SIAPA YANG DATANG?PART 37Bismillahirrahmanirrahim.Dengan hati yang berdebar nggak jelas, aku terus melangkah menuju ke pintu depan rumah Buyut. Keringat dingin keluar, membuat badan ini terasa melemas.Kuhentikan langkah kaki ini sejenak. Mau melaju lagi, hati ini semakin terasa ragu. Ya, aku sangat amat ragu, untuk membuka pintu rumah itu.Kuatur dulu napas yang terasa semakin sesak ini. Kutekan dada ini pelan, dengan terus mengatur napas ini. Agar sedikit tenang.Kupejamkan mata sejenak, membuang segala keraguan. Yakin yang datang orang baik. Bukan orang yang mau mencelakai, atau orang yang sedang mencari Bu Putri.Melajukan lagi langkah kaki, saat tangan hendak membuka pintu, aku mulai ragu lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk menarik niat. Mengusap wajah sejenak.Kudekati jendela, untuk mengintip siapa yang datang. Biar tak penasaran dan tak ragu untuk membuka pintu.Dari celah kecil, kudekatkan mata ini. Untuk bisa melihat siapa yang datang."Assalamualaikum, Mbak Ratih?" terde
TANTANGANPART 38"Tak ada yang saya sembunyikan," ucap Pak Maftuh, setelah diam sejenak."Lalu, apa maksudnya Pak Revando ngomong menerima tantangan?" tanyaku. Pak Maftuh terlihat menghela napas panjang.Kulihat sorot mata Bu Putri masih mengarah ke Pak Maftuh. Sorot mata penuh rasa curiga yang aku lihat."Iya, Pak Maftuh, apa maksud tantangan yang ia terima. Jangan ada kebohongan di antara kita," ucap Bu Putri dengan nada masih terdengar datar.Pak Maftuh terlihat menggeleng pelan. Raut wajahnya masih tenang. Seolah meyakinkan kalau memang tak ada sesuatu yang ia tutup-tutupi."Demi apapun, saya siap dan berani bersumpah, kalau memang tak ada yang saya tutup-tutupi," ucap Pak Maftuh, terdengar sangat tegas."Bisa jelaskan tantangan apa yang ia terima. Kalau Pak Revando berkata siap menerima tantangan, berarti Bapak yang memberikan tantangan itu," balas Bu Putri semakin mengintrogasi.Pak Maftuh mengusap pelan wajahnya. Aku masih terdiam, mencerna dan mengawasi raut wajah yang Pak Ma
VIDEOPART 39"Siap berangkat?" tanya Pak Maftuh, sepagi ini ia menjemputku, hampir setiap hari.Sepagi ini? Ya, karena kalau jemputnya siangan terlalu beresiko. Kalau pagi, belum banyak mata-mata, seperti itu anggapan kami."Emm," aku tak melanjutkan ucapanku, masih memikirkan sesuatu."Kenapa?" tanya Pak Maftuh seraya menatapku, keningnya terlihat melipat."Hati ini tak tenang meninggalkan Bu Putri," jelasku."Kenapa? Bukankah biasanya seperti itu?" tanya Pak Maftuh. Aku mengangguk sejenak."Iya, tapi kali ini, keberadaan Bu Putri sudah di ketahui Mbak Luna!" jelasku. Pak Maftuh terlihat meneguk ludah sejenak."Iya juga, ya, Aku sampai lupa kalau kakak iparmu itu sudah tahu keberadaan Bu Putri," ucap Pak Maftuh."Itulah, dari tadi hati ini tak tenang," ucapku."Lalu?""Bagaimana kalau Bu Putri kita ungsikan dulu. Di hotel, kek, atau di mana gitu. Yang penting aman," pintaku."Iya, Mbak Ratih benar," ucap Pak Maftuh kemudian kami masuk lagi ke dalam rumah buyut."Loh, kalian belum be
PENGINTAIANPART 40"Duh ... udah lah lari-larinya, ngos-ngosan," ucap Pak Maftuh. Kami sudah sampai ruangan kerja. Ia merebahkan badannya di sofa kecil.Pun aku juga tak kalah ngos-ngosan, mau nyubit pinggangnya, akhirnya kuurungkan niat. Tak tega. Hi hi hi.Ah, percuma lari-lari ngejar, saat yang di kejar udah nyerah, aku juga tak ngapa-ngapain dia. Pengen nyubit aja nggak berani. Padahal niat ngejar pengen nonjok gitu. Ha ha haKuambil air mineral, meneguknya hingga tuntas. Aku juga tak lupa menyodorkan air mineral untuk lelaki itu."Minum dulu, Pak, biar tak dehidrasi," pintaku. Ia segera menerima uluran air mineral yang aku berikan."Terimakasih," balasnya. Aku mengangguk pelan. Kemudian duduk tak jauh darinya.Kulihat ia meneguk air mineral itu, hingga tuntas juga."Jadi nggak sabar, menunggu reaksi mereka," ucapku."Iya, sama, pasti seru," balas Pak Maftuh."Yaudah, saya mau membagikan gaji karyawan, tinggal kirim ke rek masing-masing," ucap Pak Maftuh."Lalu tugas saya apa?" t
