Share

Ujian

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 14:49:25

"Ayo kita pergi sekarang kalau begitu." kataku. 

Kami makan roti kurus spesial itu. 

"Benar kata kalau berdua, ini sangat enak. Aku suka sekali." kataku. 

"Apa aku bilang ini sangat enak, karena jarang yang memasak ini dengan saus yang berbeda." kata Rafael.

"Benar, saus ini berbeda pasti ini rahasia dari enak makanan ini." kataku. 

"Benar sekali, kalau kamu suka kamu dapat memesan lagi. Apa kamu ingin memesan lagi, Vita?" tanya Ilham. 

"Tidak perlu, nanti aku bisa gendut jika makan dengan porsi yang banyak." kata Vita. 

"Tidak akan secepat itu, masa makan roti dua saja langsung gendut. Itu tidak masuk akal." kataku. 

"Tentu saja benar, itu karbohidrat jadi kita tidak boleh makan terlalu banyak." kata Vita. 

"Kamu benar, Vita. Kalau begitu biar kau saja yang memakan roti ini. Apa boleh?" tanyaku. 

"Tentu saja, kamu suka sekali Ayuna." Kata Rafael. 

"Enak sekali ini aku suka sekali." kataku. 

"Kalau begitu aku akan memesan lagi untuk kamu bawa pulang." kata Rafael. 

"Jangan nanti uang saku kamu habis. Permainan tadi saja kamu yang bayar. Aku tidak mungkin membawa makanan dari kamu juga, Rafael." kataku. 

"Kenapa tidak? Aku tidak masalah, aku sedang senang hari ini jadi aku akan membayarkan makanan kalian semua." Kata Rafael. 

"Tidak perlu, makanan aku biar aku sendiri yang bayar." kata Daffa sambil cemberut. 

"Kenapa? Kamu marah? Baik, kamu bayar sendiri saja." Kata Rafael. 

"Baik, kalau begitu aku juga membawa uang." kata Daffa. 

"Aku ingin dibayarkan oleh kamu saja, Daffa." kata Vita. 

"Baik, makanan kamu biar aku yang bayar." Kata Daffa. 

"Terima kasih, Daffa." Kata Vita.

"Aku bayar sendiri saja." kata Ilham. 

"Kenala, Ilham?" tanya Rafael. 

"Tidak apa apa, aku juga bawa uang sendiri." kata Ilham. 

Aku baru saja ingin bilang kalau aku juga bisa bayar sendiri tapi Rafael langsung tahu dan melarang aku membayar makanan aku sendiri.

"Jangan! Biar aku saja a yang membayar makanan kamu." Kata Rafael. 

"Tapi.." Kata Rafael. 

"Kalau kamu tetap ingin membayar dengan uang kamu sendiri aku akan marah." kata Rafael. 

"Tapi.." Kataku. 

"Sudah kamu makan saja." Kata Rafael.

"Baik, aku lanjut makan lagi." kataku. 

Setelah selesai makan kami langsung pulang ke rumah. Pagi hari aku pergi ke kampus. Daffa dan Rafael sudah berada di depan rumah aku. Mereka ingin pergi bersama aku. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan supaya mereka berdua tidak bertengkar. 

"Aku akan pergi sendiri, hari ini kau membawa mobil aku lagi. Maaf aku tidak dapat ikut bersama kalian lagi." kataku. 

"Kenapa?" tanya Rafael. 

"Aku tidak bisa saja. Jawabku. 

"Kamu ikut dengan aku saja." Kata Daffa. 

"Tidak, kamu lebih baik dengan aku saja." kata Rafael. 

"Tidak perlu aku akan pergi sendiri. Maaf kalau pergi saja aku bisa pergi sendiri." kataku. 

"Aku mohon kamu itu dengan aku, Ayuna." kata Rafael. 

"Jangan, dengan aku saja." Kata Daffa. 

"Sudah kalian berisik sekali, aku akan pergi sendiri." kataku. 

Aku sampai di kampus dan mereka masih saja ribut di luar kampus.

