Ujian selesai dilaksanakan dan kami pergi ke kantin untuk makan siang bersama.
"Hari ini kita ingin makan apa?" tanya Daffa.
"Benar, Kita harus makan yang enak." Kata Rafael.
"Kenapa kalian terlihat sangat aneh?" tanya Vita.
"Tidak, apa yang aneh?" tanya Daffa.
"Benar Daffa, apa yang aneh dari kita?" tanya Rafael.
"Itu dia buktinya kalian menjadi kompak biasanya kalian selalu berbeda pendapat." kata Vita.
"Mungkin saja dia yang mengikuti aku." Kata Rafael.
"Apa? Kamu yang mengikuti aku." Kata Daffa.
"Sudah baru saja dibilang kompak ribut lagi." kataku.
"Bagaimana kalau kita makan bakso saja" tanya Ilham.
"Boleh, ide kamu bagus Ilham." akan Rafael.
"Benar, supaya kita menjadi segar." akan Daffa.
"Kalian setuju dengan ide dia?" tanya Vita.
"Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan itu?" tanyaku.
"Tidak tapi biasanya kalau tidak suka dengan Ilham. Aneh saja, ada apa ini?" tanya Vita.
"Kenapa harus aneh? Kita itu teman, Ilham adalah teman kita sejak SMA. Jadi kita harus dekat dan berteman baik, bukan?" tanya Daffa.
"Benar sekali itu." Kata Rafael.
"Terima kasih kalian sudah ingin berteman dengan aku." Kata Ilham.
"Dari dulu juga kita berteman, Ilham." Kata Rafael.
"Begitu, aku senang melihat kalau kompak." Kataku.
"Tapi wajah kalau seperti ada sesuatu. Ada apa ini? Kalian terlihat khawatir dan gelisah." Kata Vita.
"Benar juga." Kataku.
"Tidak, memang kamu bisa membaca pikiran orang lain? Kita itu lapar jadi kita gelisah. Kapan makan?" tanya Rafael.
"Benar, begitu." Jawab Daffa.
"Baik, aku akan mempercayai kalau berdua." Kata Vita.
"Kalian bertiga memang harus percaya karena kita tidak bohong. Benar, bukan?" tanya Rafael.
"Benar, ayo kita beli bakso." Jawab Daffa.
"Baik, kita pergi ke sana." Kataku.
Kami memesan bakso dan memakan di pinggir jalan. Rasanya saat memaksa bakso itu enak sekali lebih dari roti kemarin. Aku ingin menambah satu mangkuk lagi tapi aku malu. Takut dibilang rakus nanti.
"Kamu sudah habis, Ayuna?" tanya Ilham.
"Kamu ingin memesan lagi. Silahkan, Ayuna." Kata Rafael.
"Apa boleh? Aku takut dibilang rakus oleh kalian semua. Jadi aku tidak memesan lagi. Aku jadi malu." Kataku.
"Kenapa harus malu? Itu wajar kalau ingin menambah makan. Tandanya selera makan kamu itu bagus." Kata Daffa.
"Benarkah?" tanyaku.
"Kalau begitu aku juga akan memesan bakso lagi. Selera makan kau juga bagus jadi kita bisa pergi makan malam nanti." Kata Vita.
"Apa? Kapan aku mengajak kamu makan malam?" tanya Daffa.
"Sekarang juga. Kata kamu kalau kita makan banyak itu artinya selera makan kita bagus. Kalau begitu aku juga ingin makan malam dengan kamu, Daffa." Kata Vita.
"Terserah kamu saja, Vita." kata Daffa.
"Asik.. Itu artinya kita akan pergi makan malam berdua. Aku akan berpenampilan sangat cantik." Kata Vita.
"Tidak, maksud aku bukan mengajak makan malam." Kata Daffa.
"Tidak apa apa, aku sedang memiliki waktu luang." Kata Vita.
"Kamu akan berbicara seperti itu jika ingin pergi dengan aku. Tapi maaf aku yang sibuk malam ini." Kata Daffa.
"Aku akan tetap menunggu kau di restoran dekat rumah aku." Kata Vita.
"Terserah kamu saja." Kata Daffa.
"Sudah kalian berisik sekali. Kamu tenang saja Vita, Daffa akan menjemput kamu nanti malam. Kamu bersikap saja dan semoga kalian bisa menikmati makan malam dengan baik." kata Rafael sambil tertawa.
