Share

Surat Perceraian

BAB 71

"Ini peninggalan apa, Bu?" tanyaku pelan. 

Aku berkali-kali mengecek kalung itu, tidak ada yang istimewa sebenarnya. Lalu apa yang dibangga-banggakan? Dan kenapa menjadi barang peninggalan?

"Itu penting sekali, Nak. Bukan hanya soal harganya, tapi banyak sekali. Kamu simpan baik-baik, ya."

Baiklah. Aku menganggukkan kepala. Kami selanjutnya membahas hal lain. Sesekali aku tertawa mendengar perkataan Ibu. Sekarang, kami tidak lagi terlihat canggung. Aku melebarkan senyum ke Ibu. 

"Lalu, kamu mau dapat harta warisa. Itu kan, Sayang? Sudah jelas kamu juga berhak atasnya."

Aku menggigit bibir, tapi kemudian menggelengkan kepala. Mau aku cucunya Nenek atau Kakek, apalah. Aku tidak mau pokoknya. Ibu terlihat sedih melihat jawab yang aku berikan. 

"Biarlah diberikan pada yang membutuhkan bagian Nina, Bu. Nina tidak ingin me

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status