"Kamu itu harus sadar kemarin Ayuna bilang kepada aku kalau dia senang bisa bermain dengan aku. Itu artinya dia lebih nyaman dengan aku bukan kamu, Daffa." kata Rafael. 

"Tidak, mungkin maksud Ayuna dia dengan data bermain bersama bukan hanya dengan kamu saja." Kata Daffa. 

"Diam kamu! Sudah jelas Ayuna ingin pergi dengan kamu. Tapi kamu datanglah rumah dia dia membuat dia ingin pergi sendiri ke kampus. Kamu memang suka membuat masalah." kata Rafael. 

"Kamu yang selalu mengganggu.kamu tahu, bukan?" tanya Daffa. 

"Aku?  Justru kamu dia pasti memiliki perasaan kepada aku tapi kamu datang san mengacaukan semua nya." Kata Rafael. 

"Kamu yang selalu mengacaukan urusan orang lain. Lebih baik ubah sikap kamu, Rafael." kata Daffa. 

"Sudah kalian berisik sekali, kita sedang berada di kampus dan kalian membuat keributan di pagi hari. Kalian ingin diusir oleh Dosen dan yang lainnya." kataku. 

"Maafkan kami, Ayuna. Ini semua karena Daffa." kata Rafael. 

"Tidak, ini karena Rafael." kata Daffa. 

"Sudah kalian ribut lagi, aku pusing melihat tingkah kalian berdua. Aku akan masuk ke kelas sebentar lagi ujian dosen Budi." kataku. 

"Apa? Hari ini ujian dosen Budi?" tanya Rafael dengan terkejut. 

"Benar sekali." Jawabku. 

"Kenapa sekarang? Bukannya besok." Kata Daffa dengan terkejut. 

"Kenapa kalian berdua belum siap?" tanyaku.

"Belum siap? Itu tidak mungkin, kamu tahu aku Ayuna. Aku selalu siap dalam ujian Justru Rafael yang tidak siap. Pasti dia lupa belajar dan takut gagal dalam ujian ini." kata Daffa sambil merasa tidak siap. 

"Apa? Seorang Rafael takut gagal? Tidak mungkin, aku sudah sangat siap ujian justru kamu yang tidak siap. Aku tahu itu." Kata Rafael sambil tegang. 

"Kamu jangan asal bicara tidak unik aku takut melawan kamu." kata Daffa. 

"Aku juga tidak takut." kata Rafael.

"Kalau begitu ayo kita masuk ke kelas. Selamat bersaing dalam ujian. Pasti kalian dapat mengerjakan soal dengan baik. Semangat!" Kataku. 

"Semangat!" kata Rafael sambil lemas. 

"Semangat!" kata Daffa sambil lemas.

"Kenapa kalian terlihat tidak semangat sekali? Apa kalau ragu untuk bersaing?" tanyaku. 

"Tentu saja tidak, aku selaku siap."  kata Daffa. 

"Aku juga siap, Ayuna." kata Rafael.

Kami masuk ke kelas dan dosen Budi datang ke kelas. 

"Kalian dari mana saja?" tanya Ilham. 

"Mereka baru saja bertengkar dan mereka baru baikan." kataku. 

"Benarkah?" untung saja kalian masuk ke kelas dengan sebelum dosen Budi." Kata Ilham.

"Benar nanti kalian tidak dapat ikut dan dihukum lagi." kata Vita. 

"Benar, nanti kita tidak dapat bersaing." kataku.

"Selamat siang semuanya." kta dosen. 

"Selamat siang, dosen Budi." kata semua mahasiswa. 

"Hari ini kita akan mengadakan ujian dan saya minta semua jangan ada yang menyontek dan jika ketahuan oleh saya akan dihukum yang sangat berat." Kata dosen. 

"Baik, dosen Budi."Kata semua mahasiswa.

Ujian dimulai dan semua sedang mengerjakan ujian dengan sangat fokus. Aku dapat melihat dari wajah Daffa dan Rafael, kalau mereka berdua tidak dapat mengerjakan soal. 