DUEL MAUTPART 41Hawa tegang dan semakin memanas. Aku tetap memantau di tempatku, belum berpindah tempat. Masih kunikmati keadaan ini.Keadaan Mas Bima dan Bu Sukma yang berantem hebat. Sungguh aku menunggu saat-saat ini. Tak sabar melihat mereka duel maut hingga saling memutuskan. Jelas mantap sekali.Menunggu hancurnya dua sejoli, yang sama-sama tak punya malu. Yang sama-sama sudah putus urat malunya. Menjadi terasa semakin tak sabar, melihat adegan real pertengkaran mereka.Membayangkannya saja sudah menegangkan, apalagi asli tengkar hebatnya? Hemmm ... jelas bikin senam jantung."Berani kamu menamparku?" sungut Mas Bima. Ya, aku tahu lelaki itu, memang pantang di tampar oleh perempuan."Karena kamu memang pantas untuk di tampar! Dasar laki-laki brengs*k!" balas Bu Sukma tak kalah lantang."Kamu jangan gampang percaya gitu saja! Aku yakin ada yang menjebak kita!" ucap Mas Bima. Seolah ingin menenangkan Bu Sukma dan membela dirinya."Menjebak gimana? Jelas-jelas ini videomu sama si
LANJUTAN DUEL MAUTPART 42Aku tahu ini keadaan genting, tapi suasana hatiku? Ya Allah ... lumer ... seolah aku terbang ke angkasa, menyusuri indahnya kelok pelangi.Pak Maftuh terlihat melangkah untuk mendekati Bu Sukma dan calon mantan suamiku, aku tahu mereka itu nanti, akan terjadi ledakan nuklir selanjutnya. Tapi, kok, hati ini berbunga-bunga. Tak cemas jika nuklir itu di ledakan? Aneh. Astaga ... cinta memang aneh. Aku merasakan keanehan cinta itu.Aih, apa aku jatuh cinta lagi? Jatuh cinta di saat keadaan genting? Di saat keadaan hendak meledakan bom atom? Saat akan ada duel lanjutan?Entahlah. Cinta memang datang kapan saja dan dalam keadaan yang tak terduga. Bahkan dalam keadaan genting sekali pun, tetap terasa sweet sekali.Seperti aku ini, jatuh cinta di saat hendak duel maut dengan pasangan sejoli yang sama-sama tak tahu diri itu. Mau duel maut, tapi hati berbunga-bunga? Aneh kamu Ratih! Aneh! Semoga aku masih waras.Aku belum melangkahkan kaki, belum mengikuti jejak Pak M
Kedatangan Bu PutriPART 43Hati ini berdebar lebih hebat saat mengetahui Bu Putri datang. Lebih hebat d banding saat hendak duel dengan Bu Sukma dan pacarnya itu.Entahlah, aku lebay atau gimana, tapi memang itu yang aku rasakan. Teramat sangat mengkhawatirkan keadaan Bu Putri.Ya Allah lindungi Bu Putri! Segera berikan jalan untuk masalah ini.Pak Maftuh terlihat tergesa-gesa melangkahkan kakinya. Pun aku tak kalah bergegas dengan hati yang tak bisa aku dijelaskan.Keringat dingin seolah membanjiri. Pertanda aku memang sedang dalam keadaan tak baik. Karena hati terasa bergemuruh hebat.Semua karyawan nampak sangat antusias saat mendengar kedatangan Bu Putri."Beneran Bu Putri datang?" telinga ini mendengar kasak kusuk karyawan sedang berbicara."Iya katanya. Semoga, ya?! Nggak ada beliau perusahaan ini tinggal hancurnya! Kalau perusahaan ini hancur, kita jelas di PHK masal," jawab yang lainnya."Jangan dong ... cari kerjaan sekarang susah banget," celetuk yang lainnya.Kucerna ucapa
PERLAWANANPART 44***********Semua telah berhambur, kembali ke ruangan masing-masing. Untuk melanjutkan kembali pekerjaan mereka.Tantangan apa juga tak di jelaskan oleh Bu Putri. Karena selepasnya Bu Putri hanya menyampaikan permintaan maaf saja. Permintaan maaf, atas ketidak nyamanan selama ia pergi. Termasuk molor terima gaji.Aku dan Pak Maftuh juga sudah berada di dalam ruangan. Mau mendekati Bu Putri juga belum berani.Bu Putri masih bersama Pak Bisri. Jelas banyak sekali masalah keuangan yang harus di bahas. Karena kabarnya, keuangan perusahaan Marendra ini, menjadi nggak jelas keluar masuknya uang, selama hilangnya Bu Putri.Semoga Bu Putri bisa menyelesaikan masalah ini semua. Dan Pak Aksa segera di temukan kabarnya. Jadi penasaran siapa yang menculik Pak Aksa. Ya allah ... Pak Aksa itu sudah lumpuh, tapi masih menjadi incaran dan di manfaatkan oknum-oknum yang tak bertanggungjawab. Kasihan sekali."Pak.""Iya?""Aku ingin bertemu Bu Putri. Penasaran," ucapku. Menyampaikan