Share

Keanehan Pria Misterius

Ponsel Fajar berdering. Membuat kami menoleh ke arahnya. Sejak tadi, hanya aku yang banyak bertanya, mengkhawatirkannya. 

Apalagi kami memang membutuhkan bantuan Fajar sekali di sini. Aku mengusap dahi. Menghela napas pelan. 

"Udah di mana, Ri?"

Fajar diam sejenak. Sesekali, dia melirik aku, kemudian tersenyum tipis. 

"Oke. Aku langsung ke sana," katanya sambil mematikan telepon. 

"Dia udah sampai. Aku ke sana dulu. Doain aja yang terbaik. Semoga gak terjadi apa-apa."

Ah, ini yang paling menyebalkan. Aku menghela napas kesal, mengusap wajah berkali-kali. 

"Gak bisa aja ditunda dulu gitu?" tanyaku kembali takut. 

"Gak bisa, Nin. Si Rian malah semakin curiga nanti. Cuma ketemu, ngobrol sebentar. Ngorek informasi. Selesai. Pulang."

Enak sekali dia bicara. Seolah tidak pu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status