"Apa ini? Aku belum membaca catatan aku." Kata Daffa. 

"Apa ini? Aku hanya tahu sedikit. Bagaimana ini jika haailkeluar dan Daffa mendapat nilai yang bagus. Habislah aku." Kata Rafael.

"Kalau sampai Rafael dapat nilai bagus, dia akan terus menertawakan aku. Dia akan merasa kalau dia puasa dengan Ayuna. Dan Ayuna bisa saja kagum terhadap Rafael. Bagaimana ini?" tanya Daffa. 

"Dia akan merasa pantas bersama Ayuna dan Ayuna akan memuji dia." Kata Rafael. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kampung Lamuna   Ternyata Hanya Mimpi

    Saat itu, aku tahu alasan aku tidak ingin datang ke sini. Dan alasan aku mendadak meneteskan air mata sebab aku akan kehilangan orang yang aku cintai. Rasanya sangat sakit dan pedih sekali. Andai waktu bisa aku putar kembali. Aku akan menahan inilah semua supaya tidak terjadi. Aku sangat menyesal datang kemari. Aku hanya bisa menangis melihat Rafael menutup mata di sisi aku. Aku takut ini adalah kenyataan. Sampai aku tidak dapat berhenti meneteskan air mata. Lalu Nyai Sri bertanya kepada aku."Kenapa? Apa ini terlalu sakit untuk kamu? Ini tidak seberapa dengan apa yang aku rasakan?" tanya Nyai Sri sambil tersenyum."Kenapa? Apa salah aku?" tanyaku."Tidak ada." Jawab Nyai Sri.Lalu, semua teman aku tersadar juga."Rafael!" Kata Daffa sambil terkejut."Rafael! Kenapa?" tanya Vita sambil merasa heran."Rafael, ada apa ini?" tanya Ilham sambil terkejut."Kalian sudah sadar juga tapi

  • Kampung Lamuna   Nyai Sri Menyerang Rafael

    Semua warga kampung ini dan semua teman aku menuruti perkataan Nyai Sri. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegah mereka semua. Lalu, Vita mendadak menyerang aku. Aku menahan dia sebab aku tidak ingin melukai dia. "Kendalikan diri kamu, Vita. Sadar! Ini aku Ayuna, teman kamu." kataku sambil menahan tangan Vita. "Lepaskan!" teriak Vita. "Tidak akan!" Kataku. "Lepaskan! Kamu berada berada di hati Daffa. Aku tidak akan membiarkan kamu hidup. Kamu selalu menjadi penghalang untuk hubungan aku dan Daffa." Kata Vita. "Apa? Ini masalah Daffa lagi!" Kataku. "Bagaimana anak pembawa perdamaian? Bagaimana rasanya saat sahabat kamu sendiri menginginkan kematian kamu." Kata Nyai Sri. "Saya yakin ini bukan keinginan Vita. Ini pasti dikendalikan oleh anda, Nyai Sri. Saya tidak akan mati begitu juga semua teman saya. Kami akan kembali ke tempat kami berasal. Apa salah saya?" tanyaku.

  • Kampung Lamuna   Hari Perayaan Nyai Sri

    Nyai Sri Pergi menuju tempat pintu gaib itu. Akhirnya Nyai Sri sampai di pintu gaib itu dan terus memanggil namamu adiknya. "Yanti!" teriak Nyai Sri sambil terus mencari adiknya. Lalu, mereka berdua bertemu. Seakan tidak percaya bahwa. Ini akan terjadi. Hari yang telah ditunggu oleh mereka berdua. "Kak Sri!" Kata Yani. "Kamu dari mana saja? Kakak telah mencari keberadaan kamu di setiap tempat. Kakak sedih kenapa kamu meninggalkan kakak dan ibu?" tanya Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Aku tidak tahan sedangkan semua perlakuan mereka semua terhadap aku. Aku lelah dan tidak tahu apa salah aku terhadap mereka semua." jawab Yanti sambil meneteskan air mata. "Seharusnya kamu cerita kepada kakak, kakak tidak akan membiarkan kamu dan ibu tersakiti. Meski kakak sendiri juga tersakiti. Kakak juga tidak tahu harus berbuat apa." Kata Nyai Sri sambil meneteskan air mata. "Tidak ada yang datang