"Besok Malam kita tetap jadi makan malam, bukan?" tanya Vita.
"Baik, kamu berisik sekali." Jawab Daffa.
"Bagaimana kalau besok kita makan malam berdua? Apa kamu bisa?" tanya Rafael.
"Apa? Kamu mengajak Ayuna makan malam. Jangan, Ayuna." Kata Daffa.
"Maaf Rafael, bukan aku ingin menolak ajakan kamu tapi besok malam aku harus makan di rumah karena keluarga besar aku akan datang ke rumah. Lain kali saja, apa tidak masalah?" tanyaku.
"Baik, lain kali kita harus makan malam berdua." Kata Rafael.
"Tentu saja aku akan makan malam dengan kamu, Rafael." Kataku.
"Terima kasih, Ayuna" Kata Rafael.
"Baik." Kataku.
"Kenapa kamu ingin maka Malam dengan dia nanti?" tanya Daffa.
"Kamu kenapa, Daffa? Ayuna ingin maka malam dengan aku. Kenapa kamu melarang dia? Kamu siapa? Kakak Ayuna? Kalau bukan siapa siapa jangan ikut campur." Kata Rafael.
"Kenapa kalian ribut lagi?" tanyaku.
Aku melihat Ilham tidak nyaman karena mendengar Daffa dan Vita akan pergi makan malam. Aku langsung membicarakan hal lain supaya suasana menjadi lebih nyaman. Lalu, Rafael mengajak kami semua untuk menonton film komedi di bioskop. Kami langsung pergi ke sana.
Saat dalam perjalanan kami mendugakan musik Band Padi dan saling bertanya apa lagu kesukaan masing masing.
"Ayuna, Kamu suka lagu yang mana?" tanya Rafael.
"Aku suka lagu Menanti Sebuah Jawaban." Jawabku.
"Kalau aku suka lagu Mahadewi." Kata Rafael.
"Aku suka lagu Terbakar cemburu." Kata Daffa.
"Kalau aku suka lagu Begitu Indah. " Kata Vita.
"Kalau aku suka lagu Semua Tak Sama." Kata Ilham.
"Memang semua lagu Padi itu enak didengar." Kataku.
"Suara dia itu lembut tapi dalam kalau kita dengarkan itu." Kata Rafael.
"Setuju, seperti merasa ada dalam lagu dia." Kata Daffa.
"Suara sudah memiliki ciri khas." Kata Ilham.
"Setuju itu, memang terbaik semua lagu mereka itu. Kalau lagi galau aku mendagri lagu mereka semua." Kata Vita.
"Setuju banget." Kataku.
Kami sampai di bioskop dan langsung memesan tiket. Saat sudah menunggu kami langsung menonton filmnya.
"Lucu banget, tadi judulnya apa?" tanyaku.
"Comic 8, film lucu banget ceritanya." Kata Rafael.
"Ada banyak stand up comedy di film ini." kata Daffa.
"Benar, aku juga suka menonton stand up comedy. Seru sekali." Kata Rafael.
Kami selesai menonton dan pergi pulang ke rumah.
"Terima kasih semuanya, hari ini sungguh menyenangkan sekali." Kataku.
"Aku senang bisa menonton film dengan kamu, Ayuna. Meski kita tidak hanya berdua tapi aku bahagia." Kata Rafael.
"Aku juga, Rafael. Kalian meja hati hati di jalan." Kataku.
"aku juga senang dapat menonton film dengan kamu, Ayuna." Kata Daffa.
"Aku juga, Ayuna." kata Ilham.
"Lain kali kita harus menonton film bersama lagi. Pasti seru." Kataku.
"Benar sekali." Kata Vita.
Mereka semua kembali ke rumah masing masing. Dan saat aku membuka tas aku ternyata banyak tugas yang belum dikerjakan. Karena terlalu asik bermain dengan mereka semua. Aku jadi lupa ada tugas rumah. Aku al gunung mengerjakan semua tugas dengan cepat. Supaya aku bisa asetat tidur. Rasanya hari ini sangat melelahkan tapi juga menyenangkan sekali. Aku tidak sabar besok ke kampus lagi. Bertemu dengan mereka semua lagi.
