Share

Ujian

"Ayo kita pergi sekarang kalau begitu." kataku. 

Kami makan roti kurus spesial itu. 

"Benar kata kalau berdua, ini sangat enak. Aku suka sekali." kataku. 

"Apa aku bilang ini sangat enak, karena jarang yang memasak ini dengan saus yang berbeda." kata Rafael.

"Benar, saus ini berbeda pasti ini rahasia dari enak makanan ini." kataku. 

"Benar sekali, kalau kamu suka kamu dapat memesan lagi. Apa kamu ingin memesan lagi, Vita?" tanya Ilham. 

"Tidak perlu, nanti aku bisa gendut jika makan dengan porsi yang banyak." kata Vita. 

"Tidak akan secepat itu, masa makan roti dua saja langsung gendut. Itu tidak masuk akal." kataku. 

"Tentu saja benar, itu karbohidrat jadi kita tidak boleh makan terlalu banyak." kata Vita. 

"Kamu benar, Vita. Kalau begitu biar kau saja yang memakan roti ini. Apa boleh?" tanyaku. 

"Tentu saja, kamu suka sekali Ayuna." Kata Rafael. 

"Enak sekali ini aku suka sekali." kataku. 

"Kalau begitu aku akan memesan lagi untuk kamu bawa pulang." kata Rafael. 

"Jangan nanti uang saku kamu habis. Permainan tadi saja kamu yang bayar. Aku tidak mungkin membawa makanan dari kamu juga, Rafael." kataku. 

"Kenapa tidak? Aku tidak masalah, aku sedang senang hari ini jadi aku akan membayarkan makanan kalian semua." Kata Rafael. 

"Tidak perlu, makanan aku biar aku sendiri yang bayar." kata Daffa sambil cemberut. 

"Kenapa? Kamu marah? Baik, kamu bayar sendiri saja." Kata Rafael. 

"Baik, kalau begitu aku juga membawa uang." kata Daffa. 

"Aku ingin dibayarkan oleh kamu saja, Daffa." kata Vita. 

"Baik, makanan kamu biar aku yang bayar." Kata Daffa. 

"Terima kasih, Daffa." Kata Vita.

"Aku bayar sendiri saja." kata Ilham. 

"Kenala, Ilham?" tanya Rafael. 

"Tidak apa apa, aku juga bawa uang sendiri." kata Ilham. 

Aku baru saja ingin bilang kalau aku juga bisa bayar sendiri tapi Rafael langsung tahu dan melarang aku membayar makanan aku sendiri.

"Jangan! Biar aku saja a yang membayar makanan kamu." Kata Rafael. 

"Tapi.." Kata Rafael. 

"Kalau kamu tetap ingin membayar dengan uang kamu sendiri aku akan marah." kata Rafael. 

"Tapi.." Kataku. 

"Sudah kamu makan saja." Kata Rafael.

"Baik, aku lanjut makan lagi." kataku. 

Setelah selesai makan kami langsung pulang ke rumah. Pagi hari aku pergi ke kampus. Daffa dan Rafael sudah berada di depan rumah aku. Mereka ingin pergi bersama aku. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan supaya mereka berdua tidak bertengkar. 

"Aku akan pergi sendiri, hari ini kau membawa mobil aku lagi. Maaf aku tidak dapat ikut bersama kalian lagi." kataku. 

"Kenapa?" tanya Rafael. 

"Aku tidak bisa saja. Jawabku. 

"Kamu ikut dengan aku saja." Kata Daffa. 

"Tidak, kamu lebih baik dengan aku saja." kata Rafael. 

"Tidak perlu aku akan pergi sendiri. Maaf kalau pergi saja aku bisa pergi sendiri." kataku. 

"Aku mohon kamu itu dengan aku, Ayuna." kata Rafael. 

"Jangan, dengan aku saja." Kata Daffa. 

"Sudah kalian berisik sekali, aku akan pergi sendiri." kataku. 

Aku sampai di kampus dan mereka masih saja ribut di luar kampus.

"Kamu itu harus sadar kemarin Ayuna bilang kepada aku kalau dia senang bisa bermain dengan aku. Itu artinya dia lebih nyaman dengan aku bukan kamu, Daffa." kata Rafael. 

"Tidak, mungkin maksud Ayuna dia dengan data bermain bersama bukan hanya dengan kamu saja." Kata Daffa. 