  • Kampung Lamuna   Mengetahui Keberadaan Adik Dia

    Akhirnya kami semu asalkan di perbatasan kampung Lamuna ini. Setelah beberapa hari menelusuri hutan ini. Kami bersembunyi dari tempat perbatasan supaya Cokro Artomojo tidak mengetahui keberadaan kita semua."Jika tahu tempat ini, aku tidak akan berjalan menelusuri hutan yang sangat luas itu sampai merasa kelaparan dan juga kelelahan. Jarak dia ternyata begitu dekat dengan kita semua." Kata Vita."Benar, itu artinya dia selalu berada dekat dengan Nyai Sri." Kata Daffa."Mungkin saja kesalahan dia mengikat dia dengan Nyai Sri. Jadi, tempat mereka berada sangat dekat. Tapi anehnya kenapa Nyai Sri tidak dapat mengetahui keberadaan Cokro Artomojo itu?" tanya Ilham sambil merasa heran."Mungkin saja terlalu sakit untuk memikirkan keberadaan dia. Untuk ingat hal lain juga begitu menyakitkan." Jawabku."Itu benar, lebih baik kita menunggu keberadaan Cokro Artomojo dan kita langsung menangkap dia dengan sangat cepat." Kat

  • Kampung Lamuna   Kakek Tua Itu Adalah Cokro Artomojo

    "Bagus itu." Kataku.Kami semua melanjutkan perjalanan dan menelusuri hutan. Tanpa tahu informasi tentang Cokro Artomojo, kami terus mencari dia. Setelah beberapa hari menelusuri hutan tidak menemukan yang bernama Cokro Artomojo. Sulit mencari dia, aku juga belum memimpikan seperti apa dia. Tapi aku tidak boleh menyerah sebab aku tidak memiliki pilihan lain."Bagaimana ini? Kita sudah menelusuri hutan ini tapi tetap belum menemukan Cokro Artomojo itu." Kata Vita sambil kelelahan."Benar ini, jika kita tidak mengetahui apa pun tentang dia. Bagaimana secara kita menemukan dia?" tanya Daffa."Kita harus terus mencari jangan putus asa." Jawab Ilham."Kalian pikir hanya kalian berdua yang merasa lelah? Aku, Ayuna dan Ilham juga merasakan hal yang sama. Tapi kami tidak mengeluh dan terus mencari." Kata Rafael."Itu memang sudah tugas kalian bertiga. Kami itu hanya membantu kalian saja." kata Daffa sambil marah.&

  • Kampung Lamuna   Mencari Cokro Artomojo

    Pada malam hari, kami semua tertidur. Aku mulai bermimpi lagi tentang sebuah tempat yang tak asing bagi aku. Tapi aku masih belum mengetahui tempat apa itu. Tempat itu dihuni oleh seorang pria tua yang entah berasal dari mana dan tidak diketahui siapa dia. Aku terus memperhatikan dia dengan teliti. Aku sangat penasaran siapa dia. Tidak biasanya mimpi aku tidak jelas sama sekali. Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam mimpi aku ini. Terasa Sangat berbeda dari Semua mimpi yang aku alami saat berada di kampung Lamuna ini. "Aku tidak boleh tertangkap oleh Nyai Sri atau mereka semua. Nyai Sri pasti menyuruh anak pembawa perdamaian itu untuk mencari aku. Tapi aku tidak bisa pergi dari tempat ini. Tempat ini seolah mengikat jiwa aku untuk tetap berada di tempat ini." Kata pria tua itu. Aku terus melihat wajah dia meski tidak jelas sama sekali. Aku terus memperhatikan dia. Tempat ini sungguh terasa tidak asing bagi aku. Tapi aku tetap tidak dapat mengingat tem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status