Saat sampai di kampus, Aku bertemu dengan Daffa dan Rafael. Daffa bilang bahwa makan malam dengan Vita akan dibatalkan."Lalu, Kenapa?" tanyaku."Tidak ada, aku hanya ingin kau tahu." Kata Daffa."Benar juga, untuk apa kamu memberitahukan hal tidak penting itu. Ayuna tidak tertarik dengan kisah kalian berdua." Kata Rafael."Kisah kami? Kami tidak memiliki hubungan apa pun hanya sebatas teman saja." Kata Daffa."Benarkah? Tapi Vita itu mencintai kamu, Daffa. Kamu seharusnya bersikap baik terhadap dia." Kata Rafael."Lalu, aku mencoba menjalani hubungan dengan orang yang tidak aku cintai. Itu tidak masuk akal dan ah aya akan menyakiti dia saja." Kata Daffa."Sudah itu adalah urusan Kalian berdua. Ayo kita masuk ke kelas sebentar lagi akan dimulai." Kataku."Benar juga." Kata Daffa.Aku dan mereka berdua masuk ke kelas dan Vita belum sampai di kelas kami."Kenapa Vita tidak a
Malam ini Daffa dan Vita sedang maka malam berdua. Kalau Ilham tahu, dia pasti akan sedih. Daffa memesan restoran yang bagus untuk Vita. "Selamat malam, Vita!" kata Daffa. "Selamat malam, Daffa!" Kata Vita "Malam ini kamu sangat berbeda." Kata Daffa. "Maksud kamu? Apa kamu ingin bilang kalau aku cantik malam ini?" tanya Vita. "Benar sekali." Kata Daffa. "Kamu bicara seperti itu pasti untuk menghibur aku, bukan?" tanya Vita. "Kamu memang mengerti apa yang akan aku lakukan. Apa dahulu aku belum berbicara apa pun." Kata Daffa. "Tentu saja, aku tahu. Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu telah bersedia makan malam dengan aku. Padahal kamu pasti tidak ingin melakukan ini. Maafkan aku sudah memaksa kamu." Kata Vita. "Sudah jangan meminta maaf karena kamu tidak salah." Kata Daffa. "Tetap saja aku merasa tidak enak terhadap kau, Daffa." kata Vita.
Hari ini aku pergi ke kampus dan bertemu dengan Rafael."Ayuna!" Kata Rafael."Rafael!" kataku."Kamu datang sendiri?" tanya Rafael."Benar karena aku membawa mobil." Kataku."Besok aku saja yang mengantar kamu ke kampus." kata Rafael."Tidak perlu." kataku."Harus." kata Rafael."Terserah kamu saja, kamu pasti akan datang ke rumah meski aku tidak membolehkan kamu datang." kataku."Itu kamu tahu. Ayo kita masuk ke kelas." kata Rafael."Tunggu dulu." kataku."Tunggu apa lagi?" tanya Rafael."Hari ini hari ujian sejarah kemarin sudah diumumkan di maling depan kampus. Bagaimana kalau kita ke depan kampus? Aku penasaran berapa nilai aku. Aku harap nilai aku tidak di bawah rata rata." Kataku."Apa? Nilai ujian sejarah kemarin sudah diumumkan." kata Rafael sambil terkejut."Kenapa kamu terkejut? Apa kamu takut dengan hasi
Tiba tiba suasana berubah aku dan temanku berada di suatu tempat yang sepi dan angker. Angin bertiga sangat kencang dan terasa sangat dingin. Banyak pohon yang menutupi tempat ini. Seakan tidak ada sinar matahari yang menerangi tempat ini. Aku merasa seperti kebingungan dan merasa sedikit takut. Padahal aku tidak pernah merasa takut padahal tidak ada apa pun di tempat ini. Lalu, mereka semua bertanya kepada aku."Di mana kita berada?" tanya Vita sambil ketakutan."Aku juga tidak tahu ini tempat apa." Kataku."Aku belum pernah ke tempat ini. Di sini suasana terasa sangat menakutkan." Kata Daffa."Benar, aku juga tidak pernah merasakan sensasi seperti ini." Kata Rafael."Kita harus menjadi jalan ke luar. Menurut aku ini tempat yang tidak memiliki aura positif. Aku merasa kita akan dalam bahaya." Kata Ilham."Kamu jangan berkata seperti itu, Ilham. Aku takut sekali." Kata Vita."Maafkan aku Vita,
