

Suster Ratna yang melihat Tia menangis tersedu-sedu mencoba menenangkan.

"Ibu yang sabar ya, Ibu harus kuat kalau Ibu kuat Dek Raffa juga akan kuat. Lihat itu Dek Raffa dari tadi menatap Ibunya, pasti dia sedih melihat ibunya sedih," bujuk suster Ratna

Sebenarnya Tia gak mau tangisannya dilihat sang anak. Tapi kali ini hatinya sungguh hancur mengingat sang suami yang tak kunjung datang menengok anaknya ditambah melihat kondisi sang anak yang tak kunjung membaik.

Sesampainya dirumah sakit S.

"Selamat siang Dok, ini pasien rujukan dari rumah sakit P," ucap suster Ratna

"Oh baik mba! minta datanya," jawab Dokter jaga,Mengulurkan tangan.

"Ini, Dok. Kalau begitu kami permisi ya Dok," pamit suster Ratna. " Bu, kami permisi dulu ya, kami do'akan semoga Dek Raffa lekas sembuh!"

"Amiiinn, makasih mbak sudah membantu saya sejauh ini!"ucap Tia tulus.

"Itu sudah tugas kami Bu!" jawabnya lalu berlalu pergi.

"Selamat siang Ibu, pasien bernama Raffa Syaputra, umur enam bulan, benar apa salah?" Tanya Dokter ryan, nama yang tertulis di bajunya.

"Siang juga Dok, iya benar"

"Ibu tau gak kenapa Dek Raffa dirujuk kesini?

"Tau Dok, karna Dek Raffa butuh alat yang namanya ventilator,"

"Ibu tau itu alat apa? Gunanya apa? Dipasang dimana?" Tanya Dokter ryan.

"Enggak Dok," jawab Tia singkat

"Ventilator adalah alat bantu pernapasan,gunanya ya membantu pernapasan Dek raffa,dipasang dimana? di mulut sampai ke paru-paru Dek Raffa. Kenapa Dek Raffa membutuhkan alat ini karena napas Dek Raffa sangat berat jika dipaksakan terus menerus paru-parunya bisa capek dan akhirnya henti napas, kalau sudah begitu Ibu tau 'kan artinya? Dek Raffa meninggal," jelas Dokter ryan

Mendengar kata meninggal tubuh Tia gemetar "ya Allah jangan ambil Raffa dari sisi hamba, hamba gak punya siapa-siapa lagi selain dia!" air mata meleleh ke pipinya.

"itu sakit gak Dok?"

"Pasti sakit Bu, makanya Dek Raffa kami bikin tidak sadarkan diri agar tangannya tida menarik selang tersebut. Gimana apa Ibu setuju dengan pemasangan alat tersebut?"

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status