"Diam kamu! Sudah jelas Ayuna ingin pergi dengan kamu. Tapi kamu datanglah rumah dia dia membuat dia ingin pergi sendiri ke kampus. Kamu memang suka membuat masalah." kata Rafael. 

"Kamu yang selalu mengganggu.kamu tahu, bukan?" tanya Daffa. 

"Aku?  Justru kamu dia pasti memiliki perasaan kepada aku tapi kamu datang san mengacaukan semua nya." Kata Rafael. 

"Kamu yang selalu mengacaukan urusan orang lain. Lebih baik ubah sikap kamu, Rafael." kata Daffa. 

"Sudah kalian berisik sekali, kita sedang berada di kampus dan kalian membuat keributan di pagi hari. Kalian ingin diusir oleh Dosen dan yang lainnya." kataku. 

"Maafkan kami, Ayuna. Ini semua karena Daffa." kata Rafael. 

"Tidak, ini karena Rafael." kata Daffa. 

"Sudah kalian ribut lagi, aku pusing melihat tingkah kalian berdua. Aku akan masuk ke kelas sebentar lagi ujian dosen Budi." kataku. 

"Apa? Hari ini ujian dosen Budi?" tanya Rafael dengan terkejut. 

"Benar sekali." Jawabku. 

"Kenapa sekarang? Bukannya besok." Kata Daffa dengan terkejut. 

"Kenapa kalian berdua belum siap?" tanyaku.

"Belum siap? Itu tidak mungkin, kamu tahu aku Ayuna. Aku selalu siap dalam ujian Justru Rafael yang tidak siap. Pasti dia lupa belajar dan takut gagal dalam ujian ini." kata Daffa sambil merasa tidak siap. 

"Apa? Seorang Rafael takut gagal? Tidak mungkin, aku sudah sangat siap ujian justru kamu yang tidak siap. Aku tahu itu." Kata Rafael sambil tegang. 

"Kamu jangan asal bicara tidak unik aku takut melawan kamu." kata Daffa. 

"Aku juga tidak takut." kata Rafael.

"Kalau begitu ayo kita masuk ke kelas. Selamat bersaing dalam ujian. Pasti kalian dapat mengerjakan soal dengan baik. Semangat!" Kataku. 

"Semangat!" kata Rafael sambil lemas. 

"Semangat!" kata Daffa sambil lemas.

"Kenapa kalian terlihat tidak semangat sekali? Apa kalau ragu untuk bersaing?" tanyaku. 

"Tentu saja tidak, aku selaku siap."  kata Daffa. 

"Aku juga siap, Ayuna." kata Rafael.

Kami masuk ke kelas dan dosen Budi datang ke kelas. 

"Kalian dari mana saja?" tanya Ilham. 

"Mereka baru saja bertengkar dan mereka baru baikan." kataku. 

"Benarkah?" untung saja kalian masuk ke kelas dengan sebelum dosen Budi." Kata Ilham.

"Benar nanti kalian tidak dapat ikut dan dihukum lagi." kata Vita. 

"Benar, nanti kita tidak dapat bersaing." kataku.

"Selamat siang semuanya." kta dosen. 

"Selamat siang, dosen Budi." kata semua mahasiswa. 

"Hari ini kita akan mengadakan ujian dan saya minta semua jangan ada yang menyontek dan jika ketahuan oleh saya akan dihukum yang sangat berat." Kata dosen. 

"Baik, dosen Budi."Kata semua mahasiswa.

Ujian dimulai dan semua sedang mengerjakan ujian dengan sangat fokus. Aku dapat melihat dari wajah Daffa dan Rafael, kalau mereka berdua tidak dapat mengerjakan soal. 

"Apa ini? Aku belum membaca catatan aku." Kata Daffa. 

"Apa ini? Aku hanya tahu sedikit. Bagaimana ini jika haailkeluar dan Daffa mendapat nilai yang bagus. Habislah aku." Kata Rafael.

"Kalau sampai Rafael dapat nilai bagus, dia akan terus menertawakan aku. Dia akan merasa kalau dia puasa dengan Ayuna. Dan Ayuna bisa saja kagum terhadap Rafael. Bagaimana ini?" tanya Daffa. 

"Dia akan merasa pantas bersama Ayuna dan Ayuna akan memuji dia." Kata Rafael. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status