Mereka bertiga menghampiri tempat itu. Ternyata itu adalah semacam pasar banyak yang menjual makanan dan minuman. Pembeli juga sangat ramai."Ternyata ini pasar." Kata Rafael."Benar sekali, ayo kita beli makanan." Kata Daffa."Ayo kita beli sekarang!" Kata Ilham.Setelah mereka melihat tas mereka bertiga. Tidak ada uang yang mereka miliki."Apa kamu memiliki uang?" tanya Daffa."Tidak, ini sangat aneh. Aku tidak pernah pergi tanpa membawa uang. Apa aku lupa membawa uang? Yang benar saja ini." Kata Rafael."Bagaimana ini aku juga tidak membawa uang?" tanya Ilham."Apa mereka semua akan memberikan kita makanan?"tanya Daffa."Tentu saja tidak, kamu gila atau bodoh." Kata Rafael."Benar, kita tidak saling kenal. Mereka pasti tidak akan memberikan makanan secara gratis kepada kita." Kata Ilham."Tapi kita tetap harus mencoba karena ini satu satunya car
Mereka terdiam dan tidak menjawab apa pun saat kami tanah tentang apa yang terjadi."Kenapa kalian diam saja? Apa yang terjadi tadi?" tanyaku."Benar, kenapa kalian sangat ketakutan sekali?" tanya Vita."Kita.." Kata Ilham yang terhenti karena Daffa dan Rafael melarang dia."Kenapa kalian melarang Ilham untuk berbicara?" tanyaku."Katakan apa yang terjadi!" Kata Vita."Bagaimana ini? Mereka tidak akan berhenti bertanya jika kita tidak menjawab." Kata Ilham."Baik, mereka tidak akan berhenti. Kita beritahu saja mereka berdua." Kata Daffa."Kalian yakin? Nanti mereka akan ketakutan." kata Rafael."Tidak apa apa, kita akan menjaga mereka. Penjual itu juga tidak dapat mengejar kita ke hutan ini. Jadi kita akan aman di sini." Kata Daffa."Jadi, kami sedang mencari makanan. Dan kami masuk ke pasar setan." kata Rafael."Saat kami memasuki tempat itu. Bany
"Tentu saja, Ayuna itu juga seorang wanita. Apa salahnya jika dia merasa takut?" tanya Rafael."Sudah, aku tidak takut hanya saja aku memiliki perasaan yang tidak enak. Mungkin saja kalian benar." kataku."Tentu saja, kita akan terus berjalan sampai ke ujung jalan arah kanan." Kata Vita."Benar, supaya kita cepat menemukan jalan keluar dari hutan ini." kata Daffa."Baik, aku akan mengikuti kalian semua." Kata Ilham.Aku dan yang lain terus berjalan dan setelah lama berjalan akhirnya kami bisa melihat ujung jalan arah kanan itu. Suasana terasa berbeda dari arah kiri itu. Di pasar setan, kita masih bisa melihat cahaya tapi di sini terasa sangat gelap dan dingin. Jauh lebih buruk dari pada di hutan. Aku merasa perasaan aneh ini menjadi nyata. Tapi aku harus mengikuti mereka semua supaya kami dapat menemukan jalan keluar dari tempat aneh ini. Aku sudah lelah berada di sini. Aku ingin kembali ke tempat aku."Ke
Ketika kami semua memasuki tempat itu suasana langsung berubah yang tadinya hening menjadi banyak suara burung hantu. Burung hantu itu tidak berhenti bersuara seakan ingin memberikan peringatan kepada kami semua. Keanehan semakin terjadi ketika semua hewan berkata merah bermunculan di tempat ini. Aku merasa ini bukan tempat yang baik dan ingin berusaha mengajak semua teman aku untuk keluar dari tempat ini."Teman teman, kita sebaiknya.." kataku yang terhenti karena Vita berbicara."Ada apa ini? Kenapa semua terasa aneh dan menyeramkan di tempat ini?" tanya Vita."Aku juga tidak tahu Vita, yang pasti ini bukan hal yang baik." Kata Daffa."Sebaiknya kita pergi dari tempat ini." Kata Ilham."Tadi kamu ingin berbicara apa, Ayuna?" tanya Rafael."Sama seperti Ilham, menurut aku juga kita harus keluar dari tempat ini." Jawabku."Benar aku juga merasakan hal yang sama, ini terlalu banyak keanehan yan